Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bijak Memanfaatkan Ruang Publik di Era Digital

23 Januari 2020   06:30 Diperbarui: 23 Januari 2020   06:35 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerdas Bermedia Sosial - dutadamai.id

Tak dipungkiri, informasi mode apa saja bisa kita temukan di era digital ini. Hanya menggunakan smartphone, kita bisa mengakses informasi kapan saja, tentang apa saja dan dari mana saja. Bahkan, informasi yang sifatnya positif atau negative pun, juga bisa kita dapatkan. 

Contohnya adalah kita bisa mendapatkan informasi yang sifatnya inspiratif, namun disisi lain kita juga mendapatkan informasi yang provokatif. Kita bisa mendapatkan informasi yang bisa merangkul keberagaman, tapi disisi lain kita bisa mendapatkan informasi yang berisi kebencian.

Saat ini, semua orang bisa menyalurkan ekspresinya di media sosial. Era digital telah memberikan banyak kemudahan, tapi sekaligus ancaman jika kita tidak bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi ini untuk keperluan positif. 

Saat ini ruang maya telah dipenuhi berbagai konten yang menyesatkan. Maraknya hoaks membuat masyarakat awam sulit membedakan mana fakta mana fake, mana kebenaran mana kebohongan. 

Dan terkadang karena kesalahan dalam memahami informasi yang berkembang ini, telah membuat nalar atau logika kita tidak bekerja dengan baik. Begitu mudahnya langsung percaya tanpa langsung melakukan cek dan ricek terlebih dulu.

Ketika akal sehat tidak bisa membedakan kebenaran dan kebohongan, ini harus menjadi kekhawatiran kita bersama. Kita telah punya banyak contoh yang harus kita jadikan pembelajaran bersama, terkait matinya akal sehat karena informasi yang menyesatkan di dunia maya. 

Masih ingatkah kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai beberapa tahun lalu? Setelah kejadian, setelah semuanya hangus terbakar, baru diketahui bahwa penyebab kebakaran karena warga terselut oleh informasi di media sosial.

Pekan kemarin, publik dikejutkan tentang keraton agung sejagat. Sebelumnya juga ada sunda empire ataupun kesultanan selaco. Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran dari peristiwa ini? Jangan mudah percaya terhadap informasi yang ada. 

Munculnya fenomena ini berpotensi menggiring masyarakat pada konsep mitos dan ilusi yang bisa memecah belah masyarakat. Masyarakat dibawa pada konsep kejayaan yang tidak jelas bentuknya.

Mari kita belajar dari sejarah. Konsep yang ditawarkan keraton agung sejagat, merupakan bentuk dari ilusi-ilusi baru yang pernah ada. Dulu kelompok teroris menawarkan konsep negara yang dilandaskan agama. Muncullah ISIS yang ingin merebut wilayah tertentu dan dijadikan negara. 

Banyak masyararakat dari berbagai negara berbondong-bondong ke Irak dan Syuriah untuk bergabung. Pada kenyataannya konsep negara itu hanyalah sebuah ilusi. Sebagian masyarakat sadar dan memutuskan pulang ke negaranya. Tidak tidak sedikit juga yang sudah terjebak, tidak bisa pulang dan menjadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun