Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneguhkan Niat Demi Kebaikan Bersama

5 Agustus 2016   17:05 Diperbarui: 5 Agustus 2016   17:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niat Harus Baik - myteafactory.blogspot.com

Kuncinya adalah niat. Ya, memang terlihat sepele. Tapi kita bisa rasakan sendiri. Jika segala perbuatan dilandasi dengan yang baik, maka hasilnya pun akan baik. Dan sebaliknya, jika dilandasi niat yang tidak baik, maka hasilnya pun juga tidak baik. Fakta-fakta semacam ini, sangat jelas dan bisa kita temukan di masyarakat. Jika kita niatnya baik, berbagai kemudahan sepertinya datang begitu saja. Siapa sangka seorang pemulung, yang setiap hari hanya bisa mengumpulkan lima ribu hingga 10 ribu rupiah, tapi bisa melakukan ibadah haji. Ada juga orang yang kaya, penghasilannya pun jutaan, tapi belum juga bisa melakukan ibadah haji. Poinnya adalah, semuanya kembali ke niat.

Berbicara mengenai niat, juga dijelaskan dalam haditz. “Barangsiapa berniat untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi melakukannya maka Allah tabaaraka wa ta’ala mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna, dan jika ia berniat untuk melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya sepuluh kebaikan sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang banyak.” (HR Al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 128). Jika merujuk pada hadits diatas, hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya niat, sebelum melakukan sebuah tindakan.

Sayangnya, dalam perkembangannya banyak perilaku yang justru tidak dilandasi niat yang baik. Banyak orang yang korupsi karena ingin kaya, ada yang menipu kerena ingin mendapatkan yang diinginkannya. Bahkan niat jelek ini juga mulai disusupi unsur keyakinan. Salah satu contohnya, melakukan kekerasan tapi dipolitisir menjadi jihad. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, jika terus disebarluaskan. Perilaku yang dilandasi niat buruk, sebaiknya mulai dikurangi dan tidak dilakukan lagi.

Sekali lagi, tidak ada hal yang baik jika dilandasi niat yang buruk. Tuhan juga tidak akan merestui, segala perilaku yang dilandasi niat buruk. Liat saja negara yang dipimpin oleh orang-orang yang berperilaku buruk, tentu hasilnya juga tidak juga akan buruk. Suriah ketika dikuasai ISIS, berkembang menjadi negara yang menakutkan. Setiap hari ada orang yang mati, karena dipenggal kepalanya hanya karena persoalan yang tidak jelas. Semua situs bersejarah dihancurkan, karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Fakta ini merupakan hasil dari niat buruk. Mereka ingin menjadi penguasa, agar bisa melakukan aksi balas dendam.

Sekarang bayangkan, apa yang terjadi jika setiap individu selalu melakukan niat baik dalam setiap perilakunya. Lalu disebarluaskan ke seluruh masyarakat, dan menyebar hingga ke daerah lain. Kondisinya tentu akan menyenangkan. Semua orang bisa melakukan aktifitas dengan tenang, bekerja untuk keluarga, beribadah sesuai agama dan keyakinan tanpa takut untuk diserang. Bisa saling rukun tanpa ada kebencian dihati. Kondisi semacam inila sebenarnya yang diinginkan semua orang.

Sadarkah jika Indonesia sebenarnya merupakan negara yang damai? Meski bukan negara Islam, tapi negeri ini merupakan negeri yang beragama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah salah satu buktinya. Percaya pada Tuhan merupakan dasar, bagi berjalannya kehidupan yang lebih baik. Jika percaya pada Tuhan, segala larangan yang telah ditetapkan, seharusnya dijauhi. Dengan menjauhi larangan dan melakukan segala yang dianjurkan, harapannya kondisi sosial bermasyarakatpun juga akan menjadi lebih baik. Namun semuanya itu tidak akan terjadi, jika tidak dilandasi dengan niat yang baik. Karena itu, jangan remehkan niat. Karena niat merupakan kunci segalanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun