Mohon tunggu...
Budakponti
Budakponti Mohon Tunggu... -

I'm a man of Bataknese that reach for rices at West Borneo, aspecialy PONTIANAK

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni dan Gaya Rambut Gimbal

8 Juni 2011   04:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45 3240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_112966" align="alignnone" width="384" caption="Bob marley maskot rambut gimbal"][/caption] Risih, urakan, kotor, bau.... itulah kesan orang pertama kali ketika melihat sekelompok atau seseorang yang memiliki rambut gimbal. Namun peminat gaya rambut gimbal seakan tidak pernah habis....tidak seperti ketika saya masih berada di tahun 80 an, ada gaya rambut Mcjager, gaya rambut tersebut seakan tenggelam oleh zaman. Rambut gimbal masih tetap exist hingga sekarang. Lain lagi dengan kepercayaan yang di miliki sebagian masyarakat kita, rambut gimbal dipercaya memiliki makna mistis sangat dalam. Anak balita pemilik rambut gimbal dipercaya sebagai titisan roh kyai mumpuni. Bagi warga Dieng dianggap titisan Kyai Kolodite. Berdasarkan anggapan ini, anak berambut gimbal dipercaya memiliki daya linuwih dibanding anak sebayanya yang berambut normal. Dinilai mampu berhubungan dengan dunia maya. Maka jarang ada yang berani sembrono dengan si gimbal. Keberadaan anak berambut gimbal di lingkungan keluarga, justru dianggap sebagai berkah, Bisa melindungi keluarga dari marabahaya. Tak heran setiap permintaan dan ucapannya, dinilai sebagai sabda kiai. Harus dituruti. Kalau tidak, petaka bisa menyergap keluarga. Bahkan dampaknya bisa meluas ke warga sekitarnya....wow sedemikian sakralnya rambut gimbal bagi sebagian masyarakat kita. ini saya berikan gambar-gambar rambut gimbal yang ada di sekitaran kita, mudah2an bisa menjadi inspirasi bagi pecinta rambut gimbal heheheh...

Mudah-mudahan foto-foto di atas bisa jadi inspirasi bagi anda pecinta rambut gimbal Terima kasih.. Salam .. Budak Ponti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun