Mohon tunggu...
bucek molen
bucek molen Mohon Tunggu... Konsultan

Pernah tinggal di banyak kota, mencintai beberapa orang, dan menyesali hampir semuanya. Menulis bukan untuk didengar, tapi agar suara-suara dalam kepala tak meledak diam-diam. Tidak sedang mencari pengakuan, hanya menaruh serpihan hidup di tempat yang tidak terlalu ramai.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak-Anak Pemalas Itu Jadi Apa Sekarang?

5 Oktober 2025   10:25 Diperbarui: 5 Oktober 2025   10:54 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gang Pohon by Kasep Photo

Di sebuah universitas swasta yang masuk lima besar di Jakarta, ada sekelompok mahasiswa yang lebih dikenal karena nongkrongnya daripada prestasi akademiknya. Mereka semua punya markas sederhana: sebuah pohon tua di samping lapangan parkir fakultas ekonomi. Pohon itu rindang, akarnya merambat ke tanah, batangnya jadi saksi banyak tawa, omelan, bahkan tangis.

Gang itu akhirnya diberi nama sendiri oleh penghuninya: Gang Pohon.
Dan mereka --- dengan bangga sekaligus pasrah --- dikenal sebagai "anak-anak pemalas."

Ada beberapa kubu di sana berwarna-warni : ada kelompok yang doyan judi, ada yang kerjaannya main PS, ada anak-anak pecinta alam, ada yang sibuk ngejar cewek sampai ke kampus tetangga, sampai rombongan narkoboy yang suka ngilang entah ke mana.

Dan di antara mereka, ada tokoh-tokoh yang sampai sekarang masih melekat di kepala.

Di bawah Pohon itu, tiap kelompok punya jagoannya. Kalau soal kartu, Doni rajanya. Kalau soal PS, Ipay yang paling sakti. Tapi kalau urusan perempuan, ada satu nama yang selalu disebut dengan nada setengah kagum, setengah iri: Jendral.

Kenapa Jendral?
Bukan karena dia pernah ikut militer. Pangkat itu diberikan karena "pengalaman tempur"-nya paling tinggi dibanding semua penghuni Pohon. Sejak semester awal, cerita-cerita tentang dia selalu lebih liar daripada apa yang bisa kami bayangkan.

Awalnya aku nggak percaya. Masa sih ada mahasiswa yang bisa sebegitu gampangnya berurusan dengan perempuan?
Sampai suatu malam minggu, aku diajak naik Mazda 323 nya ke Blok M. Malam masih muda, jalanan penuh lampu dari Gedung pertokoan. Di sekitaran sana, perempuan-perempuan malam sudah berjejer di trotoar, melempar senyum ke setiap mobil yang melambat.

Begitu mobil Jendral lewat, aku sempat bengong:

"Jendral! Mampir sini dong!"
"Halo, Jendral!"

Aku cuma bisa ketawa nggak percaya. Mereka manggil dia dengan nama panggilan yang kita buat di tongkrongan. Jadi ternyata bukan sekadar mitos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun