Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sak Lawase

3 Agustus 2021   22:45 Diperbarui: 3 Agustus 2021   22:53 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: liputan6.com

"Tresnaku kanggo sliramu sak lawase."

Cintaku padamu selamanya. Ungkapan cinta semacam ini tentunya tidak asing bagi orang Jawa. Kalimat tersebut seringkali terdengar di dalam tembang jawa khususnya campursari. 

Secara utuh baitnya mengungkapkan bagaimana cinta untuk sang kekasih adalah cinta yang selamanya. Namun, ada yang unik dalam pemilihan katanya. 

Daripada menggunakan kata "suwe", ungkapan tersebut memilih menggunakan kata "lawas" yang sama-sama mempunyai arti "lama" jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Walaupun mempunyai arti yang sama namun kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda.

Suwe berarti lama dalam hal waktu. Misalnya, jika kita sedang menunggu seorang teman yang datang terlambat sehingga kita jengkel, kita akan mengatakan "kok suwene eram?" yang berarti "kok lama sekali?". 

Tidak mungkin kita akan berkata "kok lawase eram?" Atau ketika kita berkunjung ke rumah seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, maka kita akan berkata "wis suwe aku ra dolan rene" yang berarti sudah lama saya tidak main ke sini. Akan menjadi janggal apabila kita berkata "wis lawas aku ra dolan rene."

Apabila suwe berarti lama dalam hal waktu, bukannya seharusnya lebih cocok menggunakan kata suwe sehingga ungkapannya menjadi "tresnaku kanggo sliramu sak suwene" mempunyai makna cintaku padamu adalah cinta yang panjang secara waktu? Cinta yang mempunyai panjang berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun lamanya? Tapi kenapa ungkapan tersebut lebih memilih kata "lawas"?

Lawas berarti lama dalam hal kepemilikan. Misalnya, kata "iki sepatuku sik lawas." Berarti ini sepatuku yang sudah lama. Dalam kalimat tersebut seolah-olah terdapat makna bahwa aku mempunyai sepatu baru, sehingga sepatu yang kutunjukkan ini adalah sepatu yang sudah lama. 

Dalam hal ini "lawas" semakna dengan kata "wis suwe" bukannya "suwe" itu sendiri. Sudah lama bukannya lama. Suatu objek berubah status dari baru menjadi sudah lama bukan karena waktu, tetapi karena ada yang lebih baru. Sepatu yang anda beli tahun lalu akan menjadi sepatu "lawas", jika di tahun ini anda membeli sepatu "anyar".

Lawan kata "lawas" adalah "anyar" yang berarti baru. Sedangkan "suwe" lawan katanya "sedhela" yang berarti sebentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun