Mohon tunggu...
Bryan P. Hutagalung
Bryan P. Hutagalung Mohon Tunggu... Programmer - Bryan P. Hutagalung - 09 - XI MIPA 1

28'22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keadilan yang Diimpikan

25 November 2020   21:45 Diperbarui: 25 November 2020   22:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu desa di pelosok negeri, tinggal lah seorang Nenek yang sudah tua bersama cucu satu-satunya. Nenek itu memiliki sebuah tanah sawit yang luas sekali, tanah itu satu-satunya harta kekayaan yang ia punya sehingga Nenek sangat berusaha untuk melindunginya. 

Sedangkan beberapa kilometer dari tanah sawit itu sedang dibangun komplek pabrik suatu perusahaan besar. Proyek ini adalah proyek besar, warga desa sudah biasa melihat puluhan pekerja keluar masuk desa setiap harinya. Selama bertahun-tahun proyek besar ini berjalan, Nenek dan cucunya, Ratna, tidak diusik. Sampai suatu saat bunyi ketukan pintu yang akan mengubah hidup mereka selamanya itu terdengar.

"Sebentar, Nek. Aku yang bukain aja ya." Kata Ratna sambil mengelap tangannya yang berminyak di selembar kain lusuh. Ratna dan neneknya sedang memasak lele goreng untuk makan siang mereka, bisa menikmati makan yang cukup saja sudah merupakan suatu kemewahan di desa mereka. 

Tanah sawit luas yang dimiliki Nenek juga membantu banyak perekonomian mereka, panjang ceritanya mengapa kini tanah sawit itu bisa ada di tangan neneknya, salah satunya adalah karena neneknya Ratna seseorang yang murah hati.

"Iya, ada apa ya?" Tanya Ratna setelah membuka pintu depan rumah reyot mereka, terlihat dua lelaki berpakaian kemeja rapih dan celana bahan menjulang di depan pintu rumahnya. Umur mereka sekitar 30-an dan mereka membawa secarik berkas di map merah plastik. 

"Dengan rumah Bu Rachmi?" Tanya salah satu lelaki yang sedikit lebih pendek dari temannya. 

Ratna hanya mengangguk gugup. Buat apa ada lelaki ini di depan pintu rumah neneknya? Mereka berhutang barang lima ribu rupiah saja keberatan. "Saya mau ketemu ya." Kata lelaki yang satunya lagi, Ratna bisa mencium bau rokok yang menyengat dari mulutnya. 

"Maaf, ada urusan apa ya bertemu dengan nenek saya?" Tanya Ratna spontan. 

"Gapapa, Mbak. Saya ada sesuatu yang perlu diomongin sama Ibu Rachmi." Si lekaki berbau mulut rokok itu menjawab lagi dengan nada setengah angkuh. Ratna dengan keberatan akhirnya mempersilakan mereka berdua untuk duduk di depan sebelum berlari menemui neneknya di belakang.

"Nek, ada yang mau ketemu di depan." Ratna menghampiri nenek nya yang sedang menyiapkan nasi untuk makan mereka malam itu. Neneknya menatap pintu depan mereka dengan heran lalu pergi ke depan untuk menemui dua orang itu. Ratna samar-samar mendengar perbincangan mereka, ia bahkan bisa mendengar nada Nenek kadang meninggi. Ketika Nenek kembali Ratna tidak bisa menahan diri untuk bertanya, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun