Mohon tunggu...
Dani Indrawati Berlianingtyas
Dani Indrawati Berlianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

seorang yang baru memulai hobbynya untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Tingkat Partisipasi Masyarakat dengan Kesejahteraan Masyarakat Desa Wisata Sarangan Kabupaten Magetan

28 Juni 2022   10:42 Diperbarui: 28 Juni 2022   10:57 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Desa wisata Sarangan, merupakan salah satu desa wisata yang berada di kabupaten Magetan, Jawa Timur. Desa wisata ini menekankan pada wisata alam telaga pasir sarangan dan juga wisata kebudayaan larung sesaji yang telah lama dilakukan sehingga menjadi tradisi tahunan masyarakat setempat.

Keindahan alam dari telaga pasir sarangan yang dikelilingi oleh banyak pohon cemara, dan hawa sejuk karna berada tepat di lereng gunung Lawu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan domestik hingga wisatawan dari mancanegara. Banyaknya turis yang berkunjung dan singgah disana tentunya sangat membantu peningkatan pendapatan warga sekitar dan pemerintah daerah kabupaten Magetan, sehingga kedepannya diharapkan potensi desa wisata sarangan dapat di maksimalkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Kegiatan Pariwisata

Partisipasi aktif dari masyarakat merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Kesadaran dan keterlibatan masyarakat menjadi modal utama sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat melalui Pokdarwis[1](Yasir et al. 2019) 

Berdasarkan pengamatan, partisipasi masyarakat secara aktif hanya ditemukan saat adanya kegiatan rutin tahunan yang telah menjadi adat-istiadat warga Magetan seperti bersih desa, larung sesaji, acara tahun baruan dan lain sebagaiannya. Partisipasi masyarakat Sarangan tersebut masih berdasar kepada pola pikir kepentingan lingkungan masing-masing, bukan untuk pemikiran kesejahteraan lingkungan masyarakat secara keseluruhan dan juga berkelanjutan.

Partisipasi dominan yang diberikan oleh penduduk yang tinggal sekitar telaga sarangan  adalah partisipasi berupa sumbangan/iuran saja, meskipun ada bentuk  

partisipasi lainnya seperti sumbangan tenaga dan juga keterampilan, namun hal itu tidak sebesar partisipasi dalam bentuk sumbangan /iuran material. Namun sangat disayangkan bahwa berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan, iuran yang dibayarkan ternyata hanya untuk pengembangan lingkungan rukun warga masing-masing, bukan untuk kepentingan desa wisata secara langsung.

Pada tahapan perencanaan dan pengambilan keputusan, masyarakat yang tinggal di sekitar telaga sarangan sebagian besar berada pada kategori non-participation, yang menunjukkan bahwa dalam tahapan ini secara keseluruhan masih sangat minim adanya partisipasi langsung dari masyarakat setempat. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata di Kelurahan Sarangan menurut teori berada pada tingkat therapy, dimana pada tingkatan ini masyarakat belum sepenuhnya diikutsertakan ataupun diberikan informasi mengenai adanya programprogram atau kegiatan tertentu terkait dengan pengembangan desa wisata dari pemerintah setempat (Abidurrahman dan Muktiali 2018)

Namun kemungkinan terbesar adanya ketidak-aktifan masyarakat dalam partisipasi pada penyelenggaraan desa wisata sarangan akibat dari kurang tepatnya pemerintah dalam memberikan kebijakan komunikasi pembangunan, hal tersebut dikarenakan adanya fakta bahwa kelompok masyarakat yang masuk ke dalam kategori citizen power yaitu sebesar 10% atau setara dengan 9 orang warga yang terpilih menjadi perwakilan ketika ada undangan pertemuan dengan pemerintah untuk membahas pengembangan desa wisata di Kelurahan Sarangan merupakan orang-orang yang memiliki jabatan struktural seperti pamong desa.

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Wisata Sarangan

Tujuan akhir dari proses pembangunan adalah kesejahteraan (well-being). Cara paling sederhana untuk mengetahui apakah rumahtangga telah sejahtera atau belum setidaknya telah keluar dari garis kemiskinan (Kasmiati et al. 2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun