Man for and with others sebagai jalan di setiap aspek kehidupan murid-panitia ajang pekan olahraga terbesar sekolah menengah Jakarta.
Masuk ke dunia pendidikan di kalangan remaja tentunya memiliki kesibukan tersendiri sebagai murid. Tugas-tugas dan ujian-ujian yang menumpuk setiap harinya. Setiap mata pelajaran yang harus diulang sesampainya di rumah. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan yang tak terhitung jumlahnya. Entah acara, komunitas intra sekolah, komunitas luar sekolah, dan banyak lainnya. Tuntutan ini dirasakan oleh sebagian besar murid-murid jenjang SMP-SMA/SMK se-Jakarta. Namun, tuntutan itulah yang menjadi alasan bersatunya 200 sekolah-sekolah dalam acara pekan olahraga terbesar di Jakarta---dengan penyelenggara sekolah---Canisius College Cup.
Canisius College Cup atau lebih dikenal CC Cup tahun ini adalah acara ke-40 yang berhasil diselenggarakan. CC Cup XL tetap menjadi ajang pertandingan dan perlombaan antar sekolah-sekolah di Jabodetabek. Sesuai dengan prinsip persaudaraan yang kuat di sekolah Jesuit, seluruh siswa Kolese Kanisius turut menjadi panitia dan peserta lomba---secara terpisah---sekaligus. Seluruh siswa tanpa tersisa satu nama pun masuk dan berkontribusi sebagai panitia di acara ini. Sebuah tanggung jawab yang dipercaya kepada setiap murid tanpa terkecuali.
Dengan tanggung jawab ini, lahirlah tantangan yang tidak biasa dihadapi di luar kegiatan sebesar CC Cup yakni menyeimbangkan tugas panitia, pertemanan, dan sekolah. Ditambah lagi dengan waktu yang sangat singkat untuk bersiap---kurang lebih dua puluh hari---tiga aspek ini harus tetap terpenuhi dan tidak ada yang direnggangkan untuk lainnya. Pastinya, tantangan ini tidak dihadapi oleh murid secara sendirian. Selalu ada teman yang siap membantu menghadapi masalah bersama.
Mengisi panggilan sebagai seorang panitia, setiap divisi memiliki standar operasional yang harus diikuti. Ketepatan dalam mengikuti SOP tidak datang tanpa pelatihan dan pembinaan yang benar. Seperti contoh, divisi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau P3K CC Cup mengikuti setidaknya dua kali pelatihan dari tim profesional dan tak terhitung briefing pagi serta malam dari pembimbing. Segala tantangan yang hadir dalam divisi selalu siap dibantu oleh divisi lainnya. Setiap divisi dalam panitia saling mendukung divisi lainnya, sebuah keadaan yang disebut coexistence atau mutualisme. Sebagai contoh, divisi konsumsi memberi setiap murid lain divisi jatah makanan sesuai dengan waktu bertugas, memastikan murid tidak pulang dengan lapar.
Selain menjadi ajang pertandingan antar sekolah, CC Cup selalu berhasil menghadirkan tamu-tamu dan pengunjung-pengunjung dari berbagai latar belakang. Bukan sebuah rahasia bahwa CC Cup menjadi tempat temu kangen siswa-siswa dengan teman-teman lama hingga pujaan hati dari lain sekolah. Sebuah hal yang lumrah menemukan kanisian berjalan berdampingan dengan kekasihnya di acara ini.Â
Satu pertanyaan yang muncul setiap harinya adalah "bagaimana saya bisa bertugas dan menemani "tamu" saya bersamaan?" Jawaban singkatnya, tidak bisa. Lantas, masalah ini memaksa murid untuk menyeimbangkan antara tugas panitia dan waktu dengan teman-teman mereka yang berkunjung. Secara langsung, dilema ini memaksa murid untuk membagi, memanfaatkan, dan memaknai waktu dengan sebaik mungkin. Keduanya tak kalah penting dan sama-sama dibutuhkan. Namun, kewajiban harus dipenuhi sebelum dapat menagih hak. Murid belajar untuk menunaikan tugas sebelum berkumpul dengan teman-teman di sisa waktu yang mereka miliki dalam satu hari. Dengan begitu, Kanisian dapat sepenuhnya menjadi manusia untuk sesama, bagian pertama dari man for and with others.
Beban menjadi panitia memanglah berat, tak terkecuali mereka yang terus bertugas dibawah terik matahari siang hingga si bintang tidur dibalik horison bumi. Akan tetapi, tujuan utama bersekolah di sekolah Jesuit tetaplah menjadi seorang murid. Menjadi murid adalah tanggung jawab seorang siswa kepada orang tua, sekolah, dan dirinya sendiri---untuk mengedukasi dan mendapat pendidikan agar berguna di kehidupan nanti. Maka dari itu, setiap pagi hingga pukul dua siang, para murid---yang nantinya menjadi panitia---menghadiri kelas seperti normal dan duduk rapi untuk belajar.
Meski dengan suasana kelelahan, lingkungan yang selalu rindu akan empuk hangatnya tempat tidur di rumah, dan sayangnya kondisi fisik yang semakin hari kian menurun---bagi beberapa murid yang bertugas keras---, semangat Kanisian tidak pernah terpatahkan. Tugas demi tugas, materi dan materi fisika, kimia, matematika, ekonomi, sejarah, antropologi, dan lainnya ditelan tanpa banyak keluh. Sesuai dengan semangat persaudaraan, Kanisian selalu bahu-membahu mendorong semangat belajar satu sama lain untuk tetap menjaga nilai dan jiwa bertugas.
CC Cup XL adalah pengalaman seumur hidup yang tidak dapat dilupakan bagi setiap murid dan harapannya, bagi setiap pengunjung pula. Tak lupa, acara dikemas dengan perayaan besar-besaran yang biasa disebut closing dengan penampilan dari berbagai grup musik murid hingga artis-artis musik papan atas Indonesia. Terfokus pada bagian closing CC Cup XL, rahasia umum Kanisian semakin terlihat. Setiap sudut di depan panggung megah dapat ditemui asmara sekolah menengah. Pemandangan menakjubkan serupa dengan lirik lagu Diskoria "balada insan muda dimabuk cinta." Tentunya, diselingi dengan murid lajang yang mendukung kasmaran temannya. Bahkan dalam percintaan pun, Kanisian masih menemukan cara menghidupi man for and with others.
Sesungguhnya, kehidupan penuh akan kesempatan untuk melayani tanpa syarat. Penghalang terbesar dalam melayani seringkali adalah diri sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI