Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berburu Cungkring, Kuliner Langka Khas Bogor

7 November 2018   22:59 Diperbarui: 25 Februari 2019   01:18 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cungkring di Gang Aut Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. (Foto Bozz Madyang)

Cungkring, kuliner tradisional khas Bogor yang sudah jarang ditemukan. Kuliner sederhana olahan kikil (cungkring) itu masih diminati banyak orang.  Di tengah-tengah serbuan ragam kuliner modern, cungkring bertahan eksistensinya di tangan-tangan para penjual kaki lima.  Kawasan Pecinan Jalan Suryakencana, Bogor menjadi salah satu tempat cungkring berada. Di sana kuliner legendaris  ini bertemu dengan para penikmatnya.

Jujur, aku sudah lama penasaran dengan kuliner tradisional Cungkring, khas Bogor, Jawa Barat. Sudah lama pula aku tahu di kawasan kuliner hits, Suryakencana (Surken) Bogor, ada penjual yang mangkal saat pagi hari.  Cuman belum sempat untuk mampir ke sana. Hingga  Minggu 4 November 2018 lalu, sembari jalan-jalan mampirlah aku di Gang Aut Surken, tempat Cungkring berada.

Sekira pukul 07.30 wib sampai juga di perempatan Gang Aut, setelah bersusah payah bermacetan sejak gerbang Surken.  Aktivitas pagi memang bergeliat padat di kawasan seberang Istana Presiden RI Bogor ini. Aku seeh gak kaget.

Cukup mudah mencari penjual cungkringnya. Cukup ditandai dengan dikerubungi para pembeli, pikulan jualan nan khas, juga ada tulisan di kertas berlaminating, "Cungkring, Gurih Enyooy Bp Jumat".   Sepagi itu sudah banyak orang yang antre. Ya, cungkring memang dikenal sebagai menu sarapan.

Kang Deden dikerubungi pelanggan cungkringnya. (Foto Bozz Madyang)
Kang Deden dikerubungi pelanggan cungkringnya. (Foto Bozz Madyang)
Kang Deden, itu nama penjual cungkring, keturunan Pak Jumat yang merintis usaha jualan cungkring. Jualan cungkring ini memang turun temurun. Kang Deden sudah 5 tahun berjualan cungkring, beserta saudaranya yang lain bergantian jualan warisan Pak Jumat.

Kang Deden penjual Cungkring di Gang Aut Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. (Foto Bozz Madyang)
Kang Deden penjual Cungkring di Gang Aut Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. (Foto Bozz Madyang)
Sepincuk Cungkring 

'Perjuangan' dan keseruan demi menikmati sepincuk cungkring dimulai dari... antre. Pasalnya pembelinya ramai, berganti-ganti. Kalau aku lihat pembelinya beragam. Nampaknya juga golongan menengah kalau dilihat dari penampilannya. Itu menandakan kalau cungkring ini, digemari berbagai kalangan.

Seporsi cungkring dinikmati di atas daun pisang. Pincuk. Dibalut kertas minyak pembungkus.  Komposisinya terdiri dari cungkring atau kikil kaki sapi. Ada tempe goreng tepung atau peyek tempe. Tempe tipis. Ada lontong yang diolah tanpa santan.  Lalu disiram dengan bumbu kacang, tabor bawang goreng, kecap dan sambal sesuai selera.

Cungkring di Gang Aut Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. (Foto Bozz Madyang)
Cungkring di Gang Aut Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. (Foto Bozz Madyang)
Kang Deden, mempertahankan kikil dari kaki sapi. Bukan dari kepala, atau pun cungur (mulut sapi). Menurutnya cungkring itu identik dengan kaki sapi.

Risikonya Kang Deden harus 'berebutkaki sapi dengan penjual makanan berbahan sama seperti bakso ataupun soto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun