Mohon tunggu...
bonaventura suprapto
bonaventura suprapto Mohon Tunggu... Dosen - dosen kontrak di UKWM Surabaya, sebelumnya dosen tetap di Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya dan pensiun.

pernah menjadi ketua komisi pendidikan keuskupan Surabaya (2000-2005), pernah menjadi wakil ketua dewan pendidikan Provinsi Jawa Timur (2006-20016), pernah menjadi assesor SMK di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Pendidikan Karakter

19 Juli 2022   11:23 Diperbarui: 19 Juli 2022   11:30 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya mengenai pendidikan karakter pada tanggal 13 Juli 2022 di Kompasiana. Isinya mengenai bagaimana mengimplementasikan pendidikan nilai dan strateginya.

Implementasi pendidikan karakter bukanlah domain pendidik semata, melainkan harus melibatkan peran orangtua peserta didik, juga masyarakat. Mengingat peserta didik bukan obyek pendidikan, mereka adalah subyek yang telah terisi dan terdidik oleh orangtua mereka, dan bisa jadi sedang mengukir diri sesuai dengan harapan keluarga. 

Kerjasama untuk melatih, mengerti yang baik atau mengembangkan kemampuan untuk membuat komitmen yang bijak dan menggenggamnya harus dilakukan dalam koordinasi dengan orangtua.

Demikian juga dalam rangka melatihkan cinta akan yang baik yang berarti memperkembangkan jangkauan perasaan serta emosi termasuk cinta akan yang baik. Melakukan yang baik setelah membuat pertimbangan-pertimbangan atas semua keadaan serta fakta relevan. 

Kerjasama, perhatian (memberi hati) dan ketekunan agar tercapai kebiasaan mengerti (habits of mind), kebiasaan berdiskresi (habits of heart) dan kebiasaan melakukan (habits of action) yang baik bagi para peserta didik.

LANGKAH STRATEGIS

Mengutip pendapat Baskoro Poedjinoegroho, SJ. salah satu nara sumber seminar nasional  tentang pendidikan karakter di Bogor yang pernah saya ikuti bahwa langkah strategis untuk mewujudkan pendidikan karakter, pertama, menegaskan peran pendidik sebagai model atau teladan: artinya bahwa apa saja yang berkaitan dengan pendampingan demi berkembangnya karakter yang baik dari setiap peserta didik harus diiringi dengan teladan yang nyata, baik dengan kata maupun dengan perbuatan, misalnya pendampingan demi berkembangnya kejujuran harus disertai dengan sikap pendidik yang mencerminkan penghayatannya atas kejujuran.

Kedua, pembuatan kontrak pribadi setiap peserta didik (komitmen pribadi): kontrak pribadi adalah salah satu wujud pokok dan nyata tentang komitmen setiap peserta didik dalam belajar. Komitmen dalam pengembangan bidang akademik dan non akademik (termasuk virtue). Peserta didik menuliskannya secara personal dan menyerahkan kepada pihak lembaga pendidikan (Kepala Sekolah), pihak lembaga atau pendidik berbarengan dengan orangtua menyediakan diri untuk mendampinginya demi terwujudnya keunggulan pribadi secara menyeluruh.

Ketiga, refleksi pribadi rutin harian: refleksi adalah kegiatan hening dalam rangka merasakan dan menangkap makna atau arti terdalam dari pengalaman pada hari itu bagi kehidupan masing-masing. Latihan hening merupakan langkah awal dan mutlak demi terwujudnya ketajaman rasa atau nurani yang pada gilirannya akan membantu peserta didik dalam melakukan diskresi untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik. Refleksi harus dilatihkan dalam keheningan agar tercipta hati yang bening. Refleksi harus dijalankan sesudah selesainya pelajaran, ini demi lengkapnya bahan refleksi yang adalah pengalaman pada hari itu.

Keempat, refleksi di setiap akhir kegiatan: setiap kegiatan harus direfleksikan agar tidak menjadi kegiatan rutin yang membosankan apabila tidak tertangkap makna atau artinya bagi kehidupan. Kegiatan yang tidak disertai dengan refleksi (yang jauh lebih dalam daripada evaluasi) akan dapat memungkinkan menjadi kegiatan yang makin jauh dari tujuan pendidikan, apalagi bila dilakukan asal-asalan, memerosotkan kegiatan dan mutu pribadi yang terlibat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun