Mohon tunggu...
Maksimus Adil
Maksimus Adil Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta dunia, pendamba perdamaian dan perindu kesejahteraan bagi semua...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru: Ada Bersama Orang Lain & Memberi Inspirasi

23 Mei 2012   05:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh: Maksimus Adil

Panggilan menjadi guru adalah panggilan untuk ada bersama orang lain sekaligus memberikan inspirasi, menjadi agen perubahan yang membawa harapan bagi orang yang dilayaninya. Karena itulah, maka pekerjaan sebagai guru harus dilihat sebagai sebuah profesi mulia untuk melayani. Tetapi betulkah profesi sebagai guru masih dilihat sebagai profesi mulia? Realitas yang terungkap dalam acara Mata Najwa di Metro TV barangkali menyebabkan kita ragu akan kebenaran tesis di atas dalam konteks praktek pendidikan di Indonesia.

Acara Mata Najwa di Metro TV pada Rabu malam 2 Mei 2012 mengungkapkan secara gamblang pembodohan sistematis di balik penyelenggaraan UN. Pembodohan itu dilaksanakan dalam rupa modus kecurangan yang terjadi sebelum dan sepanjang UN berlangsung. Modus kecurangan sebelum UN yang paling mencolok adalah "pencucian raport", yakni penggantian raport untuk kemudian menggelembungkan nilai yang didapat siswa (mengganti nilai siswa yang sejatinya rendah menjadi lebih tinggi). Menariknya nilai rekaan ini rata-rata lebih tinggi dari nilai yang didapat siswa pada sekolah unggulan.

Pada hari UN berlangsung, kecurangan dilakukan dengan lebih sistematis lagi. Melibatkan sekolah dan lembaga bimbingan belajar. Pagi-pagi lembaga bimbel berusaha mendapatkan lembaran soal UN lalu men-scan lembaran soal itu dan mengerjakannya untuk kemudian mendistribusikan jawabannya ke peserta bimbel atau kelompok siswa yang mau membeli kunci jawaban melalui sms. Modus lain adalah pihak-pihak dari sekolah mengumpulkan peserta UN di salah satu ruangan, lalu membagi-bagikan jawaban kepada siswa. Selain itu, kadanga-kadang Kepala Sekolah atau guru-guru masuk ke dalam ruag ujian ketika ujian sedang berlangsung dan memberikan jawaban atau setidaknya membiarkan siswa membagi jawaban yang mereka sudah peroleh atau memindahkan jawaban yang sebelumnya sudah mereka terima ke lembaran jawaban UN. Pada saat itu, para pengawas bertindak pura-pura tidak tahu.

Proyek Pemicu Kecurangan

UN telah menjadi proyek untuk para pejabat. Kepala Daerah dan Dinas Pendidikan di daerah menjadikan hasil UN sebagai indikator kesuksesan mereka dalam mengelola pendidikan. Oleh karena itu, agar dianggap sukses Kepala Daerah menekan dinas pendidikan untuk mencapai target tertentu dalam UN. Selanjutnya kepala dinas pendidikan mengumpulkan para kepala sekolah dan memberikan instruksi tentang target-target yang harus mereka capai dibarengi dengan ancaman bila gagal mewujudkan target-target itu. Sanksi yang didapat kepala sekolah bila gagal memenuhi target dari kepala dinas dan kepala daerah adalah pemecatan dari posisi mereka sebagai kepala sekolah, penundaan kenaikan pangkat atau dimutasikan ke sekolah lain.

UN juga telah lama menjadi proyek bagi lembaga-lembaga bimbingan belajar. Proyek itu memiliki satu tujuan, berhasil lulus UN dengan nilai tertinggi sehingga bisa diterima di perguruan tinggi negeri ternama. Karena itu tidaklah heran bila setelah UN berlangsung, media cetak banyak berisi iklan dari lembaga bimbel yang berisi laporan hasil UN para siswa bimbingannya. Hasil yang dicapai peserta bimbel pada UN menjadi semacam pengukuhan eksistensi dan jaminan kesuksesan untuk lembaga bimbel yang bersangkutan.

Bila kondisinya demikian, maka kita bisa paham mengapa kecurangan-kecurangan yang disebut di atas terjadi. Semua bentuk kecurangan itu dilakukan karena sekolah dan bimbel tidak ingin kehilangan muka di depan masyarakat dan terutama di depan siswa dan orang tua siswa yang mereka layani. Dengan demikian, kecurangan-kecurangan itu dilakukan demi mencari nama bagi mereka sendiri.

Sikap mencari nama yang tidak didasari kejujuran atau tidak membiarkan kenyataan yang sesungguhnya prestasi belajar siswa menyatakan dirinya apa adanya ini merupakan bentuk pembodohan dibalik UN. Akibat dari tindakan pembodohan baik oleh sekolah maupun lembaga bimbel, tujuan utama terselenggaranya UN menjadi tidak tercapai atau setidaknya diragukan hasilnya. Maka, informasi yang terhimpun dari hasil UN pun menjadi tidak valid dan dengan demikian menjadi tidak credible untuk dijadikan dasar pemetaan kualitas pendidikan nasional.

Paparan yang dikutip dari acara Mata Najwa Metro TV di atas adalah bentuk negatif yang bisa disebarkan guru dalam konteks ada bersama orang lain sekaligus tantangan bagi profesi guru yang memang dipanggil untuk benar-benar ada bersama orang lain dan melayani mereka demi kebaikan dan tujuan luhur. Pelayanan seorang guru adalah pelayanan yang sifatnys memberi inspirasi dan harapan, sehingga guru harus menjadi model bagi orang yang dilayaninya.

Ada Bersama Orang Lain untuk terus belajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun