Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma

[Cerpen] Juna dan Fitri, Dua Hati yang Berbeda

23 Mei 2019   22:19 Diperbarui: 23 Mei 2019   22:33 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar pukul lima sore Aku tiba di jalan raya sebelum belok ke jalan kampung menuju rumahku. Perut pun terasa keroncongan setelah seharian sibuk bekerja. Saat itu baru hari ketiga Aku menjalani puasa Ramadhan. Dan tak kusadari selama ini kalau di dekat halte bus sebelum Aku berbelok ada sepasang gadis manis penjual kolak pisang. Dengan meja kecilnya mereka menata rapi dagangannya yang telah dibungkus plastik seharga tiga ribuan. Pembelinya cukup ramai juga karena sepengetahuanku hanya mereka berdua yang berjualan kolak pisang di sepanjang jalan ini. 

Saat itu Aku hampir saja menabrak seorang pembeli yang dengan tergesa-gesa menyeberang begitu mendapatkan dua bungkus kolak pisang. Aku pun berhenti mendadak tepat di depan meja dagangannya. Hampir saja umpatan keluar dari mulutku tapi dapat kutahan karena sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang. Aku tidak ingin puasaku berakhir sia-dia karena emosi sesaat.

Bunyi mendecit karet ban belakang sepeda motorku yang bergesekan dengan keras di aspal menarik perhatian orang-orang di sana. Semua mata memandang kearahku, pun pula kedua gadis penjual kolak pisang tersebut. Aku sempat beradu pandang dengan salah seorang di antaranya. Gadis yang berambut sebahu pun tersenyum manis ke arahku.

"Maaf, Mas. Banyak pembeli yang sering tergesa-gesa menyeberang," katanya.

Seketika emosiku mereda melihat senyum dan permintaan maafnya. Aku pun tersenyum dan segera meninggalkan mereka. Tapi ada rasa sedikit menyesal setelahnya. Karena Aku tidak berhenti sejenak untuk bertegur sapa atau sekedar membeli sebungkus kolak pisangnya sambil menanyakan nama.

Hari ini hari kelima setelah kejadian itu. Aku pun tergoda lagi untuk membeli kolak pisangnya setelah dua hari lalu selalu kehabisan. Sebenarnya itu alasan lain agar aku dapat mendekati salah satu gadis tersebut.

"Maaf, Mas, sudah habis," kata gadis berambut sebahu.

Lagi-lagi kalimat itu meluncur dari bibir tipisnya saat aku tiba di sana.

"Wah, kehabisan lagi?" tanyaku sedikit kecewa.

"Iya ..." jawabnya tersenyum manis.

"Bagaimana kalau besok aku disimpankan barang satu atau dua bungkus saja?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun