Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Luka] Apa Salah Rel Kereta

11 November 2018   10:19 Diperbarui: 11 November 2018   10:33 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tengah hari di akhir pekan. Udara panas dan terik sinar sang mentari terasa membakar kulit. Angin bertiup sepoi-sepoi menerbangkan butiran-butiran debu di tengah lapangan upacara sebuah sekolah lanjutan pertama di pinggiran kota.

Teng ... teng ... teng

Terdengar bunyi lonceng besi di depan kelas sembilan tanda jam belajar sekolah telah usai. Semua murid bergegas merapikan buku-bukunya. Setelah berdoa satu per satu murid keluar kelas sambil menyalami Ibu Guru. Dengan langkah gontai karena mengantuk Joko keluar terakhir dari kelas. Ke dua temannya sudah menunggu di pintu pagar sekolah.

"Jadi ikut mancing?" tanya temannya.

"Hmm ... gimana ya ... Aku ada acara sama bapakku," jawab Joko sambil nyengir.

"Alah ... paling janjian sama cewe itu lagi."

"Hehehe ... Aku pulang dulu, keburu dia pulang sendiri ... kasihan," kata Joko.

Dia bergegas meninggalkan ke dua temannya dan berlari menuju rel kereta di seberang sungai kecil. Sengaja tidak dilewatinya jembatan penyeberangan agar cepat sampai dan dapat bertemu dengan Putri, gadis pujaannya. Joko kemudian melepas sepatu dan segera berlari menyeberangi sungai.

Sampai di tempat biasanya Joko melihat Putri ... seorang gadis berwajah manis berseragam biru putih berjalan sendirian di jalan setapak di samping rel kereta. Tas sekolah berwarna pink dengan tali panjang terlihat melintang di depan dada. Sepatu hitam dan kaos kaki putih panjang menghiasi langkah-langkah kakinya. Debu-debu pun beterbangan seolah-olah ikut menari mengiringi langkah bidadari kecil itu.

Sesekali dia menyibakkan rambut panjangnya yang tertiup angin dan menutupi wajahnya. Tak terasa panas sinar sang mentari membakar ke dua pipinya. Terlihat sedikit memerah meskipun tidak mengurangi gurat-gurat keceriaan di wajahnya.

Joko masih menunggunya hingga dia mendekat. Sebuah senyuman dia lemparkan ke arah Putri. Putri membalasnya dengan ekspresi terkejut melihat keadaan Joko. Ke dua bola matanya membesar dan terlihat bening menghiasi wajah manisnya. Terpana Joko dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun