Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Curhatnya Sang

4 November 2018   11:48 Diperbarui: 4 November 2018   11:56 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bintang.com

Senja di akhir pekan. Lembayung jingga di atas kota menyisakan senyum Sang yang perlahan beranjak menuju peraduannya. Sorot matanya sendu memandangku yang berdiri terpaku menatapnya sambil menikmati hembusan sayap sang bayu. Sang terlihat gelisah. Ada beban berat dalam perkataannya.

"Aku ada untukmu tapi kau selalu saja tak peduli," kata Sang.

Aku masih memandang Sang sambil menikmati keindahan cahayanya. Dibalik semburat awan kelabu, Sang masih mencoba memancarkan lidah apinya yang telah mulai meredup. Rasa gelisah semakin merantai hatinya. Sekawanan burung bangau terbang pulang ke kandang melintas di depan Sang. Terlihat siluet beriring-iringan mengepakkan sayapnya.

"Aku ingin bercengkerama denganmu tapi sepertinya kau tiada waktu untukku. Hanya senja di akhir pekan aku merasa ada untukmu. Karena kau begitu lembut memandangku meski hanya dalam diam dan sebentar," kata Sang.

Aku masih memandang Sang sambil menikmati keindahan cahayanya di senja itu. Rasa ini menghapus letihku. Mengembalikan semangatku setelah sepekan tergerus ego dan keangkuhanku. Menyadarkan Aku betapa Aku benar-benar membutuhkan Sang.

"Aku ingin kau memandangku dan menikmati cahayaku di sepanjang perjalananku. Jika tidak, setidaknya di setiap senja di akhir hari. Untuk menghapus rasa gelisahku. Tapi itu tidak kau lakukan hingga datang Dewi dalam mimpiku," kata Sang.

Aku masih tersenyum memandang Sang dan menikmati keindahan cahaya senjanya dalam diam. Mungkin itu terasa menyakitkan disaat Sang butuh sebuah pengakuan dariku. Aku harus mewujudkan anganku. Aku harus membangun kotaku. Aku harus menjalin relasiku. Aku harus mengembangkan ego dan semua kebutuhan untuk kekasihku.

Tapi Aku tidak kuasa  bila terus bersama Sang. Aku merasa terbakar oleh Sang disepanjang perjalanannya meski Aku membutuhkan Sang. Aku hanya bisa memandangnya dalam keteduhan. Seperti senja di akhir pekan ini.

"Sedang dalam mimpiku kau bersama Dewi menikmati dinginnya malam. Anganmu menari, jiwamu berkelana bersama pantulan cahaya di wajahnya. Kenapa tidak kau lakukan itu bersamaku juga?" tanya Sang dengan cahaya senjanya yang semakin meredup.

Aku masih memandang Sang. Ingin rasanya kupegang lembut lidah cahaya api Sang. Kutahan dan kutanam di palung hatiku yang paling dalam. Agar Sang ikut merasa saat aku menari dan berkelana bersama Dewi.

"Aku cemburu pada Dewi. Dia yang begitu rapuh dapat membawamu dalam perjalanan mimpiku," kata Sang sesaat sebelum menghilang dibawah cakrawala kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun