Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Misteri] Dia Datang dengan Cerita tentang Belik Jambe yang Belum Usai...

1 November 2018   18:45 Diperbarui: 1 November 2018   18:49 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto : dokpri

Udara dingin dan langit merah di ufuk barat menyertai perjalananku pulang dari tempat kerja. Perjalanan setiap hari pergi dan pulang yang cukup jauh dengan menempuh waktu sekitar tiga puluh menit jika jalanan tidak macet. Dan sore itu Aku harus mampir dulu ke sebuah rumah sakit. Bukan untuk berobat, tapi menunaikan amanat dari ibu mertua untuk mengambilkan obatnya.

Tiba di tempat parkir terasa semilir angin dingin berhembus pelan memaksa bulu romaku berdiri. Entah kenapa Aku merasa merinding. Mungkin karena sore itu menjelang Maghrib kebetulan malam Jum'at Kliwon. Atau mungkin juga hanya sekedar tiupan angin dingin saja. Aku mencoba menepiskan anggapan orang-orang Jawa kalau malam itu adalah malam keramat saat para lelembut muncul dan bergentayangan di alam manusia. Mereka menikmati suasana aura kelabu di alam manusia ... saat cuaca berganti dari siang menuju malam dan saat suhu udara berganti dari panas menuju dingin.

Aku melangkahkan kaki masuk ke rumah sakit tersebut dan langsung menuju tempat pengambilan obat. Nomor antrian Aku serahkan dan diterima oleh petugas di sana.

"Silakan duduk dan ditunggu sebentar obatnya," kata mbaknya sambil tersenyum.

Aku balas senyumannya dan segera menuju tempat duduk. Aku selonjorkan ke dua kakiku duduk santai sambil melepas lelah dan melupakan kejadian misteri saat di tempat parkir tadi. Tak berapa lama datang seorang laki-laki dengan usia tak jauh beda denganku dan duduk berjarak dua kursi satu deret denganku.

Laki-laki itu membuka pembicaraan dan mengajakku berkenalan. Setelah berbasa-basi dia menanyakan alamat rumah. Ternyata dia dulu masa kecilnya di kelurahan yang sama denganku. Rumahnya di sebelah selatan rel kereta bagian timur sedangkan rumahku di sebelah utara rel kereta bagian barat. Tetapi sekarang dia sudah pindah dan tinggal di daerah Pasar Legi.

Laki-laki itu kembali bercerita tentang suasana kampung dan lingkungan masa kecilnya sekitar 30 tahun yang lalu. Saat itu suasana di sana masih sepi. Walau sudah ada listrik tetapi masih banyak kebon-kebon gelap dan terdapat sebuah belik atau sumber air. Belik Jambe namanya.

"Belik Jambe dulu itu masih horor, Mas," katanya dengan mimik wajah serius.

Horror ...? Ini menarik, pikirku. Tapi kenapa laki-laki itu bercerita tentang horor di Belik Jambe? Dia pasti ingin menakut-nakutiku karena malam itu malam Jum'at Kliwon. Aku pun teringat kembali kejadian di tempat parkir tadi. Lelembut itu telah datang. Dan dia memberitahukan keberadaannya dengan cara menyentuh kulit tubuhku hingga Aku merasa merinding.

Siapakah sebenarnya laki-laki ini? Aku perhatikan dia. Dia menatapku dengan pandangan kosong. Apakah dia penampakan dari lelembut tersebut? Entahlah ... Aku mencoba berpikir positif dan menyimak ceritanya, siapa tahu bisa menjadi bahan tulisanku. Mungkin juga dia tahu kalau Aku sering menulis cerita horor di laman FB-ku sehingga dia datang menemuiku.

Tetapi tunggu sebentar ... Bukankah dia tadi mengatakan tempat tinggalnya sekarang di Pasar Legi? Aku teringat lagi pada ceritaku tentang Lift Horor di sebuah mall di Pasar Legi yang pernah Aku posting di FB. Apakah dia sekarang tinggal di lift itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun