Mohon tunggu...
Ahmad Jibril
Ahmad Jibril Mohon Tunggu... -

Gua cm org biasa yg seneng surfing d dunia maya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hikmah di Balik Meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori

27 April 2013   11:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:31 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi diri saya pribadi maupun orang lain..

Bagi keluarga yang ditinggalkan, jika mereka sabar, inysallah itu akan menghapus dosa-dosa mereka.

Bagi umat islam di Indonesia khususnya, bagi mereka yang menonton langsung atau lewat televisi, pasti merasa merinding, karena ternyata ! persatuan umat Islam di Indonesia ini masih sangat kental, mereka dari golongan islam manapun datang untuk menyolatkan, mengiringi jenazah, ta’ziah, dan yang hanya berbelasungkawa. SUBHANNALLAH....!!

Bagi mereka yang tahu, saya juga pernah dengar, jikalau seorang jenazah, dishalatkan oleh 40 orang atau lebih, insyaallah dia akan masuk surga. Bayangkan ! berapa ribu orang yang menyolatkan Ustadz Jefri Al Buchori. SUBHANNALLAH..... !! Ini bisa memacu mereka yang punya nama baik dimasyarakat untuk berbuat lebih baik lagi, kalau bisa melebihi apa yang sudah dilakukan oleh UJe.

Bagi mereka yang menjadikan Ustadz Jefri sebagai panutannya, insyaallah ini bisa menjadi momentum kebangkitan untuk menjadi lebih baik, karena jika kita kehilangan sosok panutan, kita pasti akan merenugkan segala apa yang telah dia ajarkan kepada kita, segala ucapannya akan mengiang-ngiang di telinga kita, segala perbuatannya akan terbayang-bayang di benak kita. INSYAALLAH !

Bagi para BIKER yang meresa punya motor-motor gede khususnya yang tinggal di Jakarta, sadarlah, di Jakarta bukan tempat yang cocok untuk motor-motor gede kalian, jikalau macet sudah pasti merepotkan, jikalau jalanan sepipun berhati-hati lah, banyak jalanan di jakarta yang rusak, dan belum ada kesadaran masyarakat terhadap perturan-peraturan lalu lintas – tidak seperti di Jepang -, jadi berhati-hatilah. Saya pribadi pernah merasakan bawa motor gede yang hanya berkapasitas 220cc, itu tidak bisa disamakan dengan motor-motor ber cc rendah, kita bukannya tidak mau pelan-pelan membawa motor gede tersebut, tapi memang kita TIDAK BISA membawa pelan motor tersebut, tidak seperti motor matic yang masih nyaman jika di bawa 20 KM/Jam, motor gede akan berontak jika di bawa dengan kecepatan segitu, pasti tidak akan nyaman. Saya juga pernah mendengar, bedanya bawa motor bebek sama bawa motor gede, klo bawa motor bebek : itu kita bawa motor, tapi klo kita bawa motor gede : motor yang bawa kita. Semoga setelah kejadian yang menimpa UJe ini bisa menjadi peringatan bagi anda pecandu motor gede.

Bagi saya pribadi, selain beberapa hikmah di atas yang telah saya ambil. Kejadian ini membuat saya bersyukur atas segala kejadian yang pernah menimpa saya di jalan. Saya pernah mengalami, bans motor saya bocor 4 kali dalam sehari, dan saya menerimanya dengan tidak ikhlas. Saya juga pernah dorong motor kurang lebih 10 Km tengah malam, dan sepanjang perjalanan saya selalu ngedumel. Dan baru-baru ini jari kaki saya dilindes ban mobil, dan saya pun cuma bisa ngedumel sambil mendoakan yang buruk-buruk dalam hati. Setelah peristiwa yang menimpa UJe, saya baru sadar kalo apa yang telah saya alami, belum seberapa, dan insyaallah saya akan selalu bersyukur atas segala ketetapan yang Allah berikan, baik maupun buruk. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun