Mohon tunggu...
Bobby Triadi
Bobby Triadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis sambil tersenyum

Lahir di Medan, berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 1998 dan terakhir di TEMPO untuk wilayah Riau hingga Desember 2007.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ani Yudhoyono Capres yang Tak Terbendung di 2019

16 Maret 2016   02:15 Diperbarui: 16 Maret 2016   10:01 3218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Meme Ani Yudhoyono yang beredar. (Ilustrasi: news.okezone.com)"][/caption]Pada menjelang Pemilu tahun 2014, nama Ani Yudhoyono sempat dielu-elukan oleh rakyat pendukung Partai Demokrat untuk maju menggantikan suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden RI yang telah dua periode menjadi orang paling "berkuasa" di republik ini. Namun, keinginan pendukungnya harus kandas dengan pilihan Demokrat untuk tidak mengusung siapa pun pada kontestasi Capres 2014. Sebagai ahli strategi, mungkin SBY punya hitung-hitungan sendiri untuk mencalonkan istrinya sendiri pada saat itu. Secara iklim politik, ketika itu Demokrat sedang diterjang tsunami politik yang bila mencalonkan Ani Yudhoyono kala itu sama dengan akan mempermalukan istri Ketua Umum dan juga sebagai istri Presiden RI ke 6, bila hanya memperoleh suara kecil.

Apakah Demokrat Tetap Tanpa Calon Presiden pada Pilpres 2019?

Ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang paling besar dan paling berat bagi Partai Demokrat. Melihat kondisinya yang bisa dikatakan tanpa kader yang potensial untuk dapat dicalonkan sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Joko Widodo yang diperkirakan akan kembali bertarung di 2019. Figur SBY yang diklaim pendukungnya sebagai orang yang paling diinginkan rakyat untuk kembali memimpin republik, terganjal oleh aturan yang hanya membolehkan seorang presiden untuk memimpin sebanyak-banyaknya dua periode saja. Maka SBY harus mempersiapkan Capres 2019 dari jauh-jauh hari. Siapa?

Kuda-Kuda Partai Demokrat

Beberapa hari ini muncul meme yang "mendeklarasikan" Ani Yudhoyono sebagai Calon Presiden 2019 dengan tanda pagar (tagar) #AniYudhoyono2019 yang mengiringi #SBYTourDeJava atau mengiringi perjalanan politik SBY ke Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meme yang diakui oleh koordinator juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul, dibuat oleh pendukung Ani Yudhoyono.

Dukungan dan antusiasme dari masyarakat agar Ani Yudhoyono maju sebagai Capres 2019 pun diklaim oleh Partai Demokrat masih sangat besar. Sebab, jika SBY tak lagi bisa maju sebagai capres, maka Ani Yudhoyono lah yang paling layak untuk di-capres-kan mengingat figurnya yang terurai pada meme yang dibuat dan disebarkan oleh pendukungnya. Meski dikatakan disejumlah media oleh petinggi-petinggi partai tersebut, nama Pramono Edhie Wibowo (Ipar, SBY) juga disebut-sebut layak untuk di-capres-kan.

[caption caption="Meme yang juga turut beredar untuk dukungan kepada Ani Yudhoyono. (Sumber gambar: news.detik.com)"]

[/caption]

Jika melihat popularitas antara Ani Yudhoyono dan Pramono Edhie Wibowo, tentu Ani Yudhoyono lah pemenangnya. Sepuluh tahun mendampingi SBY sebagai Presiden RI, tentu Ani Yudhoyono lebih dikenal publik daripada Pramono Edhie. Terbukti, pada konvensi capres yang dihelat Partai Demokrat dalam rangka menjaring figur Capres 2014, Pramono Edhie masih kalah populer dengan Dahlan Iskan dan ditempel ketat oleh Marzuki Alie. Sedangkan nama Ani Yudhoyono selalu tampil pada survei-survei menjelang pencapresan 2014, bahkan pada survei yang dilakukan Lembaga Focus Survey untuk tingkat pengenalan publik nama Ani Yudhoyono pernah mengalahkan Joko Widodo. Artinya, Ani Yudhoyono paling berpeluang menggeser Joko Widodo sebagai Presiden RI pada Pilpres 2019. Apalagi sekarang yang meminta Ani Yudhoyono maju pada pencapresan 2019 adalah rakyat yang merindukan kepemimpinan SBY.

Pro dan Kontra Pencapresan Ani Yudhoyono

Ketika jagat maya bersorak atas wacana pencapresan Ani Yudhoyono pada 2019, sejumlah reaksi bermunculan. Baik itu reaksi yang pro atas pencapresan Ani Yudhoyono atau pun yang kontra atas wacana tersebut. Ada yang mengatakan tak layak, dan ada pula yang mengatakan masih terlalu dini. Bagi Demokrat tentu penting untuk segera "memoles" dan "membumbui" Ani Yudhoyono, dan tak ada larangan untuk itu. Sedangkan masalah kelayakan, tentu masih harus diuji. Sebab tidak ada ilmu pasti untuk soal kelayakan itu.

Reaksi-reaksi juga berdatangan dari partai-partai lainnya, misalnya saja PDI Perjuangan melalui Hendrawan Supratikno yang menyampaikan ucapan selamat atas pencalonan tersebut. Ucapan selamat atas pencalonan Ani Yudhoyono yang sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Begitu pula dukungan dari Wasekjen PPP Arsul Sani, dia mengatakan Ani Yudhoyono dapat menjadi calon kuat pada Pilpres 2019. Bahkan dia tidak mempermasalahkan jika pada pencalonan Ani Yudhoyono nanti akan muncul isu dinasti, sebab soal dinasti politik juga sudah terjadi di negara lain.

Dukungan kepada Ani Yudhoyono pun datang dari politisi PKS, Nasir Djamil, yang tak meragukan lagi popularitas Ani selama mendampingi SBY sebagai Presiden RI.

Sedangkan politisi Hanura, Dadang Rusdiana menilai kurang tepat mewacanakan Ani Yudhoyono sebagai Capres 2019 pada saat ini. Menurutnya, saat ini pemerintahan Joko Widodo sedang mengalami banyak persoalan dan dia meminta agar semua pihak lebih menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi pemerintahan Jokowi Widodo.

Seperti diketahui, beberapa kali SBY sempat mengkritisi persoalan yang muncul pada pemerintahan Joko Widodo. Dari persoalan PSSI, kabinet yang gaduh dan persoalan ekonomi. Dari hal-hal tersebut terlihat, pelan-pelan namun pasti, Demokrat mulai mengambil posisi sebagai oposisi yang dapat menjadi modal kuat bagi Partai Demokrat untuk pelan-pelan mendegradasi kepemimpinan Presiden Jokowi dan akan mengambil alih kepemimpinan tersebut pada Pemilu 2019.

Masalah akan mencalonkan Ani Yudhoyono sebagai Capres 2019 atau tidak, Partai Demokrat tentu dapat berkiblat politik pada Partai Demokrat Amerika Serikat yang mengusung Hillary Clinton sebagai Presiden mengikuti jejak suaminya sebagai pendahulu.

SBY tentu tak perlu malu-malu lagi. Sangat banyak contoh soal politik dinasti maupun contoh-contoh lainnya untuk dia dapat memberikan dukungannya kepada Ani Yudhoyono. Apalagi ini permintaan rakyat-rakyat pendukungnya, rakyat-rakyat yang diklaim oleh politisi-politisi partainya sangat merindukan kepemimpinan SBY atau diwakili kepada Ani Yudhoyono sebagai Presiden RI ke-8.

Pilihannya, SBY mendukung pencapresan Ani Yudhoyono atau akan melukai hati pendukung-pendukungnya. Jika ini benar-benar atas permintaan rakyat seperti yang diklaim oleh Demokrat, maka Ani Yudhoyono tidak akan terbendung untuk menduduki kursi RI 1 menggantikan Joko Widodo di tahun 2019 sekaligus mengukir sejarah baru Indonesia sebagai presiden perempuan pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. LANJUTKAN!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun