Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tiga Kiat Menulis Artikel dan Karya yang "Keluar dari Kotak"

26 November 2020   11:45 Diperbarui: 26 November 2020   13:52 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis out of the box - pexels.com

Kita tentu pernah membaca artikel atau buku yang kita pandang "keluar dari kotak" atau "out of the box". Istilah ini dalam bahasa Inggris merujuk pada sesuatu yang istimewa atau luar biasa.

Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel Kompas.id yang saya nilai "keluar dari kotak". Judulnya "Tutur Visual: Geger Pacinan." Sila klik ini untuk membaca artikel lengkapnya.

Artikel  itu membahas perang terbesar VOC melawan pasukan China-Jawa. Artikel ini sangat "keluar dari kotak" karena: 1) mengulas tema yang jarang diangkat media arus utama dan 2) berani mengangkat topik sensitif demi tujuan edukasi sejarah.

Kita sebagai penulis tentu ingin juga sesekali menulis tulisan yang "keluar dari kotak." Penulis tentu jenuh juga jika "hanya" mengulang ide yang sudah banyak diulas media arus utama atau sudah terlalu banal. Pembaca pun sama halnya. Pembaca juga kiranya bosan kala membaca artikel yang tidak beda jauh dengan artikel yang banyak dijumpai.

Nah, apa saja kiat menulis artikel yang "keluar dari kotak"? Berikut kiat-kiatnya:

1. Memilih sudut pandang yang unik

Saya ibaratkan menulis itu bagai menulis cerpen. Lazimnya, sebuah cerpen ditulis dengan sudut pandang orang pertama (aku) atau orang ketiga (narator). Umumnya cerpen memiliki tokoh-tokoh manusia.

Sangat jarang sebuah cerpen mengejutkan pembaca karena memiliki sudut pandang yang unik. Salah satu cerpen yang pernah ditulis dengan sudut pandang "keluar dari kotak" membuat pembaca terpesona. Mengapa? Karena "si aku" pada akhir kisah ternyata adalah seekor kecoak! Sayang, saya hanya mendengar saja soal cerpen ini. Adakah pembaca yang ingat judulnya?

Akan sangat menarik, misalnya, membuat cerpen dengan sudut pandang orang kedua (engkau). Alih-alih "aku" dan "dia", pencerita menganggit cerpen dengan kalimat-kalimat tentang "engkau". 

"Engkau bilang sayang, tetapi mengapa aku kau tendang? Engkau janji berkunjung, tetapi mengapa kata-katamu tak berujung? Ah, engkau memang  lelaki yang ganjil nan badung..." (Ini contoh cerpen dengan sudut pandang "engkau").

Demikian pula, sebuah artikel menjadi menarik karena pemilihan sudut pandang yang unik. Penulis sengaja memilih sudut pandang persona tertentu atau perspektif tertentu yang belum pernah terpikirkan oleh para penulis lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun