Sekadar mengingatkan, arti susastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah "karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarana sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi".
Tetap ada unsur penilaian yang masuk akal dalam mengukur mutu karya susastra, termasuk puisi. Pada hemat saya, sebuah puisi itu indah ketika pesan disampaikan secara apik melalui pilihan kata dan metafora yang mudah dicerna.
Tentu, para penyair memiliki selera berlainan. Juga redaktur rubrik sastra. Pula admin Kompasiana. Tak ketinggalan, Anda sebagai pembaca.Â
Jangan Takut Menulis Puisi Sederhana
Selera saya adalah puisi model baheula. Memuat rima. Tentu saja, saya tidak sedang menyindir para penulis puisi yang tak begitu peduli pada rima.Â
Sekali lagi, keindahan puisi memiliki banyak wajah. Tak patut memaksakan satu kriteria dan selera untuk menilai keindahan sebuah puisi.
Dalam mencipta puisi, saya menghindari hal-hal berikut:
Pertama, kerumitan yang egoistik
Maafkan istilah yang saya gunakan. Maksud saya, sebuah puisi janganlah terlalu rumit sampai sulit dicerna maknanya oleh pembaca awam. Jujur, beberapa kali menyimak puisi karya penyair dan penulis amatir, saya bingung.
Puisi ini mau menyampaikan pesan apa? Apa intinya? Peristiwa apa yang sedang dirujuk olehnya? Apa arti metafora yang digunakan penulisnya? Apa kaitan antara diksi, baris, dan bait-baitnya?
Jangan-jangan, penulisnya menikmati kerumitan itu untuk dirinya sendiri, tanpa memerhatikan daya tangkap pembaca umum.