Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pemulangan Eks Kombatan ISIS, Tanya dan Perhatikan Dulu Korban Terorisme

7 Februari 2020   06:20 Diperbarui: 7 Februari 2020   07:54 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janda korban bom dan anak-anaknya-Kompas.com/Sri Lestari

Presiden Jokowi mengatakan (6/2), keputusan resmi pemerintah terkait pemulangan warga Indonesia yang terlibat ISIS akan diambil setelah melakukan rapat terbatas.

Saat wartawan mengatakan bahwa sebagian eks kombatan ISIS tersebut telah membakar paspor, Jokowi mengemukakan pendapat pribadinya. "Kalau bertanya kepada saya...saya akan bilang tidak. Tapi, masih dirataskan (dibahas dalam rapat terbatas)."

Mahfud MD, Menko Polhukam mengatakan bahwa ada 660 orang terindikasi sebagai pengikut ISIS. Pada bulan April nanti, pemerintah akan membahas dua opsi: apakah memulangkan mantan anggota ISIS atau tidak ke tanah air. 

Sementara itu, Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan mengatakan, akan ada evaluasi terhadap tiap mantan anggota ISIS. Akan dilakukan penilaian mengenai tingkat keterlibatan dalam aksi-aksi kekerasan. Mereka yang keterlibatannya tidak terbukti atau kurang signifikan kemungkinan dipulangkan lebih cepat ke tanah air.

Korban Terorisme Jarang Disorot

Saat suatu serangan teror terjadi, perhatian media dan warga cenderung berpusat pada pelaku terorisme, bukan pada korban dan keluarganya. Media dan warga sibuk membahas siapa pelakunya ketimbang apa yang sedang dialami korban terorisme dan keluarga mereka. 

Padahal, pihak yang paling dirugikan dalam tragedi ini adalah korban dan keluarga korban. Korban kehilangan nyawa, menjadi cacat (berat), dan kehilangan orang terkasih dan masa depan akibat kejahatan para teroris.

Mutiara Andalas dalam "Politik Para Teroris" (2010) menawarkan pendekatan pada terorisme sebagai tragedi kemanusiaan dari perpektif korban. Andalas mengakui, pendekatan dari perspektif korban ini amat sulit dilakukan karena terbatasnya dokumentasi korban. 

Masyarakat terpaksa memunguti serpihan penuturan para korban dari berita-berita media massa. 

Andalas berpendapat, seharusnya bela rasa diprioritaskan pada para korban. Sayangnya, para korban justru sering disisihkan dari pemberitaan pascateror.

Kita justru sering mendapat kabar tentang kondisi korban melalui unggahan media sosial, macam Twitter, Facebook, dan Instagram. Media massa arus utama sering terjebak pada seluk-beluk pelaku ketimbang belarasa pada para korban. 

Sering terjadi, media massa justru mengulik pelaku demikian rinci, misalnya gim kesukaan pelaku, yang sejatinya tidak ada kaitan langsung dengan aksi terorisme.

Singkatnya, korban terorisme yang seharusnya jadi sorotan justru dilupakan.

Tanya dan Perhatikan Dulu Korban Terorisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun