Mohon tunggu...
Bob Bimantara Leander
Bob Bimantara Leander Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalau gak di radar ya di sini

Suka menulis yang aku suka

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Miftahul Rochman, Tukang Ojek Konvensional Tanpa Keluh

4 Juli 2018   09:23 Diperbarui: 4 Juli 2018   11:38 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikhlas Hadapi Masalah, Rezeki Sudah Ada yang NgaturJEMBER-Ojek online telah mewabah di berbagai kota di Indonesia termasuk di Jember. Fenomena ini terjadi karena beberapa alasan, yaitu murah dan praktis.

Betapa tidak, kalau orang datang dari stasiun Jember, dia hanya perlu merogoh kocek Rp 5.000 untuk sampai ke Jalan Jawa atau Sumatera, bahkan ke Jalan Semeru. Selain murah, ojek online ini sangat efisien karena tidak pernah berhenti untuk "ngetem" mencari penumpang.

Implikasinya, masyarakat banyak yang beralih menggunakan alat transportasi modern ini dan menghasilkan penurunan penghasilan bagi supir transportasi umum, seperti angkot dan ojek konvensional.

Inilah mengapa di berbagai kota termasuk di Jember terdapat demo ratusan supir angkot, ojek konvensional, dan tukang becak di depan DPR atau DPRD agar ojek online ini dihapuskan dari kota atau kabupatennya.

Namun, ada yang unik di Kabupaten Jember ini. Terdapat suatu pengkalan ojek konvensional yang berada di timur bundaran DPRD kab Jember, tempat di mana dulunya terdapat demo ojek online.

Dengan atap kayu pondasi dan baliho iklan rokok bekas sebagai asbes, di pengkalan tersebut berteduh satu tukang ojek tua, dengan tukang ahli kunci yang berlapak tak jauh dari pengkolan tersebut.

Ketika penulis (Radar Jember)menemuinya, bapak yang juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani ini mengaku sebagai satu-satunya tukang ojek yang beroperasi di daerah tersebut.  Lanjutnya, semenjak ada ojek online di Jember, teman-temannya dulu yang berjumlah 12 telah berpindah profesi sebagai kuli bangunan, karena penumpang yang sangat jarang memakai jasa transportasi beroda dua ini.

"Iya dulu banyak. Sekarang udah pindah profesi. Gak laku ojek di sini." Ujarnya, sambil bersandar di bangku kayu tua, santai. Saat ditanya mengapa dia tetap bertahan, Pak Mif, sapaannya, menjelaskan bahwa rezeki sudah ada yang mengatur.

Dia juga tak membenci ojek online yang mondar-mandir di area pengkolannya. Bahkan, bapak dua anak ini sering menemui tukang ojek online yang mendapat penumpang di samping pengkolannya. "Kalau ada penumpang yang dihampiri ojek online depan sini (pengkolan). Ya saya ikhlaskan. Silahkan ambil. Tak apa", jelasnya sambil tersenyum.

Saat demo di depan DPRD Jember-pun, dia memilih untuk merawat lahan tanamnya yang berada di daerah Jambuan, Antirogo. Pria yang  mempunyai sawah 100 meter persegi ini, juga bercerita tentang masalah kegagalan panennya, karena musim yang tak menentu dan harga pupuk yang semakin mahal.  Lagi-lagi, hasil panen tersebut dia terima dengan ikhlas, karena satu prinsipnya, Tuhan pasti membagikan rezekinya ke hambanya.

"Dulu itu selalu pasti. Setiap empat bulan, saya pasti panen satu ton. Tapi sekarang gak jelas. Kadang ada yang gagal panen setengahnya." akunya dengan kerutan wajah yang tampak saat ia tersenyum. Namun, dia tampak tak mengeluh dan tetap menjalankan kedua profesi itu sampai saat ini, terlepas dari kemunculan ojek online dan tidak menentunya musim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun