Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money

Thorium : Sumber Energi 1000 Tahun Kedepan

26 Agustus 2015   21:02 Diperbarui: 26 Agustus 2015   21:02 3948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thorium baru di ketahui dapat di manfaatkan sebagai bahan baku Nuklir setelah Glen T Seaborg seorang pemenang hadiah Nobel untuk Kimia pada tahun 1942 menemukan bahwa Thorium dapat membelah ketika di tembak dengan neutron menjadi menjadi Uranium 233 sehingga dapat di manfaatkan sebagai bahan baku reaktor Nuklir yang jauh lebih efisien dari Uranium. Seaborg berhasil menyakinkan Alvin Weinberg yang saat itu adalah kepala Oak Ridge National Laboratory untuk membangun sebuah reaktor yang dapat memanfaatkan Thorium dalam bentuk cair yang disebut Molten Salt Reactor, yang akhirnya beroperasi pada tahun 1965 selama 20,000 jam tanpa ada masalah sayangnya program Thorium di hentikan oleh Amerika yang lebih memilih Uranium karena reaksi fisinya menghasilkan Plutonium yang saat itu di butuhkan untuk kepentingan Militer.

Sejak 1967 Thorium sudah di pakai di berbagai tipe reaktor dalam bentuk cair seperti Molten Salt Reaktor (MSR) maupun dalam bentuk bahan bakar padat pada berbagai reaktor pada umumnya yang saat ini beroperasi bahkan reaktor daya sipil pertama jenis Light Water Reactor (LWR)  pernah di operasikan memakai Thorium (1977 – 1982) dan reaktor Jerman HTTR-300 (High Temperature Thermal Reactor/1983-1989) juga memakai Thorium dan reaktor yang masih beroperasi sampai saat ini memakai Thorium adalah Reaktor Kamini di India. Berikut daftar lengkap reaktor yang pernah memakai Thorium (link).

Bahwa Thorium adalah sumber daya energi yang jumlahnya sangat banyak di dunia tidak dapat di sangkal lagi, bandingkan antara Thorium yang cukup untuk 28,000 tahun dan Batubara yang hanya hanya 100 tahun dan bahwa Thorium sudah terbukti  di manfaatkan dalam berbagai jenis reaktor nuklir juga tidak dapat di sangkal lagi, MSR, LWR, HTTR – Bahkan India dan China yang memilki sumber daya Thorium cukup besar menjadikan Thorium sebagai prioritas program energi nasional mereka.

Artinya Thorium sebagai sumber daya energi seharusnya secara serius di pertimbangkan untuk masuk dalam bauran energi Indonesia bersama-sama Minyak, Batubara, Gas Bumi, Air, Matahari dan Angin. Karena sampai saat ini otoritas energi di Indonesia tidak menyadari tentang keberadaan Thorium yang cukup banyak.  Bahkan dalam bauran energi Indonesia hanya disebut Nuklir, walaupun yang mungkin di maksud Nuklir adalah Uranium yang ketersedianya di Indonesia menurut BATAN hanya cukup untuk 40 tahun. Sesungguhnya istilah Nuklir dalam bauran energi adalah sebuah kesalahkaprahan, karena Nuklir bukanlah sebuah sumber daya alam tetapi sebuah teknologi.

Nuklir adalah sebuah teknologi yang memanfatkan reaksi fisi atau memanfaatkan radioisotope yang di produksi oleh reaksi fisi tersebut. Teknologi Nuklir dapat di manfaatkan untuk kepentingan Kedokteran, Listrik ataupun sebagai senjata. Rekasi fisi tersebut terjadi dalam sebuah reaktor yang jenisnya beragam. Bahan bakunya dapat berupa Uranium, Thorium, Plutonium atau limbah nuklir maka bila kita berbicara Nuklir harus di perjelas apa jenis bahan bakunya dan jenis reaktornya.

Bila pemilihan prioritas bauran energi berdasarkan jumlah berapa besar ketersediannya maka jelas sekali Thorium adalah pemenangnya maka harus masuk sebagai sumber daya energi tersendiri bukan hanya di kategorikan sebagai Nuklir tanpa ada pembahasan.

Memang pemanfaatan Thorium harus melalui teknologi Nuklir yang mana memiliki berbagai kekuatiran khususunya tentang keselamatan dan radiasi yang sesungguhnya lebih banyak isu dari pada fakta (baca : Keselamatan PLTN Antara Isu dan Fakta) Tetapi faktanya Nuklir adalah jenis pembangkitan listrik yang teraman dibanding pembangkitan listrik lainnya. Sama halnya bahwa Pesawat adalah moda transportasi teraman dibanding moda lainnya seperti sepeda motor dan mobil. Setiap menit kematian sepeda motor terjadi dunia tetapi tidak ada pemerintah di dunia ini melarang penggunaan sepeda motor atau menjadikan orang takut memakai sepeda motor.

Faktor terakhir adalah keekonomisan : Apakah pembangkitan listrik memakai Thorium dapat menjadi lebih murah di banding batubara ? tentunya keekonomisan Thorium akan sangat tergantung dengan jenis reaktor yang di pakai.

Bila kita berbicara reaktor jenis LWR (Light Water Reactor) jenis generasi III maka jawabanya tidak ekonomis bahkan 2 – 3 kali lipat dari batubara. Beberapa alasan mengapa PLTN non-generasi IV sangat mahal antara lain :

  1. Di buat di lokasi – tidak ada fabrikasi
  2. Tiap PLTN memiliki supply chain yang berbeda-beda
  3. Struktur pelindung tekanan tinggi (144 ATM) membuat konstruksi mahal
  4. Fabrikasi elemen bahan bakar yang kompleks
  5. Desain reaktor yang kompleks

Oleh sebab itu hampir semua reaktor generasi IV menjadikan Fabrikasi dan Modularity bagian dari prinsip dasar untuk dapat menekan biaya sehinga menjadi sangat ekonomis. Tetapi dari 6 reaktor generasi IV hanyalah Molten Salt Reactor (MSR), yang pernah beroperasi di ORNL (1965 – 1969) yang memiliki desain paling sederhana dan fabrikasi elemen bahan bakar termudah yang membuat biaya konstruksi termurah dan operasional rendah tentunya dengan tingkat keamanan dan keselamatan tertinggi.

Beberapa analisa terhadap biaya kontruksi reaktor MSR di ORNL saat itu dengan biaya pada saat sekarang yang rata-rata berada pada USD 2000/KW bahkan beberapa analisa menempatkan biaya pada 1600/KW artinya lebih murah dibanding biaya pembangunan PLTU batubara. Thorcon Power, Sebuah perusahaan yang saat ini mengembangkan MSR di Amerika menghitung biaya pembangunan sebesar USD 1200/KW dan biaya pembangkitan listrik sebesar USD 3 sen/Kwh -- Jelas lebih murah dari PLTU batubara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun