Mohon tunggu...
bob bob
bob bob Mohon Tunggu... -

only a guy

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisasi Mahasiswa

27 Maret 2010   18:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wacana pemakzulan Presiden atau Wakil Presiden masih terus bergulir. Dalam sebuah diskusi yang dilakukan di Grand Preanger Bandung, Taufik Kiemas menyatakan adanya permintaan agar MPR menggunakan hak menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintahan dan itu memang diatur dalan konstitusi. Agaknya sikap tidak puas para pendukung opsi C sidang paripurna DPR terus mencari jalan untuk menggeser SBY atau Boediono setelah skandalisasi Bailout Bank Century hasilnya  dinilai mengalami jalan buntu dalam proses hukumnya bahkan proses hukum itu justru berbalik mengarah para politisi DPR itu sendiri dengan kasus suap dan L/C Fiktif Bank Century.

Sepertinya perseturan politik ini belum berakhir, wacana boikot Sri Mulyani dalam pembahasan RAPBN 2010, wacana penggunaan hak budget, wacana penggunaan hak menyatakan pendapat semakin menunjukkan ketidak harmonisan hubungan lembaga legislatif dan eksekutif. Namun apa yang dilakukan oleh para legislator tersebut sepertinya tertutup oleh ramainya kasus markus yang diangkat oleh Susno Duadji yang lebih menyedot perhatian. Kasus Bank Centurypun makin meredup bahkan pemerintah sudah berancang2 akan mengganti dana deposan Antaboga dari APBN yang ditanggapi sebagai strategi membenturkan DPR dengan para deposan.

Keputusan pemerintah mengganti uang para deposan tersebut mengesankan bertentangan dengan rekomendasi DPR yang menyatakan terjadi penyimpangan dalam mekanisme bailout bank century. Sementara itu penanganan Bank Century oleh penegak hukum seperti berjalan ditempat, fokus penangnannya masih berkutat pada Robert Tantular dan L/C fiktif yang ditengarai melibatkan Misbakhun, politisi dari PKS yang dianggap mbalelo.

Para mahasiswa yang gigih berdemopun mulai beralih menjadi tawuran antar sesamanya. Sangat terlihat bahwa sesungguhnya para mahasiwa tersebut sangat mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis. Melihat tawuran antar mahasiswa yang terjadi dibanyak perguruan tinggi, bukan tidak mungkin hal ini adalah hasil sebuah skenario yang ingin menggambarkan bahwa perjuangan mahasiswa tidak murni lagi menyuarakan aspirasi masyarakat. Bisa saja para politisi terlibat dalam menggerakkan mahasiswa untuk kepentingan politiknya.

Mahasiswa menjadi kelompok yang rentan terhadap pengaruh politik saat ini, bergerak kejalan melakukan demo yang sering berujung anarkis, demikian juga didalam kampus berbuat anarkis dan berusaha membakar kampus bukan terjadi disatu universitas saja. Hal ini menimbulkan tanda tanya, benarkah itu ulah mahsiswa ataukah ada penyusupan untuk memprokasi tindakan anarkis. Jika ada penyusupan memang masuk akal yang tujuannya agar mereka kehilangan simpati masyarakat. Hilangnya simpati tersebut akan menimbulkan benturan antara masyarakat dan mahasiswa dan itu memang sudah terjadi.

Hampir setiap unjuk rasa selalu diakhiri tindakan anarkis yang memaksa aparat bertindak tegas. Tentunya jika prilaku mahasiswa tetap bertahan seperti itu bukan tidak mungkin aparat akan bertindak represive. Dalam situasi seperti ini, paling tepat para mahasiswa kembali pada formnya, masuk kelas menimba ilmu. Sebab, benturan antar mahasiwa atau mahiswa dengan masyarakat atau dengan aparat mungkin sebuah skenario telah dijalankan oleh para politisi kita yang mungkin menggunakan mahasiswa untuk kepentingan ambisi politiknya.

Buka2an diantara para penguasa dan politisi saat ini adalah sebagai sebuah hasil dari persaingan yang makin lama makin tidak sehat bagi kestabilan pemerintahan namun menguntungkan bagi masyarakat. Tentunya dengan fenomena yang berkembang saat ini adalah waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk cooling down sebagai sikap untuk mawas diri agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan ambisi politik politisi yang bertikai. Tidak perlu mencurigai antar kawan tetapi tidak pula harus percaya, berpandangan realistis melihat segala kemungkinan penyusupan, penyusup untuk melakukan provokasi. Pola yang hampir sama seperti telah terskenario, mahasiswa tawuran antar sesamanya yang disertai pengrusakan fasilitas kampusnya sendiri memang perlu diwaspadai. Menngerakkan mahasiswa untuk kepentingan politik memang paling mudah, mengadu domba antar mahasiswa juga tidak sulit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun