Mohon tunggu...
arthur
arthur Mohon Tunggu... Wiraswasta - .

manusia biasa yang belum masak dan senang menulis..berharap bisa berbagi informasi lewat kacamata sempit, yang tersimpan diruang kecil di bagian otak saya....mencoba meramu masakan hidup dalam aliran kata-kata, dari bahan berupa mata, telinga, hidung, mulut, dan hati....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernikahan Adat Dayak Kalis

27 September 2010   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Warga negara Amerika Serikat, Leroy James Bailey, tampak gagah mengenakan pakaian adat Dayak. Seperti pangeran kerajaan, ia tiba di Betang di Jalan Sutoyo Pontianak, dengan iringan tabuhan dan tarian. Ia mengendarai mobil bak belakang terbuka yang dihias menyerupai perahu Jajang.

Upacara adat yang dijalani Leroy merupakan lanjutan pernikahan resmi (catatan sipil) bersama Briggita Romanda Kaliska atau Gitta, yang dilakukan di Franklyn Courthouse Louisiana Amerika Serikat pada 27 Juli 2007. Buah cinta pernikahan tersebut adalah Gabriella Anna Marie Bailey atau Gabby yang berusia 11 bulan.

Leroy tampak selalu tersenyum. Ia menjalani prosesi perkawinan adat sub suku Dayak Urang Kalis yang berasal dari Kabupaten Kapuas Hulu. Prosesi tersebut dilaluinya setelah menikahi Gitta, perempuan yang berasal dari daerah itu."Upacara ini sangat unik. Ini merupakan kedatangan pertama saya ke sini (Kalimantan Barat) dan juga pengalaman pertama mengikuti upacara seperti ini," tuturnya usai melakukan upacara adat.Leroy yang menuntut ilmu di US Air Force, The Reserve Officers Training Corps (ROTC) Morgan City Los Angeles, mengaku, sedikit bingung dengan prosesi penikahan adat. Ia harus melalui 13 prosesi adat, juga upacara adat Apandaor (menurunkan anak ke tanah/sungai), untuk putrinya.

Hujan deras tak menyurutkan langkah Leroy menjalani setiap prosesi. Meskipun tidak menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Kalis, Leroy sangat serius melalui tahapan upacara pernikahan adat, itu.Ketika tiba di Betang, Leroy ditunggui Gitta dan Temanggong (tetua adat) yang berdiri di depan sebuah batang kayu yang melintang sebagai Ompang Panyialo (penghalang). Kayu tersebut harus dipatahkannya menggunakan Mandau.

Ada dua penghalang yang harus dipatahkan Leroy. Penghalang tersebut berada di pintu masuk dan depan tangga Betang. Penghalang tersebut merupakan simbol rintangan dalam kehidupan yang harus dilalui oleh Leroy."Saya sangat menyukai prosesi mematahkan penghalang. Prosesi itu unik. Karena, usai penghalang dipatahkan, saya disambut pihak keluarga perempuan dan disambut dengan segelas Geram (tuak) dan tarian," tuturnya.

Leroy juga menyukai pakaian adat yang dikenakannya. Menurut Gitta, Leroy pernah mengutarakan hal itu kepada dirinya. Pakaian berbahan manik-manik tersebut ingin dibawa pulang ke Amerika."Ia ingin pakaian tersebut menjadi kenang-kenangan pernikahan yang bisa disimpan di rumah. Leroy mengatakan hal itu ketika pertama kali melihat dan mengenakan pakaian adat tersebut," ujar Gitta.

Tentukan Nama Pakai Temu Lawak

Sebagai peranakan Amerika Serikat dan Indonesia, khususnya berdarah Dayak Kalis, Gabriella Anna Marie Bailey atau Gabby yang berusia 11 bulan, harus melalui prosesi adat Apandaor (anak turun ke tanah/sungai). Prosesi tersebut diakhiri dengan pemberian nama Dayak, yang ditentukan menggunakan buah Temu Lawak.

Seperti bocah kebanyakan, tingkah Gabby tampak menggemaskan. Ketika alat musik tradisional ditabuh untuk memulai prosesi Apandaor, jemari kedua tangannya berputar, menari. Ketika musik terhenti, jemari tangan kanannya bergerak membuka dan menutup.Berada digendongan Ir Anna Veridiana I Kalis M Sc, neneknya, Gabby menjadi pusat perhatian tamu yang datang. Bocah itu juga tak rewel ketika kilatan blitz kamera mengarah kepadanya. Bahkan, ia melambaikan tangan kanannya ke arah juru foto.

Kekhawatiran terlihat dari wajah Leroy James Bailey, ayah Gabby, yang selalu mengawasi putrinya dari arah sebelah kanan mertuanya. Beberapa kali ia berbisik pada Brigitta Romanda Kaliska atau Gitta, istrinya, bila ia melihat wajah Gabby menunjukkan akan menangis.

Menurut Gitta, kekhawatiran Leroy muncul bila ada orang baru yang belum dikenal menyentuh atau mengendong putrinya. Perempuan yang menempuh pendidikan di University of Louisiana, itu, mengaku memaklumi kekhawatiran suaminya."Apalagi Gabby harus dimandikan sebelum dilakukan pemberian nama. Kondisi hujan dan dingin menyebabkan Leroy khawatir bila kondisi kesehatan Gabby menjadi lemah," tuturnya.

Sebuah kolam plastik hijau berdasar kuning yang berisi air dan taburan bunga, diletakkan dekat tangga beranda betang sisi kiri. Kolam itu menjadi tempat mandi Gabby untuk upacara Apandaor. Sebelumnya, air kolam tersebut didoakan oleh Temanggong (tetua adat).

Doa yang dilafalkan dalam bahasa Dayak Kalis meluncur dari mulut Temanggong, seraya mengarahkan ujung mata tombak pada air kolam. Dari gendongan neneknya, Gabby menatap lekat pada Temanggong dan ujung tombak yang mengarah ke tempat mandinya.Selain dilakukan oleh orangtuanya, prosesi memandikan Gabby juga dilakukan oleh Barcunda Sturjaya SH MM, kakeknya. Sedangkan kakek dan neneknya dari Amerika, tidak bisa menghadiri prosesi adat tersebut.

Menurut Gitta, Louis Adam Topham dan Agnes Giroir Topham, mertuanya, sangat ingin turut serta dalam prosesi adat yang dilakukan. Namun, keinginan tersebut kandas akibat bencana badai Ike dan Gustaf."Rumah mertua saya ikut terkena badai tersebut. Mereka memutuskan tidak jadi ikut ke Indonesia karena harus memperbaiki rumah yang terkena badai. Mereka menitip doa buat Gabby, agar prosesi adat ini berjalan dengan lancar," tuturnya.

Usai prosesi Ipamandi (mandi) sebagai satu bagian adat Apandaor, tahapan selanjutnya adalah Yan Tasang (pemberian nama Dayak Kalis). Tiga nama sudah disiapkan untuk Gabby, yang harus dipilih secara berurutan. Yakni Bunga Lita, Indang, dan Kabang.

Uniknya, pemberian nama dilakukan oleh Temanggong dengan bantuan buah temu lawak yang sudah dikupas kulit luarnya. Buah tersebut dibelah menjadi dua bagian sama besar. Menurut Temanggong, pemilihan nama bisa digunakan Gabby, berdasarkan tanda dari buah temu lawak."Kalau buah menutup dan membuka, maka nama sudah direstui oleh Yang Kuasa melalui tanda tersebut. Kalau buah tersebut tidak terbuka dan menutup sampai tiga kali, nama pertama yang dipilih dibatalkan dan dilakukan pemilihan nama kedua yang sudah disiapkan. Begitu seterusnya," tuturnya.

Usai melafalkan doa, Temanggong melakukan lemparan pertama buah temu lawak ke udara. Para tamu yang menanti hasil pemilihan nama terlihat tenang. Ketika tiba ke lantai, dua bagian buah tersebut jatuh menutup dan harus diulangi. Nama Bunga Lita untuk Gabby baru diperoleh dalam lemparan yang kedua, setelah buah jatuh dalam posisi berlawanan.

Menurut Anna, nama tersebut sama seperti nama Dayak Kalis yang dimilikinya. Anna mengharapkan keindahan nama Bunga Lita tersebut dapat terpancar dalam sikap dan perilaku Gabby nantinya.

[caption id="attachment_270677" align="alignleft" width="300" caption="nikah adat Leroy dan Gitta"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun