Mohon tunggu...
arthur
arthur Mohon Tunggu... .

manusia biasa yang belum masak dan senang menulis..berharap bisa berbagi informasi lewat kacamata sempit, yang tersimpan diruang kecil di bagian otak saya....mencoba meramu masakan hidup dalam aliran kata-kata, dari bahan berupa mata, telinga, hidung, mulut, dan hati....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pasar Hongkong: Menu Tradisional di Pasar ‘Internasional’ (Singkawang Part II)

26 September 2010   12:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_270697" align="alignleft" width="300" caption="roda kehidupan di pasar hongkong"][/caption]

Hongkong van Borneo di Kota Singkawang tak hanya menyajikan pantai indah dan Klenteng untuk dijadikan tempat wisata. Anda juga bisa mampir di ‘pasar internasional’ yang ada di pusat Kota Singkawang, yakni Pasar Hongkong.

Singkawang tak asing bagi saya. Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di Nyarumkop, kota ini menjadi daerah jajahan setiap pekannya. Tapi, itu dulu. Tamat es-em-pe saya melanjutkan ke Pontianak dan jarang sekali mengunjungi Kota Amoy. Karenanya, perlu guide selama saya dan teman backpacker asal Yogya mengitari kota itu. Daud, teman ketika kuliah di Yogya yang asli Singkawang, menjadi pemandu awal September lalu.

Meski tak terlalu luas, Kota Singkawang sedikit membingungkan dengan jalan yang memutar dan banyak jalan terusan. Beruntung, Pasar Hongkong menjadi patokan jika kesasar di jalan saat malam.“Pasar ini menjadi pusat kuliner bagi wisatawan yang datang ke sini,” ujar Daud memberitahu.

Jejeran gerobak dorong, tatanan meja dan kursi plastik di pelataran toko yang sudah tutup, menjadi pemandangan indah tersendiri saat menyusuri Kota Singkawang di malam hari. Lampu petromak dan lampu listrik, saling berbagi terang. Ramai pengunjung bisa dilihat dari jejeran motor yang terparkir rapi.

Pasar Hongkong tak buka sepanjang waktu. Anda bisa menemukan pasar ini mulai pukul 18.00 WIB. Karena, penjual di Pasar Hongkong harus sabar menunggu pintu toko ditutup oleh pemiliknya, untuk menggelar dagangan mereka. Menjelang pukul 03.00 pagi, satu persatu penjual makanan di Pasar Hongkong membersihkan sampah di sekitar lokasi jualan mereka. Bila sudah bersih, mereka mengemaskan barang dagangan dan pulang. Kehidupan transaksi jual-beli dilanjutkan oleh pemilik toko yang mayoritas warga Tionghoa.

Makanan yang paling banyak ditemukan di ‘pasar internasional’ tersebut adalah Pecel Lele dan Masakan Padang. Jajanan berupa aneka gorengan, martabak, dan terang bulan, mudah diperoleh sepanjang jalan pasar. Menu tradisional bubur pedas, kadang bisa Anda temukan juga.Daud mempromosikan menu nasi campur dan cap cay goreng Singkawang. Menurutnya, makanan tersebut sangat enak. “Kalian harus mencicipi. Sekali coba, pasti mau nambah lagi,” katanya.Ucapan Daud terbukti. Meski tak lama usai menyantap makan malam di rumahnya, rasa lapar kembali menyerang saat menghidu aroma masakan cap cay dan nasi campur yang menggugah selera. Satu porsi makanan lagi menjadi kado indah penghuni perut yang tak sabar minta diisi lagi.

Bila kantuk menyerang padahal Anda masih ingin menghabiskan malam di Kota Singkawang dengan bersantai di Pasar Hongkong, segera pesan kopi asli Singkawang pada penjual warung kopi. Pedagang di Pasar Hongkong biasanya menyediakan kopi yang dibuat sendiri dan bukan olahan pabrik. Kopi ini bisa diperoleh di pasar tradisional yang buka saat pagi hingga sore hari. Kopi asli digiling sendiri, sehingga memiliki aroma dan nikmat tersendiri saat membasahi tenggorokan kita. Hitamnya kopi, bangunan lama yang tertimpa bias lampu, dan lalu lalang kendaraan di jalan, akan menjadi cerita tersendiri menikmati pekatnya malam di Hongkong van Borneo.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun