Pentingnya Rapor Pendidikan bagi Sekolah

Rapor Pendidikan merupakan refleksi sebuah sekolah yang di dalamnya memuat indikator dan profil pendidikan yang menjadi prioritas Kemendikbudristek dan menjadi indikator yang digunakan untuk menilai kinerja daerah dan satuan pendidikan.

Bagaimana bila sekolah tidak mempunyai Rapor Pendidikan?

Inilah yang terjadi dengan sekolah yang saya pimpin. Dua tahun terakhir, tidak saya temukan rapor pendidikan untuk tahun 2021 dan 2022. Lewat tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman sebagai kepala sekolah yang berasal dari Guru Penggerak.

Saya mencoba mengunduhnya di website rapor pendidikan yang disediakan Kemendikbudristek melalui link https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/login. Langkah ini yang saya lakukan seminggu setelah saya diangkat menjadi kepala sekolah. 

Dari laporan rapor pendidikan akan tercermin gambaran sekolah yang akan saya pimpin, selama beberapa tahun terakhir. Apa saja yang dicapai, tingkat persentase capaian sekolah tergambar pada mutu pendidikan di satuan pendidikan.

Rapor pendidikan menjadi bahan acuan dasar sekolah dalam pelaksanaan berbasis data. Untuk penggunaan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) yang diberikan oleh Pemerintah juga harus mengacu pada rapor pendidikan.

Baca juga: Kepala Sekolah bukan Guru Penggerak, Rapor Mutu Pendidikan Merah

Sehingga keuangan sekolah yang disusun oleh bendahara melalui aplikasi Arkas, menjadi tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Sekolah yang tidak mempunyai rapor pendidikan, tentu tidak mempunyai acuan dasar untuk mengukur kinerja persatuan sekolah yang juga berpengaruh pada kinerja daerah dimana sekolah tersebut berada. 

Di sekolah saya sendiri terkendala dari perangkat komputer yang digunakan sebagai proktor tidak tersedia. Dan juga laptop yang digunakan untuk siswa mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

Dan untuk memenuhi kebutuhan ANBK 2023, saya menganggarkan pembelian komputer dan melakukan penyewaan laptop bagi siswa melalui dana BOSP, untuk mengikuti kegiatan tersebut. 

ANBK Siswa dan Survei Lingkungan Belajar bagi Guru dan Kepala Sekolah

Siswa sedang mengikuti kegiatan ANBK Tahap 1 (Dokumentasi pribadi Riduannor)

Bukan hanya siswa yang mengikuti ANBK, tetapi guru dan kepala sekolah mengikuti survei lingkungan belajar (sulinjar). Pada siswa yang dijawab dan dilakukan penilaian adalah kemampuan literasi dan numerasi serta survei lingkungan belajar. 

Baca juga: Pentingnya Sosialisasi Kurikulum Merdeka dengan Orangtua Siswa dan Komite Sekolah

Sedangkan bagi kepala sekolah menjawab sekitar 122 soal yang memuat pertanyaan tentang komunitas belajar (kombel) yang ada disekolah, kepemimpinan sebagai kepala sekolah dan penyelenggaraan sekolah bagi siswa penyandang anak berkebutuhan khusus (ANBK).

Sekolah yang saya pimpin juga menyelenggarakan pendidikan inklusi bagi siswa ABK. Itu sebabnya juga ditanyakan tentang kebijakan kepala sekolah tentang Inklusi dan penanggulangan kekerasan di sekolah, terutama perilaku bullying sesama siswa yang lagi marak saat ini.

Sedangkan bagi guru menjawab sekitar 100 pertanyaan dengan proses kegiatan belajar mengajar, komunitas belajar, dan perlakuan pada siswa saat mengajar.

Alhamdulillah, kegiatan ANBK dan sulinjar yang diikuti menggunakan komputer secara online diselenggarakan Kemendikbudristek dapat diikuti dan terlaksana dengan lancar pada tahap 1 ANBK 2023.

Mengejar Ketertinggalan

Guru di sekolah penulis sedang mengikuti kegiatan Komunitas belajar (Dokumentasi pribadi Riduannor)

Bukan keterbatasan yang menghalangi, tetapi keinginan dan niat yang kuat belum penuh. Untuk mengejarnya perlu tekad dan kemauan yang keras untuk melakukan perubahan.

Pelan-pelan saya melakukan berbagai perubahan di sekolah yang saya pimpin. Sebagai guru penggerak, memang sebuah tantangan dan pengalaman baru. Bukan hanya saja menggerakkan, tetapi memberikan contoh dan teladan melalui berbagi praktik baik di sekolah.

Peran sebagai kepala sekolah, membuat seorang guru penggerak bisa menerapkan berbagai pengetahuan dan konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara menciptakan siswa yang merdeka belajar dan guru yang merdeka mengajar.

Sekolah bukan hanya sebagai tempat belajar. Tapi menjadi tempat yang nyaman bagi semua warga sekolah. Menggerakkan dan memanfaatkan semua potensi dan aset yang dimiliki oleh sekolah di tengah serba keterbatasan.

Penulis sedang memberikan paparan di kegiatan Komunitas Belajar (Dokumentasi pribadi Riduannor)

Tantangan dan kerja keras menjadi usaha nyata melakukan perubahan. Selama ini sekolah yang saya pimpin serba tertinggal dibidang ilmu teknologi (IT). Dan perlahan saya membawanya ke arah sekolah yang bisa berkompetensi dengan sekolah lain yang serba tersedia dan lengkap fasilitasnya.

Memang sebagai guru penggerak, ketika diangkat menjadi kepala sekolah banyak hal yang bisa diperbuat untuk mengembangkan visi dan misi sekolah yang diinginkan. 

Dukungan serta kerja sama warga sekolah menjadi kekuatan luar biasa untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kualitas sekolah yang tercermin di rapor pendidikan (*) 

Coverstory Kisah Guru Penggerak diolah pribadi menggunakan Canva