Mohon tunggu...
Blind Side
Blind Side Mohon Tunggu... profesional -

Bodoh itu menyedihkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Taufik, Sanusi, Ahok, dan Keanehan Dibaliknya

4 April 2016   11:58 Diperbarui: 4 April 2016   12:24 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politisi muda nan guanteng, Mohammad Sanusi terjerat kasus korupsi. Ia tertangkap basah menerima uang suap lebih dari dua miliar dari pihak Podomoro Land, terkait pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Wilayah Zonasi Pesisir Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) dan Raperda Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta. Perilaku Sanusi ini mengulang perbuatan kakaknya Muhammad Taufik yang pernah menilep uang untuk pengadaan barang dan alat peraga Pemilu 2004. Ia kemudian divonis selama 18 bulan pada 27 April 2004 lalu karena merugikan negara sebesar Rp 488 juta.

Ini kejanggalan yang pertama, Aneh tapi nyata, Taufik yang mantan koruptor itu diterima di partai Gerindra. Dia malah dipercaya jadi ketua DPD Gerindra DKI. Dengan posisi tersebut, sang adik, Sanusi, dengan gampangnya bergabung dengan Gerindra.

Keanehan berikutnya. Pada pemilu legislatif lalu, masyarakat DKI bisa mempercayai kakak beradik ini untuk menjadi corong aspirasinya di parlemen. Taufik malah jadi wakil ketua DPRD. Nah, kalau ada yang bilang pemilih Jakarta itu cerdas, tak sepenuhnya benar.

Harta melimpah rupanya tak juga membuat Sanusi tenang, ia masih saja kemaruk harta. Bermain di lingkungan politik yang sarat godaan, ia tak tahan juga.

Dan malam nahas itu pun tiba. Ia tertangkap tangan membawa uang suap dari pengusaha. Ia tak dapat berdalih, apalagi kabur. Pujian layak diberikan kepada sang kakak, Taufik, yang tak banyak bicara. Ia hanya sedikit membela si adik dengan mengatakan, mungkin saja itu hasil usaha properti yang memang selama ini digelutinya.

Yang aneh berikutnya adalah istri Sanusi sendiri. Kepada kuli tinta, ia mengaku sudah mendapat firasat kalau suaminya akan ditangkap. Kalau mendapat firasat begitu, bisa diketahui jika istri Sanusi sebenarnya tahu suaminya seorang maling, tapi ia pura-pura diam. Haram itu enak kali yeee?.

Paling tidak, di hari kejadian, ia tahu suaminya hendak menjemput uang suap. Istri Sanusi ini juga aneh kala menyebut, tertangkapnya Sanusi karena risiko pekerjaan. Lha, memang pekerjaannya apa, sampai tertangkap, lalu masuk tahanan?

Nah ini keanehan tingkat tinggi, melewati emas monas. Bukannya memperaperadilkan KPK, para Kompasioner pendukung Taufik dan Sanusi malah berusaha membelokkan isu korupsi ke Ahok. Menghubung-hubungkan Ahok dengan para bos Podomoro.

Bukannya para kompasioner ini malu dengan aib bosnya, mereka malah getol menulis artikel dengan persepsi sendiri, menciptakan opini seenak udel. Ada yang menulis, Ini Skenario yang disusun Ahok,  menghindari kasus Sumber Waras, Ahok menjebak Sanusi dan bos Podomoro. Ada yang bilang Ahok itu mantan konsultan keuangan Podomoro. Ada yang bilang Sanusi ditangkap, Ahok Panik, (Taufik santai-santai).

Kok, mereka ini seperti beranggapan KPK itu sekumpulan orang bodoh, sampai bisa dikibuli Ahok. Mereka ini kehilangan akal sehat atau apa ya? Anggota keluarga Sanusi? Atau jangan-jangan Kompasiana ini memang sudah disusupi koruptor? Untuk menghindari fitnah, saya sebut inisial penulis itu, dimulai dari senior hingga cecunguk. GS, SP, GE, PS, ALAiN, RS, BaB, CN, BP, Sb, dst.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun