Mohon tunggu...
Blandinna Octaviany Aya
Blandinna Octaviany Aya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Descartes Melalui Lensa "Aku Berpikir, Maka Aku Ada"

9 Januari 2024   20:57 Diperbarui: 10 Januari 2024   12:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ren Descartes adalah seorang filsuf terkenal yang hidup pada abad ke-17, dikenal karena berbagai kontribusinya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Salah satu kontribusi utamanya adalah metode keraguannya yang terkenal dan pemikirannya yang mendalam dalam bidang metafisika, epistemologi, dan matematika. Descartes menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi bernama La Fleche ia mempelajari logika, filsafat, dan matematika hingga tahun 1612. Pada tahun 1613 dia meninggalkan Paris. Kehidupan Descartes di Paris terasa membosankan dan memutuskan untuk mengasingkan diri pada daerah terpencil yang disebut Faubourg. Menurut Rene Descartes, yang dibutuhkan bukanlah kelebihan atau keterbatasan nalar, melainkan penggunaan nalar yang berdasarkan kebutuhan.

Karena kenyataan menunjukkan bahwa orang yang bernalar tinggi dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan, tetapi mereka juga dapat melakukan hal-hal yang paling mengerikan. Descartes sendiri, seorang filsuf terkenal, dengan rendah hati mengakui bahwa kemampuan intelektualnya tidak lebih tinggi dari kebanyakan orang.

Metode Descartes hanyalah sebuah proses berpikir, yang dengannya seseorang seharusnya tidak mengalami kesulitan dalam menentukan dari mana harus memulai. Dengan mengikuti metode ini, orang belajar bahwa mereka harus mulai dengan hal yang paling sederhana dan termudah untuk dilakukan. Adapun logika ada empat prinsip utama, yaitu Jangan pernah menerima sesuatu sebagai benar kecuali anda tahu dengan jelas bahwa itu benar, Atur setiap kesulitan untuk dipelajari menjadi bagian-bagian kecil, atau sebanyak mungkin jika perlu, Berpikir secara koheren dimulai dengan objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, secara bertahap mengaitkan segala sesuatu dengan masalah yang paling kompleks, Di mana saja buat sedetail mungkin dan periksa dengan teliti sehingga Anda yakin tidak ada yang terlewatkan.

Descartes melihat berbagai aktivitas yang dapat dilakukan orang pada gilirannya dan memilih aktivitas yang paling timbal balik. Perkataan Descartes yang paling terkenal adalah: Cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Kata-kata bersayap ini memicu tuduhan bahwa Ren Descartes adalah seorang ateis. Orang-orang menafsirkan moto Descartes seolah-olah lahir dari pikirannya. Prasangka ini sangat menyesatkan, karena Cogito ergo sum merupakan implikasi dari aktivitas pikiran itu sendiri.

Awalnya filsuf Rene Descartes menguji kemampuan panca indera sampai mana kemampuan panca-indera dalam menangkap suatu objek dengan tepat. Pastinya, kita sudah mengetahuinya kalau panca-indera manusia itu memiliki keterbatasan yang tidak dapat dijangkau. Berawal dari sinilah filsuf Rene Descartes mulai meragukan seluruh anggota tubuhnya. Maka, sejak saat itulah filsuf Rene Descartes menyimpulkan bahwa panca-indera manusia itu layak untuk diragukan. Karena, pancaindera manusia bisa salah dalam menghasilkan pengetahuan absolute. Bahkan, pengetahuan-pengetahuan yang selama ini telah dianggap mutlak kebenarannya oleh semua orang masih bisa diragukan kembali kepastiannya oleh filsuf Rene Descartes karena baginya kita sering keliru dalam hal apapun itu. Berikut adalah hal-hal yang diragukan oleh filsuf Rene Descartes, konsep idea filsuf Plato, prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bidang aritmatika, geometri, serta matematika bahkan rasio nya sendiri pun dapat diragukannya kembali. Menurut filsuf Rene Descartes satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan itu ialah "aku" saat ini sedang ragu. "Aku" merasa sangat jelas dan distinct bahwa "aku" sedang ragu.

"Aku" yang sedang ragu itu benar adanya dan disebabkan oleh aku berpikir. Pasti, aku berpikir aku ada. Jika aku sedang berpikir maka aku ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu diriku sendiri bukan orang lain. Cogito ergo sum, I think before I am, aku berpikir, maka aku ada. Filsuf Rene Descartes membuat metode keraguan tersebut sebagai landasan metodis dalam aliran filsafat rasionalisme yang dicetuskannya. Menurutnya jika kita meragukan keraguan orang yang sedang ragu termasuk hal yang tidak masuk akal.

Konsep "berpikir" yang dimaksud oleh filsuf Rene Descartes disini tercakup makna luas. Menurut filsuf Rene Descartes, berpikir adalah sesuatu yang dapat diragukan. Berpikir disini bukan hanya merenung saja namun mencakup semua aktivitas yang melibatkan kesadaran diri. Menurut filsuf Rene Descartes, esensi dari pemikiran manusia tidaklah hanya kecerdasan intelektual semata, melainkan kesadaran seseorang tentang pikirannya sendiri sekaligus terhadap objek-objeknya. Makna berpikir dalam perspektif filsuf Rene Descartes mendekati istilah kesadaran diri. Kesadaran diri disini tentang kesadaran kita tentang proses berpikir sekaligus menyadari perihal emosi di dalamnya. Salah seorang filsuf kontemporer Anthony Kenny menyatakan bahwa, "No previous author had used the word with such a wide extension". Menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun filsuf telah menggunakan kata berfikir sampai makna sejauh seperti itu.

Ajaran filsafat disini bukan hanya pikiran abstrak yang tidak dapat dijangkau penalarannya. Bagi filsuf Rene Descartes segala hal yang dapat diragukan kebenarannya maka pantas untuk ditinggalkan. Disini manusia tentu ingin semuanya yang pasti dan jelas tujuannya dalam menjalankan kehidupan. Fondasi yang baik pasti akan menghasilkan kebenaran yang pasti, tanpa fondasi pasti seseorang itu akan diminta pertanggung-jawaban atas argumentnya. Sudah tentu semakin berkembangnya zaman akan berkembang pula ilmu pengetahuan serta pembaharuan. Disisi lainnya kita juga harus pandai bersikap adil dalam memahami kebenaran yang ada. Saling menghargai perbedaan yang ada dan tidak mengedepankan keegoisan diri masing-masing.

Nama : Blandinna Octaviany Aya

NIM    : 1512300008

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun