Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontribusi Awardee

19 Oktober 2020   15:52 Diperbarui: 19 Oktober 2020   15:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Saman dari Aceh sebelum Prof. Ainun Naim (Foto : Tim PK 144)

Prof. Dr. Ainun Naim merupakan ketua dewan pengawas LPDP. Lahir di Kediri 1960, menyelesaikan pendidikan S1 jurusan akuntansi di Universitas Gajah Mada pada tahun 1984, lalu melanjutkan S2 di Michigan University dan selesai pada tahun 1991. Untuk gelar doctoral, beliau dapatkan dari Universitas Temple, Amerika Serikat pada tahun 1996. Bapak Sofan juga memberikan pemaparan tentang banyak sekali prestasi yang dimiliki oleh Prof. Naim. Beliau juga termasuk salah satu tokoh nasional saat ini.

Prof. Naim pada malam hari ini akan membawakan tema yang berjudul, "Isu-isu strategis dan Permasalahan Sosial, serta Tanggung Jawab Keilmuwan". Beliau mengawali pemaparannya dengan bercerita banyak hal mengenai pengalamannya saat dulu kuliyah S2 dan S3 di Amerika Serikat. Pada waktu itu beliau termasuk salah satu mahasiswa di sana yang menyelesaikan pendidikannya dalam waktu singkat dibandingkan teman-temannya pada masanya. Semua itu tidak terlepas dari kedisiplinan beliau dalam membagi waktunya.

Sebagai ketua dewan pengawas LPDP, beliau berpesan bahwa, "Keberlangsungan LPDP ini tergantung alumninya. Kalan nanti para awardee ini bisa mengambil peran pemimpin di masyarakat. Berguna dan bermanfaat terhadap umat, LPDP akan tetap ada. Pemerintah akan tetap mengusahakan untuk menggelontorkan dananya buat beasiswa. Namun sebaliknya, jika alumninya, tidak ada yang berkontribusi di masyarakat, LPDP bisa saja dibubarkan".

Pesan dari beliau ini sangatlah tegas. Dari semua pembicara pada hari pertama ini, dengan bahasa yang berbeda, mereka memberikan pesan yang sama. Bahkan sampai MC acara PK 144, Mas Mukhlis dan Mas Jufri juga mengajari pesan yang sama dengan jargon yang selalu diulang-ulang, saat mereka berdua bilang "Indonesia", serentak kami menjawab "Aku Pasti Mengabdi".

Prof. Naim melanjutkan pemaparannya bahwa keberlangsungan lembaga beasiswa LPDP ini tergantung kami semuanya, termasuk juga para alumninya nanti. Adek-adek kelas kami nanti yang akan mendapatkan beasiswa ini juga tergantung dari kontribusi yang kami lakukan di masyarakat. "LPDP akan selalu mereview output para awardee tiap tahunnya, apakah para awardee ini berkontribusi banyak kepada masyarakat atau tidak", lanjut beliau.

Beliau memberikan sebuah contoh sederhana dari kontribusi ini, seperti seorang awardee yang memajang fotonya pada saat ikut acara PK seperti ini, lalu ada keponakannya datang dan melihat foto yang terpajang. 

Keponakan itu bertanya, "itu foto apa dan acara apa?", lalu si paman menjelaskan kisahnya saat dia dulu mendapatkan beasiswa LPDP dan foto itu adalah kenang-kenangan saat dia dikumpulkan bersama seluruh penerima beasiswa dari seluruh Indonesia untuk mengikuti acara PK. 

Dari cerita inilah akhirnya keponakan itu bercita-cita ingin juga mendapatkan beasiswa LPDP. "Teruslah berkarya, memberikan kontribusi, kita tidak tau di titik mana bisa memberikan inspirasi kebaikan kepada orang lain", beliau juga berpesan seperti yang dipesankan oleh Pak Rafi tadi siang.

Indonesia merupakan anggota G20 dan memiliki target untuk menjadi "Indonesia Emas" di tahun 2030, dimana prediksinya adalah akan menjadi pusat ekonomi terbaik nomor 4. Ini adalah kesempatan yang luar biasa, namun sekaligus juga menjadi tantangan. Sebagai lembaga terbesar yang memberikan beasiswa kepada para putra putri bangsa, tentu kami yang menjadi bagian dari LPDP, juga ikut menanggung mimpi 2030 ini. Mampukah kami ikut mewujudkannya?

Rasa kantuk tidak bisa tahan, tadi malam hingga jam 2 dinihari, saya keluar dari gedung PBNU bersama dengan Fadlan dan Wawan untuk nongkrong di caf Syisha belakang PBNU. 

Saya baru tidur tidak lebih dari dua jam hari ini, belum lagi harus memforsir otak untuk mendengarkan seluruh pemaparan dari para pembicara yang semuanya isinya membuat akal untuk berfikir. Kalau sampai tertidur, bisa kena bidikan para fotografer PK termasuk Mbak Fida yang sudah mendapatkan banyak mangsa jepretan dari kamera DSLRnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun