Mohon tunggu...
Birgita Olimphia Nelsye
Birgita Olimphia Nelsye Mohon Tunggu... Desainer - Sambangi isi pikiranku.

Hakikat hidup adalah belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pendekatan dalam Kebijakan Pendidikan Lingkungan untuk Pembangunan yang Berkelanjutan

25 Mei 2017   17:11 Diperbarui: 29 Mei 2017   06:42 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Pendidikan Lingkungan yang Emansipatoris

            Orientasi  emansipatoris adalah pembangunan manusia (human development). Pendekatan emansipatoris melibatkan masyarakat dalam dialog aktif untuk menetapkan tujuan, makna, rencana tindakan secara bersama-sama untuk membuat perubahan pada mereka sendiri dengan mempertimbangkan apa yang mereka inginkan dan apa pemerintah harapkan. Akhirnya, ini akan berkontribusi pada masyarakat yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan (Wals dkk, 2002: 56-57).

            Tujuan yang spesifik dan cara untuk mencapai tujuan tidak ditetapkan terlebih dahulu. Melainkan diperoleh dari proses belajar sosial (social learning process). Proses belajar sosial ini didukung oleh metode partisipatif yang telah terbukti sebagai mekanisme yang cocok untuk mewujudkan pendekatan yang lebih emansipatoris terhadap EE dan juga untuk pengelolaan lingkungan (Wals, dkk, 2002: 57).

            Pemerintah Belanda telah menghasilkan kebijakan yang berfokus pada pembuatan ruang partisipasi untuk banyak pihak dalam mencari situasi yang lebih berkelanjutan. Hal ini dikarenakan partisipasi membuat orang aktif terlibat dan memungkinkan beberapa suara (termasuk yang terpinggirkan) untuk didengar.

            Memorandum Belanda tahun 2004 yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan mengidentifikasikan belajar sosial sebagai poin kunci. Dalam memorandum tersebut menyatakan bahwa “rencana belajar” perlu didukung di mana para pemangku kepentingan, warga, dan organisasi disatukan dalam situasi yang nyata dan dirangsang untuk terlibat dalam proses belajar bersama. Dalam hal ini penekanan lebih kepada pembangunan kapasitas, lembaga / agency, dan menciptakan ruang serta struktur bagi munculnya belajar sosial.

            Pendukung pendekatan emansipatoris berargumen bahwa sifat dari tantangan keberlanjutan terlihat seperti pendekatan pemecahan masalah yang lebih ke arah kebutuhan akan dunia yang lebih berkelanjutan daripada mencoba untuk membuat persoalan dunia menjadi lebih mudah dikendalikan dan dipecahkan. Kritik terhadap pendekatan ini cenderung berargumen jika kita benar-benar tahu banyak mana yang berkelanjutan dan mana yang tidak, dan kita semua menjadi seolah-olah terbebaskan, terperdaya, reflektif, dan kompeten.

            Skema pendekatan emansipatoris terhadap pembangunan yang berkelanjutan digambarkan dalam bentuk spiral. Tahap pertama adalah diagnosa, dengan mulai untuk mengenali para pemegang kepentingan yang akan berpartisipasi. Awalnya dengan mendiagnosa apa sebenarnya permasalahannya. Kedua, mendesain ide baru, keterampilan, dan konten yang akan dibahas serta disusun. Ketiga adalah melakukannya, dengan mencoba hal yang lama dan mencoba hal yang baru. Keempat adalah mengembangkan dengan cara mengevaluasinya dan belajar dari hasil evaluasi tersebut. Skema ini harus berulang (sustainable) dan tidak berhenti pada satu titik. Maka harus dilakukan kembali dari awal secara terus-menerus.

3. Campuran pendidikan lingkungan, komunikasi, dan partisipasi

            Gert Spaargaren, seorang sosiolog lingkungan Belanda membangun teori berdasarkan teori strukturasi Giddens. Ia menciptakan model yang menghubungkan aktor-oriented dan structure-oriented.

            Spaargaren menempatkan praktek-praktek sosial di pusat (di antara aktor dan struktur) sebagai mediator antara lembaga manusia dengan gaya hidup. Praktek sosial ini misalnya adalah pakaian, rumah, makanan, travel, olahraga, dan waktu luang. Model Spaargaren ini dipandang sebagai jembatan antara instrumen klasik, sikap lingkungan dan pendekatan perilaku, serta pendekatan yang lebih emansipatoris dan berbasis lembaga (agency-based). Pada waktu yang sama, model ini juga memperhitungkan pengaruh struktur sosial (teknologi) terhadap perilaku.  Dari perspektif pemerintah, model praktek sosial memberi penekanan kuat pada partisipasi aktif warga dalam pemerintahan.

            Pendekatan ini akhirnya bersifat intergratif. Dalam artian, kita tidak lagi berfokus pada bagaimana sikap dan tingkah laku, tetapi mengintegrasikan tujuan dengan praktek sosial dan gaya hidup. Misalnya pendidikan lingkungan tentang lifestyle “makan”, di mana kita mengetahui makanan mana yang proses produksinya merusak lingkungan dan makanan mana yang ramah terhadap lingkungan. Hal ini sebenarnya membuat partisipasi dari warga negara terhadap negara menjadi kuat, karena sudah masuk dalam tataran lifestyle yang dilakukan oleh manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun