Mohon tunggu...
BJ Qolbi
BJ Qolbi Mohon Tunggu... Jurnalis - Hidup itu adalah pilihan! Maka pilihlah jalan terbaik yang bisa kita hadapi dengan sikap terbaik

Semesta adalah objek kajian utama dalam hidupku, karena dibalik semesta masih banyak keilmuan Tuhan yang masih tersembunyi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Astronot yang Taat Beribadah, Kenapa Tidak?

24 Desember 2018   09:53 Diperbarui: 24 Desember 2018   12:11 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam Al-Qur'an Allah swt. Memerintahkan agar kita merenungkan ciptaan-Nya yakni bintang-bintang, matahari, bulan dan angkasa. Dengan begitu, kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin luasa mendorong manusia untuk melakukan perjalanan yang jauh, seperti halnya perjalanan ke luar angkasa. Dalam hal ini, umat muslim pun berkesempatan untuk menjadi astronot dan pergi keruang angkasa. Menghayati ciptaan Allah, memikirkan, dan menyaksikan kekuasaan-Nya.


Akan tetapi, akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang begitu kompleks mengenai seorang muslim yang pergi ke ruang angkasa.

 Bagaimana cara seorang muslim melakukan ibadah di ruang angkasa ? Bagaimana seorang muslim melaksanakan sholat di ruang angkasa ? 

Bagaimana cara seorang muslim menentukan waktu sholat di ruang angkasa ? 

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa di bumi, manusia menentukkan waktu sholat dengan melihat posisi matahari atau bayangan benda yang terkena sinar matahari. 

Tapi bagaimana dengan ruang angkasa yang memperlihatkan posisi matahari itu sama dan tidak diikat oleh waktu ?


Dalam hal ini, pertanyaan mendalam akan lebih terfokus pada 

"Apakah seorang muslim masih diwajibkan untuk sholat sementara dia di ruang angkasa ?" Jika ya, maka penyelesaian masalah lain seperti bagaimana tata cara sholat di ruang angkasa perlu diselesaikan. Hal ini demi terjaganya syari'at yang diwajibkan atas setiap orang mukmin.


Banyak muslim yang ragu untuk pergi ke ruang angkasa karena dibatasi oleh hal ini. Maka dengan landasan ini, solusi yang lebih baik diperlukan agar manusia dapat menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah dan melaksanakan potensi yang dimilikinya dengan efisien.

Sholat  merupakan ibadah yang diwajibkan pada setiap umat islam. Astronot Muslim pun, harus tetap melaksakan syari'atnya kepada Tuhan meskipun ia berada di luar angkasa. Hal ini karena di dalam Al-Qur'an maupun hadis ditemukan banyak perintah untuk melaksanakan sholat. Di antaranya :


"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" 

(Al ankabut: 45)

Dan sabda Nabi Muhammad SAW


"Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholatlah dengan berdiri jika tidak mampu maka dengan duduk jika tidak mampu maka dengan berbaring dan jika tidak mampu juga maka dengan isyarat." 

Diriwayatkan oleh Bukhari.


Maka, berdasarkan dalil di atas, kaidah yang di ambil adalah :

Asal dari perintah itu wajib. Dalam surat Al-Ankabut ayat 45 Allah telah memerintahkan manusia untuk mendirikan sholat. Maka berdasarkan kaidah ini, melaksanakan sholat merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim.


"Kesukaran mendatangkan kemudahan."

Pada hadis yang diriwayatkan bukhori di atas. Merupakan petunjuk bahwa Allah swt. Tidaklah membebani hamba-Nya dengan kesukaran. Ketika terjadi permasalahan, misalnya tidak mengetahui arah kiblat seperti yang dipersoalkan dalam melaksanakan sholat di ruang angkasa. Maka, ada sebuah kemudahan yang ada agar ibadah tersebut tetap bias dijalankan sesuai syariat.


Berdasarkan dalil di atas, jelas bahwa shalat tetap wajib dilaksanakan walaupun di mana saja dan dalam kondisi apapun termasuk ketika di luar angkasa. Adapun tata cara melakukan shalat di luar angkasa sama halnya melakukan shalat di bumi, yaitu apabila tidak bisa berdiri tegak boleh dengan duduk,  jika tidak bisa duduk boleh dengan cara berbaring dengan posisi miring, dan apabila tidak bisa boleh dengan posisi terlentang.

 Sedangkan dalam hal menentukan arah kiblat yaitu dengan menghadap ke arah masjidil Haram walaupun hanya dengan perkiraan atau keyakinannya, walaupun tidak mengetahui arah masjidil Haram secara pasti, maka dengan keyakinan sholatnya tetap sah.

Sebagaimana Firman Allah SWT :


wa lillaahil-masyriqu wal-maghribu fa ainamaa tuwalluu fa samma waj-hulloh, innalloha waasi'un 'aliim

"Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 115)


Astronot Muslim yang Pergi ke Luar Angkasa

  1.  Tahun 1985 -Sultan bin Salman bin Abdul Aziz Al-Saud  (Saudi Arabia)
  2. Tahun 2006 - Sheikh Muzaphar Sukhor (Malaysia)

"Semesta, menghamparkan segala keindahan didalamnya. Ketika seseorang berada di dalam semesta yang luas ia akan menyadari bahwa betapa kecilnya manusia. Manusia hanyalah setitik debu di alam semesta," -BJ. Qolbi-

Bandung, 24 Desember 2018


-BJ. Qolbi-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun