Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rancangan Penataan, Sebuah Pemikiran (6, Sambungan)

23 Juli 2018   20:15 Diperbarui: 23 Juli 2018   21:00 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

* "Geologi" yang disebutkan sebelumnya bukan dimaknai sebagai "ilmu pengetahuan". Kalau itu dimaknai sebagai begitu, nanti ada yang mengartikan kalau benjol-benjol yang ada di permukaan planet itu terjadi karena ulah seseorang/sesuatu yang punya ilmu itu. :) Namun "geologi" yang dimaksud adalah apa-apa saja (fenomena/proses alami pada sebuah planet) yang telah diketahui/dipelajari ... ataupun yang belum hingga sejauh ini.

Sehubungan dengan masalah "penataan" ada beberapa "rasa" tertentu yang patut untuk diberi garis bawah tebal, baik itu   upaya untuk mewaspadai suatu hal, ataupun upaya yang digolongkan sebagai fokus utama dalam upaya "penataan" itu.  Rasa-rasa yang lain bukannya tidak penting, namun ada beberapa yang patut diberi prioritas utama.

Jauh sebelum "manusia" mengada, alam lingkungan ini sebetulnya juga mengupayakan dengan caranya sendiri, berupaya untuk mencapai keadaan yang setimbang. Itu kalau kita bicara pada ranah mikroskopis (ranah atom). Sedangkan pada ranah diatasnya, sebagaimana dituliskan sebelumnya itu berkaitan dengan masalah "kekekalan". Sekali lagi, yang dikemukakan itu tidak mengacu pada "pribadi/individu".

Dimana upaya itu "dirupakan" dengan hadirnya mahluk-mahluk (dalam tingkat non mikroskopis) yang teramati saling "memakan", antara yang satu dengan yang lainnya, dan proses itu kemudian biasa kita sebut sebagai proses "rantai makanan".  Namun proses yang ada lebih dari sekedar makan memakan saja. Seekor harimau akan "bertarung" untuk menjaga "wilayahnya", entah apakah karena itu disebabkan karena ia tahu itu terkait dengan masalah ketersediaan makanan, atau (ini opini pribadi) semata disebabkan karena "informasi" mengenai "ketersediaan makanan yang ada pada suatu area" telah tersimpan pada DNA-nya. 

Bicara begitu jangan membayangkan para hewan itu dibekali kalkulator atau swiepoa, yah, atau alat pendeteksi makanan. :) Itu ada pada tingkatan atom/elektron terkait interaksi yang terjadi antara atom dan bagian-bagiannya yang ada pada alam lingkungan dengan atom dan bagian-bagiannya pada diri mahluk tersebut. 

Begitu pula dengan berbagai hewan lainnya, yang mana untuk itu tidak segan untuk bertarung dengan hewan yang sejenis dengannya. Itu kemudian juga "bercabang" pada tindakan pertarungan lainnya, yang terjadi ketika "mate season" tiba. 

Dimana pada proses-proses "pertarungan" itu, kiranya kita mulai dapat menemui adanya pengaruh "pemikiran individual" terkait keselamatan dari sesosok pribadi/individu/mahluk. Terkait "rasa", itu ditandai dengan munculnya rasa takut atau kuatir, dimana itu dapat kita amati pada hewan yang ada di sekeliling kita. Anjing atau kucing misalnya.

Telah disebutkan sebelumnya (terkait opini pribadi), bahwa "informasi" suatu kondisi akan "tersimpan" dan kemudian diwariskan pada generasi selanjutnya. Beberapa dari "informasi" itu digunakan pada proses pembentukan fisik dari mahluk tersebut. 

Mengapa anjing dan harimau punya gigi runcing, mengapa ayam punya jalu dan sebagainya-dan sebagainya. Tetapi lebih dari itu ... sebetulnya ada hal lain pula yang turut diwariskan secara generasi ke generasi, yang mana biasa disebut sebagai "animal instinct". Termasuk diantaranya adalah rasa "takut", yang mana bisa jadi mempunyai "anak" yang disebut sebagai rasa "permusuhan". Jangan heran jikalau seekor "tikus buta" yang belum pernah bertemu dengan manusia pun akan takut bila kemudian bertemu dengan manusia. Jangan heran pula, ketika kita berupaya untuk memegangnya kita kemudian digigit.

Karena ilmu pengetahuan mengenai DNA ini masih belum 100% terjelajahi, memang kiranya kita masih menemui kesukaran untuk bisa memahaminya 100% pula. Namun bila kita melihat berbagai fenomena yang ada, akan kita dapati bahwa "animal instinct" terkait dengan rasa "takut" dan "permusuhan" itu tersimpan pula pada diri manusia.

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun