Penetapan Bulan Mei sebagai Bulan Maria dalam tradisi Gereja Katolik memiliki makna mendalam yang terkait dengan devosi kepada Perawan Maria, ibu Yesus Kristus. Pada bulan ini Gereja mempersembahkan  waktu khusus untuk menghormati Maria yang tidak hanya didasarkan pada aspek historis, tetapi juga teologis dan liturgis.Â
Sejarah Penetapan Bulan Maria
Penetapan bulan Mei sebagai Bulan Maria dimulai pada abad ke-18 di Italia, khususnya pada tahun 1720, ketika Kongregasi Yesuit mulai mendorong devosi kepada Maria pada bulan ini. Namun, tradisi ini benar-benar diperkenalkan secara luas setelah Paus Pius XII mengesahkannya pada tahun 1954 dengan surat apostolik Ad Caeli Reginam yang menyatakan Mei sebagai bulan untuk menghormati Maria.
Alasan Mei Dipilih Sebagai Bulan Maria
Pertama karena pada bulan Mei merupakan bulan yang identik dengan musim semi di belahan bumi utara dan merupakan simbol kebangkitan, pertumbuhan, dan kehidupan baru. Alam yang subur dan indah dengan bunga-bunga yang bermekaran menjadi gambaran simbolis dari Maria sebagai "Bunga dari segala bunga" atau "Ratu segala bunga" yang melambangkan keindahan rohani dan kemurnian. Alasan kedua adalah dalam banyak tradisi Katolik, bunga-bunga sering kali digunakan untuk melambangkan kesucian dan kebangkitan, dan bulan Mei yang penuh dengan mekarnya bunga memberikan kesempatan bagi umat Katolik untuk merenungkan kecantikan rohani Maria. Ketiga karena pada bulan Mei sering digunakan sebagai bentuk devosi pribadi dan komunitas kepada orang kudus dalam tradisi Gereja. Bulan Mei yang tenang, tanpa perayaan besar liturgi lainnya, memberikan kesempatan khusus untuk fokus pada peran Maria dalam keselamatan umat manusia. Keempat, karena  pentingnya Peran Maria dalam Sejarah Keselamatan,  Maria dipandang sebagai contoh sempurna dalam pengabdian dan kesetiaan kepada Tuhan. Sebagai ibu Yesus Kristus, Maria berperan sentral dalam karya keselamatan. Dengan menekankan penghormatan pada Maria di bulan Mei, umat Katolik diajak untuk lebih mendalami peran penting Maria dalam hidup Yesus dan dalam perjalanan iman mereka sendiri. Kelima karena alasan konteks LiturgisDi dalam kalender liturgi Katolik, bulan Mei tidak memiliki banyak perayaan besar, sehingga memberikan ruang bagi devosi pribadi dan komunitas kepada Maria. Pada saat yang sama, banyak gereja juga mengadakan prosesi dan doa Rosario pada bulan ini, yang semakin memperkaya pengalaman spiritual umat. Terakhir adalah karena pengaruh Pendidikan Yesuit yang pada awalnya, tradisi devosi Maria di bulan Mei merupakan tradisi ordo Yesuit dan tradisi itu kemudian memiliki pengaruh besar dalam pengembangan pendidikan dan spiritualitas Katolik di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18.  Mereka memandang Mei sebagai waktu yang ideal untuk lebih memperkenalkan Maria sebagai teladan hidup Kristiani yang sempurna.
Makna Teologis Bulan Maria
Makna teologis dari Bulan Maria pada bulan Mei sangatlah mendalam dan luas, mencakup berbagai aspek iman Kristiani yang terhubung dengan penghormatan kepada Perawan Maria sebagai Ibu Tuhan dan simbol kesetiaan umat kepada Allah. Pada bulan ini, umat Katolik diajak untuk lebih menghayati peran Maria dalam rencana keselamatan dan merenungkan teladannya dalam hidup sehari-hari.
Maria Sebagai "Tabernakel Hidup"
Maria, dalam tradisi Katolik, dianggap sebagai "tabernakel hidup," karena ia adalah tempat di mana Yesus Kristus, Sang Sabda Allah, hadir secara nyata dalam kandungannya. Di bulan Mei, umat Katolik diajak untuk merenungkan kedalaman peran Maria dalam karya keselamatan yang dimulai dengan inkarnasi Tuhan dalam rahimnya. Teologi inkarnasi, yang mengajarkan bahwa Tuhan menjadi manusia dalam diri Yesus, menjadi inti dari penghormatan ini. Maria adalah salah satu sosok yang paling dekat dengan Yesus, karena ia menyusui, membesarkan, dan mendidik-Nya. Dengan menghormati Maria, umat Katolik secara tidak langsung merayakan misteri inkarnasi Tuhan.
Â
Maria Sebagai Teladan Iman dan Ketaatan