Mohon tunggu...
BILQIS AULIATUL KHAMIMA
BILQIS AULIATUL KHAMIMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

orang pintar belajar dari pengalaman orang lain, orang bijak belajr dari pengalamannya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Landasan Aliran Kontruktivisme dalam Pendidikan Anak Usia Dini dengan Transformasi Peran Guru

14 Mei 2024   21:12 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan 

Pendidikan anak usia dini atau sering disebut dengan PAUD merupakan salah satu elemen dalam pendidikan yang menjadi pondasi penting dalam pembentukan kognitif perkembangan anak. pendidikan memberikan upaya untuk mengembangkan, mengaktualisasikan kemampuan perserta didik, baik kemampuan fisik, cipta, rasa maupun karsa agar potensi ini mampu bersaing dan menjadi nyata didalam penerapan kehidupan sehari hari.  

Pendidikan yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia dan bertakwa terhadap Tuhan, yang mana didalamnya terdapat pandangan dasar dari pendidikan yang sering disebut dengan filsafat. 

Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang mengenai konsep dasar sebuah kehidupan yang hendak dicita-citakan. Dari sini seorang guru yang menjadi pelaksana sebuah pendidikan perlu memahami konsep dari filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berkolaborasi dengan tujuan hidup. 

Guna mencapai tujuan dari pendidikan dibalik sebuah era yang semakin berkembang perlunya sebuah inovasi dan efektivitas pengajaranlah yang menjadi kunci agar pengajaran berkembang secara optimal. Salah satu pendekatan filsafat yaitu adanya aliran kontruktivisme, sebuah aliran filsafat yang menekankan pada peran aktif murid dalam membangun pemahaman mereka sendiri melalui interksi dengan lingkungan belajar mereka.

ALIRAN KONTRUKTIVISME


Aliran kontruktivisme mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, aliran ini yang dipelopori oleh Jean Piaget yng merupkan ahli psikologi yang lahir di Nauchatel Swiss pada tanggal 9 Agustus 1896. Menurut Jean Piaget aliran kontruktivisme yang ia kembangkan ini dalam ranah kognitif, ia meyakini bahwa sebuah pembelajaran akan berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. aliran kontruktivisme ialah suatu aliran filsafat yang lebih menekankan bahwa pengetahuan adalah kontruksi, yang dimana pendidikan buknlah sesuatu tiruan dari kenyataan yang ada, nmun pengetahuan merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif. Aliran ini telah menjadi landasan penting dalam pembelajaran diberbagai jenjang pendidikan mulai dasar hingga jenjang tinggi masih sering dijumpai menggunakan aliran ini. Jika dilihat dengan sekilas mata aliran kontruktivisme lebih dominan digunakan di tingkat tinggi yang mana dosen hanya menjadi fasilitator bagi mahasiswanya. 

Namun pada tulisan kali ini saya tidak membahas terkait implementasi kontrukitivisme di bangku perkulihan yang sudah jelas terlihat pengimplementasiannya. Implementasi pendekatan kontruktivisme di jenjang PAUD masih membutuhkan penyesuaian dan pendekatan pendekatan yang berbeda untuk memastikan apakah penerapan kontruktivisme mampu diterapkan dengan prinsip prinsipnya secara efektif di tingkat PAUD. 

Kontruktivisme ditingkat ini lebih menekankan pentingnya memahami bahwa anak anak yang masih dalam rentan usia 3-5 tahun ini mampu menimbulkan sikap ingin belajar secara alami dengan mengkesplorasi dunia disekitar lingkungan mereka. Guru dalam pendekatan kontruktivisme ini berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing dan mendukung muridnya dalam menggali, menjelajai ide, konsep serta keterampilan baru yang mereka dapatkan disekolah.

Guna mengimplementasikan aliran kontruktivisme dalam kegiatan belajar anak PAUD  yang dimana guru menjadi fasilitator maka perlunya beberapa cara:

  • Menciptakan Lingkungan belajar yang merangsang, Situasi lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana proses pembelajaran murid seperti fasilitas yang ada hingga bagaimana kreativitas guru mampu menciptakan situasi yang nyaman dan mampu meningkatkan kemampuan merangsang suatu hal yang baru. Dalam situasi belajar ini menghasilkan kebiasaan kebiasaan murid yang akan dibawa ke rumah. Sehingga dengan ini diharapkan bahwa ketika situasi belajar dikatakan sempurna atau aman maka akan mmpu mempengaruhi siswa dalam meningkatkan kemampuannya.
  • Menyediakan pengalaman nyata, Proses pembelajaran tidak mungkin hanya mengandalkan buku ataupun hanya papan tulis saja, namun guru dapat memfasilitasinya dengan menciptakan alat untuk siswa dalam mengimplementasikan pengalaman nyta dalam pembelajaran. Dengan mengajak murid untuk langsung melakukan pengalaman nyata dapat mengetahui seberapa jauh seorang siswa ini mampu menerima pembelajaran yang telah diberikan guru. Seperti melakukan pengamatab tanaman, anak dapat diajak memanam dan merawat tanaman secara langsung.
  • Mendorong Kolaborasi, Diskusi dan umpan balik yang kontruktif. Dalam meningkatkan sebuah pemahaman murid, guru dituntut untuk memberdayakan komponen komponen yang mampu melibatkan muridnya dalam pembelajaran, sehingga dari hal ini murid mampu menyuarakan apa yang tertanam dalam fikirannya ketika sebuah pertanyaan dilontarkan kepadanya.[2] 

 Dari beberapa cara dalam menerapkan aliran kontruktivisme dalam pendidikan Paud akan menghasilkan pola pandang yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda juga, seperti kontruktivisme eksogeneus yang mengacu pada pola pemikiran penguasaan pengetahuan merepresentasikan sebuah kontruksi ulang dari struktur struktur yang berbeda dalam pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun