Salah satu dampak dari fenomena digitalisasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia adalah terjadinya perubahan pilihan model pekerjaan oleh entitas generasi, terutama mereka yang dikategorikan sebagai generasi Z.
Generasi Z (selanjutnya disingkat GenZ), yang lahir antara 1997--2012, kini sedang mendefinisikan ulang arti dunia kerja.
Menurut survei global dari Fiverr (Februari 2024), hampir 70% GenZ saat ini sudah freelance atau berencana menjadi freelancer di masa depan.
Di Indonesia, tren serupa muncul melalui fenomena Work-From-Anywhere (WFA)--banyak startup lokal menawarkan imbauan bekerja dari mana saja, baik dari kantor, kafe, co-working space, atau bahkan saat sedang jalan-jalan.
Freelancing artinya bekerja secara independen, tanpa terikat pada satu perusahaan. Meskipun saya dari generasi Milenial, kalau disuruh pilih: kerja kantoran atau freelance, saya pasti pilih freelance.
Lantas, apa yang mendorong GenZ memilih freelance, dan apakah ini benar bisa mewujudkan financial freedom?
Alasan kenapa GenZ lebih pilih jalur freelance
Berdasarkan studi Fiverr di atas, berikut alasan utama kenapa GenZ lebih memilih jalur freelance atau bekerja mandiri, meliputi:
44% ingin nyaman secara finansial, 30% ingin fleksibel dalam berpergian dan bekerja dari mana saja, 25% bercita-cita punya bisnis sendiri, 20% punya target pensiun dini.
Laporan juga menunjukkan bahwa banyak GenZ merasa freelancing lebih aman daripada karier tradisional penuh kontrak.
Sebanyak 25--38% percaya freelance bisa lebih stabil ketimbang kerja tetap, terutama di tengah ancaman PHK dan otomatisasi AI.
Tiga alasan utama favorit GenZ adalah: kebebasan dan otonomi: bisa memilih proyek sesuai passion, pendapatan potensial lebih besar: karena fee ditentukan sendiri, fleksibilitas kerja: atur waktu dan lokasi kerja sendiri
Memangnya, freelance bisa jamin financial freedom?
Memangnya, freelance bisa jamin kebebasan finansial? Singkatnya: bisa, tapi tidak otomatis.