Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Mal di Indonesia Semakin Sepi?

5 Februari 2025   00:32 Diperbarui: 5 Februari 2025   00:32 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsumen sedang beli kemeja di mal Millennium, Senen, Jakarta Pusat | Dokpri/Billy Steven Kaitjily

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena sepinya pusat perbelanjaan di Indonesia menjadi perbincangan yang menarik.

Banyak mal yang dulunya ramai, kini terlihat lebih lengang, terutama di bagian department store seperti Matahari.

Salah satu faktor yang sering disebut sebagai penyebab utama adalah kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang meningkat menjadi 11%.

Namun, apakah benar PPN adalah alasan utama di balik turunnya jumlah pengunjung mal? Atau, ada hal lain?

Untuk memahami lebih dalam, kita perlu melihat setidaknya tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap fenomena ini, yaitu: kebijakan PPN yang tinggi, persaingan dengan e-commerce, serta perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen.

Kebijakan PPN 11%: Apakah Membuat Harga Barang di Mal Menjadi Mahal?

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada konsumsi barang dan jasa.

Sejak 1 April 2022, pemerintah Indonesia menaikkan tarif PPN dari 10% menjadi 11% sebagai bagian dari kebijakan fiskal untuk meningkatkan penerimaan negara.

Kebijakan ini tentu berdampak pada harga barang di pusat perbelanjaan, terutama pada produk-produk yang sudah memiliki harga tinggi.

Kenaikan ini memang terlihat signifikan, terutama jika dibandingkan dengan harga produk serupa yang dijual di platform e-commerce yang, sering kali, menawarkan harga lebih rendah dengan berbagai promosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun