Ketiga, partisipasi masyarakat. Keputusan akhir tentang pemanfaatan atau pembongkaran tiang monorel, sebaiknya melibatkan masukan dari masyarakat.
Dengan demikian, langkah yang diambil benar-benar mewakili kebutuhan dan keinginan warga Jakarta.
Pembangunan kota yang berkelanjutan tidak hanya fokus pada hasil akhir, tapi juga proses pengambilan keputusan yang transparan dan inklusif.
Dengan mengutamakan keberlanjutan, pemerintah dapat menunjukkan bahwa, setiap aset kota, termasuk tiang monorel yang mangkrak, memiliki potensi untuk memberikan dampak positif, jika dikelola dengan bijaksana.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, tiang-tiang monorel di Jakarta adalah warisan dari proyek yang tidak selesai, tapi bukan berarti tidak ada potensi untuk dimanfaatkan.
Opsi untuk mengubahnya menjadi jalur sepeda menawarkan manfaat yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan, sementara pembongkaran dapat memperbaiki estetika kota.
Namun, solusi terbaik adalah pendekatan yang menggabungkan kedua aspek tersebut: memanfaatkan tiang monorel dengan cara yang inovatif dan relevan, tanpa mengabaikan estetika dan kebutuhan masyarakat.
Keputusan akhir tentang masa depan tiang-tiang ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Dengan begitu, Jakarta dapat terus berkembang sebagai kota yang tidak hanya modern, tapi juga berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI