Idealnya seorang
anak berada di tengah keluarga, ayah dan ibu serta sanak saudaranya untuk dapat berkembang dengan baik.
Anak juga butuh dukungan positif dari lingkungan dan masyarakat sekitar untuk dapat menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara. Lembaga Pemasyarakatan anak dalam potret kali ini adalah Lapas anak kelas II Blitar Jawa Timur yang akibat perbuatan mereka terpaksa berhubungan dengan Penegak hukum.
Anak - anak adalah masa depan bangsa Dalam rangka merayakan tahun baru, pada tanggal 7 Januari 2012, beberapa pemerhati anak dan donatur berkunjung ke LAPAS ( LP ) anak di Karangtengah, Blitar. Jumlah anak - anak di LP anak ini sekitar 280 anak, dua diantaranya perempuan. Menurut keterangan dari salah satu pembina LP tersebut, usia anak yang sedang dalam pembinaan berkisar antara 11 tahun mulai kelas 4 Sekolah Dasar dan usia 18 tahun. Kasus sangat beragam , namun sebagian besar adalah kasusÂ
pidana kriminal pencurian dan akhir - akhir ini meningkat pada kasus narkoba dan tindakan asusila. Beliau tidak menyebutkan jumlahnya. Namun sebuah keprihatinan bahwa anak - anak yang merupakan generasi penerus bangsa ini di saat masa tumbuh kembang yang gemilang harus meringkuk dalam rumah pembinaan. Bukan tugas yang mudah bagi para pembina anak LP Blitar ini untuk dapat membimbing anak - anak bermasalah ini. Perlu perjuangan dan pelayanan yang tulus untuk "momong" atau mengasuh generasi bangsa yang masih muda belia ini. Jika tidak berhasil akan membuat bangsa ini semakin terpuruk.
Belajar kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dari hal sederhana
Makan bersama dengan menu sederhana Saat makan adalah saat yang paling dinantikan oleh anak -anak ini. Siang ini dengan menu sederhana dan beberapa bekal yang kami bawa dari Surabaya turut mewarnai meja makan anak - anak tersebut. Bagi anak LP yang sudah lama berada dalam pembinaan, mulai bisa diberi tanggungjawab ditugaskan piket membantu karyawan memasak di dapur, lalu menyiapkan hidangan. Mereka yang bertanggungjawab untuk mengawasi teman - temannya makan. Masuk ruang makan pun harus disiplin antri berbaris satu demi satu. Petugas pembina tampak sibuk mengatur anak - anak yang berdesak - desakan.
Belajar menerima apa adanya dan mandiri Terharu rasanya saat berada di tengah mereka ketika makan siang tiba. Tak ada yang berebut, mereka makan sesuai jatah masing - masing. Mereka belajar menerima menu makan yang tersedia, menghabiskan makanan yang disediakan agar badan tetap sehat, apapun yang dihidangkan tak ada pilihan lain. Hari itu menu yang disajikan cukup lengkap ada lauk, sayur, buah , es kelapa muda. Pada umumnya usia anak - anak seperti ini sedang senang senangnya makan, tapi di sini tidak mungkin mereka bisa tambah porsi. Setelah selesai makan beramai - ramai mereka mencuci piring dan gelas bersama. Sedangkan yang tugas piket membersihkan sampah dan mengepel lantai sampai bersih.
Anak Lapas Blitar juga berjiwa seni Anak Lapas Blitar juga berjiwa seni, mereka pandai menyanyi dan main gitar, suaranya juga bagus - bagus tak kalah dengan pemain Band. Mengharukan saat salah satu anak ada yang menyanyi lagu berjudul " Rindu Untuk Ayah" yang dipopulerkan Ebiet G Ade. Mereka juga share tentang harapan masa depan dan pengalaman selama berada di Lapas. Rasa terimakasih atas pembinaan yang diberikan, diberi kesempatan untuk tetap sekolah di lapas bahkan mengikuti UNAS. Tak hanya itu, anak - anak ini juga mendapat pelajaran agama dari Ustad maupun pemuka agama lain yang datang secara teratur. Selain itu anak - anak juga diajarkan ketrampilan membuat kerajinan keset dan handycraf . Beberapa prestasi membanggakan adalah grup Marching Band dari Lapas anak Blitar ini pernah diundang ke Jakarta untuk mengisi sebuah acara. Secara berkesinambungan generasi Band ini dibina agar menjadi salah satu sarana ekspresi seni dan penyaluran energi yang positif bagi anak - anak dalam Lapas.
Hak mereka sebagai anak Indonesia Anak - anak yang berada dalam pembinaan di Lapas tetap mempunyai hak untuk tumbuh kembang secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan, diskriminasi. Satu hal yang menjadi himbauan sekaligus harapan dari para pembina Lapas ini agar setelah anak - anak selesai menjalani masa pembinaan, masyarakat dapat menerima mereka dengan ihklas, dan memberi dukungan mental psikologis yang positif agar mereka dapat terus percaya diri mewlangkah menuju masa depan yang lebih baik. Bagi anak - anak di mana orantua mereka menjadi TKI dan kurangnya perhatian orangtua, hendaknya lingkungan keluarga dapat turut bekerjasama memberi perhatian dan pengawasan yang bijaksana. Dalam perbincangan bersama bapak Pargiyono Bc.JP. SH. MH di kantor beliau, Disampaikan bahwa Lapas Anak di Blitar ini mengutamakan pembinaan yang mendidik anak - anak menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri, mereka dibina agar tumbuh kesadaran diri akan pentingnya peraturan dan kedisiplinan yang diterapkan untuk mereka, rasa segan akan para pembina yang bersifat " momong" dalam arti mengasuh dengan hati terhadap anak - anak. Dengan ditumbuhkannya perasaan itu akan mengasah kepekaan anak untuk lebih peduli pada lingkungan, menghormati orang lain dan menyadari bahwa masa tahanan ini adalah masa berproses untuk berubah menjadi ke arah yang lebih baik.
Pendampingan Psikologis dan Kesehatan. Secara khusus memang Lapas Blitar tidak ada pembimbing psikologis untuk konseling, namun demikian atas kerjasama yang baik  dengan para relawan Universitas UBAYA, secara berkala ada kunjungan dari UBAYA juga dari mahasiswa mereka untuk berada diantara anak - anak LAPAS dan mendengarkan suara hati mereka. Salah satu yang sangat berjasa bagi pendampingan psikologi anak lapas Blitar ini adalah Prof Dr Yusti Prabowowati Rahayu Psi. Beliau adalah guru besar di fakultas Psikologi Ubaya yang sangat setia mendampingi anak - anak lapas. Sementara untuk
kesehatan mereka mendapat jaminan langsung dari pemerintah pusat Kementrian Kehakiman. Bila ada yang sakit mereka dirawat di puskesmas atau rumah sakit dan ada petugas kesehatan juga dalam Lapas.
Demikian sebuah nyanyian hati dan potret kehidupan anak Lapas Blitar. Kepedulian dan partisipasi kita sebagai anggota masyarakat sangat berarti bagi mereka. Siapapun dan apapun profesi anda semua dipanggil untuk mendampingi para anak - anak masa depan bangsa ini. Mengutip salah satu puisi terkenal Chairil Anwar. Maka dalam kalimat gubahan baru saya ingin menitipkan harapan dari nyanyian hati anak - anak lapas yang tak terungkap. Mereka juga ingin menikmati tahun baru bersama keluarga namun sementara harus ditangguhkan kerinduan itu.
" Kami ini cuma pemilik sandal - sandal jepit yang berserakan di Lapas Anak, tetapi kami adalah kepunyaanmu. Kaulah lagi yang tentukan nilai dan masa depan dari pemilik sandal - sandal jepit yang berserakan di Lapas" Terima dan cintai mereka bila sudah keluar dari lapas, setiap tahun baru adalah harapan baru juga bagi mereka , beri semangat agar mereka berani bangkit dan berjuang lagi untuk menjadi generasi harapan bangsa. Salam Penuh Cinta untuk segenap anak - anak Lapas kelas II Blitar dan semua Lapas anak di Indonesia. Bidan Romana Tari Foto: Dokumen pribadi
Lihat Edukasi Selengkapnya