Mohon tunggu...
Bicara Semesta
Bicara Semesta Mohon Tunggu... Penulis - Sebuah platform yang digagas oleh Departemen PSDM bidang Kastrat Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Bidang Penalaran dan Literasi PSDM Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya Malang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ibnu Khaldun: Sejarah dan Hancurnya Sebuah Negara

29 Juli 2020   10:29 Diperbarui: 29 Juli 2020   10:27 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemajuan peradaban intelektual Islam tidak dapat dipisahkan oleh sosok Ibnu Khaldun. Terlahir pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 M di Tunisia salah satu kota di Afrika Utara dan dilahirkan dengan nama Abdurrahman salah satu seorang cendikiawan muslim pemikir ilmu sejarah, ekonomi, sosial, hingga politik. Ibnu Khaldun dijuluki sebagai bapak sosiologi islam. Penulis kitab Muqoddimah ini tumbuh dan berkembang saat umat Islam terpecah karena mazhab-mazhab dan peradaban barat mulai tumbuh. Pemikirannya tumbuh dan berkembang karena kapok dari dunia politik.

Ibnu Khaldun bersabda, sejarah itu seperti rekaman. Mari kita bedah kata "rekaman", dalam KBBI rekaman berasal dari kata dasar rekam. Rekaman memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga rekaman dapat menyatakan Nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Sebelum rekaman dihasilkan, jika kita lebih kritis maka tentu timbul pertanyaan, siapa yang merekam?, bagaimana cara merekam?, aspek apa yang direkam?, dan untuk apa itu direkam?.

Sejarah tidak terlepas dari perkembangan suatu peradaban, entah itu peradaban negara, kelompok, hingga zaman. Ibnu Khaldun mengklasifikasikan tumbuhnya suatu peradaban menjadi 6 tahap. 

Tahap pertama, negara memiliki solidaritas yang sangat tinggi, merasa lebih kompak dan tak terkalahkan karena solidaritas masyarakat yang kuat. 

Tahap kedua, penguasa berusaha menguatkan kekuasaannya agar rakyat tunduk dan penguasa lebih mudah membangun negara. 

Tahap ketiga, negara mulai menikmati hasil dari pemerintah sebelumnya dan pada tahap ini solidaritas mulai lemah.

 Tahap keempat, negara mulai statis, tidak ada kreativitas, tidak ada pembaharuan, dan negara mulai kacau. 

Tahap kelima, penguasa mulai menghamburkan kekayaan, moral penguasa mulai rusak dan pada tahap ini korupsi, suap, nepotisme dan segala hal yang merusak negara mulai merajalela. Tahap terakhir, negara hancur, pecah, dan bercerai-berai. Sepanjang sejarah banyak negara yang telah mengalami kehancuran, padahal negara tersebut pernah berjaya dan berkuasa hingga diakui seluruh dunia. Seperti, Uni Soviet (1922-1991), Ottoman Empire (1299-1922), United Arab Republic (1958-1971), Vietnam Selatan (1955-1975), Yugoslavia (1918-1992), dan Jerman Timur (1949-1990).

Suatu negara mempunyai proses dari sejak negara tersebut berdiri hingga negara itu runtuh, itulah yang disebut "sejarah". Uni Soviet pernah menjadi negara adidaya dan melawan Amerika Serikat. Uni Soviet berdiri setelah Revolusi Bolshevik yang dipimpin oleh Lenin, presiden pertama Uni Soviet. Uni Soviet berdiri selama 69 tahun dan dipimpin oleh 9 presiden yaitu Vladimir Lenin, Josef Stalin, Georgy Malenkov, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, Yuri Andropov, Konstantin Chernenko, dan Mikhail Gorbachev.
Mari kita renungkan teori Ibnu Khaldun dengan hancurnya negara komunis terbesar di dunia yaitu Uni Soviet. Tahap pertama, Uni Soviet yang dipimpin oleh Lenin pasca melengserkan raja Tsar dan pada saat Lenin memimpin, Uni Soviet sedang bangkit-bangkitnya. Tahap kedua sesuai yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun "penguasa mulai menguatkan kekuasaannya agar rakyat tunduk" maka Joseph Stalin membuktikan dengan kediktatoran terhadap rakyat Uni Soviet. Tahap berikutnya yaitu tahap ketiga berada pada era kepemimpinan George Malenkov dan Nikita Khrushchev, meskipun Khrushchev mengagas de-stalinisasi mereka berdua masih menikmati pembangunan di masa Stalin. Leonid Brezhnev menjabat setelah menggantikan Nikita Khrushchev, pada saat kepemimpinananya sangat sedikit terobosan-terobosan baru yang mengakibatkan banyaknya kritik dari rakyat karena banyak mengabaikan permasalahan ekonomi, fakta ini bisa kita jadikan contoh untuk tahap keempat dari Ibnu Khaldun. Di tahap kelima banyak moral penguasa rusak dan bisa mengakibatkan bubar nya sebuah negara, sebelum Uni Soviet runtuh, sudah banyak terjadi alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, korupsi yang tidak diliput oleh media, dan itu menyebabkan integritas pemerintahan Uni Soviet tidak dipercaya. 

Akhirnya, setelah Gorbachev dengan mengagas glasnost dan perestroika, Uni Soviet pun bubar pada tahun 1991.

Sebuah Renungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun