Mohon tunggu...
Badrul Gudsy
Badrul Gudsy Mohon Tunggu... Guru - Biarkan Apa Adanya

AKU Ini pahlawan Tanpa tanda tangan dari Tempatnya mudah dibuang Biar pena Mengotori Kemejaku Aku datang tanpa ragu Receh disaku, Motor penuh debu. mengobarkan api semangatku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lupa Rupa

20 Juni 2019   21:33 Diperbarui: 20 Juni 2019   21:36 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini akhirnya aku coba duduk tenang. Bersandar dikursi panjang dengan kaki diatas kursi kecil tanpa penahan bahu, sesekali melirik ke atas. Beberapa kali ke kanan dan kiri.

Disudut itu, di pojok langit paling rendah dikepalaku berdiam jaring bukan untuk ikan dilautan, tapi kupu-kupu berterbangan. Ia... ia.... laba-laba itu menunggu nafkah dari pagi yang lelah. Cuek kecut lagi aku, sambil berkata kecil lewat hati,"ah.... payah si laba-laba, menunggu menjadikanmu mati membatu".kulirik tempatnya, sambil bergoyang kecil jaringnya seperti menantangku dengan ucap "kamu tau apa dengan hidupku".

Jenuh melihatnya kulirik ke sebelah, ouh ternyata dua ekor predator ganas di levelnya sedang merayap dengan berbekal senjata pamungkas lidah kejam ejek lawan yang lemah salekali lagi di levelnya. Ia... ia... dua ekor itu cicak, yang saat kecil dulu terkadang menjadi suguhan nyanyian syair indah pengantar tidur.

Sedikit ku toleh sebelah tadi dengan palinggan wajah kejam dariku pada sang laba2, lagi-lagi aku berkata kecil di hati "itu dia tuh, sang pekerja cepat akan makan lahap". Sambil senyum ketus mengangkat belahan bibirku sebelah ke atas.

Angin saat itu tak begitu keras, pintu rumahku terbuka sedikit, ukurannya cukup jika seekor kucing anggora sehat akan masuk. Diujung atas pintu itu ada yang hinggap, kuning sayapnya lebarnya tiga kali lebar badannya, ada campuran warna coklat tua seni batik indonesia ditengah sayapnya, iya.... itu kupu2 untuk mereka.

Ku kerutkan dahiku, se kerut kakek tua menghisap rokok sebesar ibu jarinya. mata kananku memandang sudut laba-laba bodoh yang diam menunggu nafkah yang entah kapan ia menyerah. Sedang mata kiriku ku goyangkan pandangan ke arah predator ganas dilevelnya yang sedang menyiapkan sambal pedas mie setan dengan Sendok lembut didalam mulutnya.

Si predator merayap hati-hati penuh dengan strategi perang sang senior. Dengan mata tajam dan mulut menganga lidah tepat didepan kedua bibirnya siap menembakkan tampa meleset seperti sang sniper membidik lawan.

Tepat pada jarak kira-kira setengah  sedotan air gelas mineral seperti yang ada didepanku ia jlembebkan ujung lidahnya ke arah kupu-kupu kuning itu.sontak dg tak sadar aku teriah girang "EeeA......." dugaku kena.

Hah payah si predator, terlalu tua mungkin ia kataku kecil dalam hati, entah terbesit lain juga saat itu, "apalagi si laba-laba payah yang diam saja" ucapku dalam hati tanpa sedikitpun kulirik tempatnya.

Ahhh.... aku pun kecewa dengan pertaruhan itu. Kuturunkan kaki dari kursi kecil tanpa senderan bahu itu untuk meneguk segelas air ke dapur, entah mengapa saat belokkan badan bukanlah aku sengaja, tapi seperti kata orang, "pandangan Kebetulan" ketika itupu  Lirikan Mata samarku ke arah tempat Laba-laba, disana aku melihat kupu-kupu yang lari dari si Predator di Levelnya, sedang terjebak di jaringnya.

Aku.... heh aku sang juri yang Cuek saja melanjutkan perjalanan mudikku ke dapur untuk minum, sambil abaikan ia si Laba-laba yg menggulung tangkapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun