Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Star Trek Bukan Perang Bintang

18 Oktober 2015   15:40 Diperbarui: 18 Oktober 2015   18:28 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sejumlah anggota komunitas Indo Star Trek berperan sebagai awak pesawat Enterprise di Transporter Room dalam pesawat tersebut. (Foto: Indo Star Trek)"][/caption]

Salah satu tulisan yang sempat masuk dalam lima besar “Nilai Tertinggi” pada Kompasiana edisi 18 Oktober 2015 berjudul “Perang Bintang di Langit Kompasiana” (http://www.kompasiana.com/elfat67/perang-bintang-di-langit-kompasiana_5621d153cd92733a0505c986) yang ditulis oleh Lilik Fatimah Azzahra. Tanpa bermaksud membahas isi tulisannya yang berkisah tentang nama-nama Kompasianer yang sering menulis dan saling mengomentari tulisan di Kompasiana, tulisan Lilik – mudah-mudahan benar ini nama panggilannya – menunjukkan kekurangmengertian yang sering dilakukan banyak orang.
Di tulisannya, Lilik menulis antara lain, ”Perang bintang yang terjadi di sini tentu saja berbeda dengan perang dalam film Star Trek….”. Seolah-olah film Star Trek berisikan kisah perang bintang. Salah kaprah, salah paham, terbolak-balik memang sering terjadi. Apalagi kalau menyangkut Star Trek dan Star Wars. Dua-duanya film fiksi ilmiah di ruang angkasa, tetapi bila dicermati dari judulnya saja, orang sudah bisa membedakan.

Star Trek bila diterjemahkan secara bebas adalah penjelajahan antarbintang, sedangkan Star Wars inilah yang bila dialihbahasa ke Bahasa Indonesia menjadi perang bintang. Supaya lebih mudah lagi, mungkin bisa diingat tokoh-tokoh yang berbeda di kedua kisah itu. Star Trek dengan tokoh-tokoh seperti Kapten Kirk, Spock yang telinganya runcing, Kapten Picard yang botak, lalu ada Klingon dan Borg, sedangkan Star Wars ada Darth Vader, Jedi, Luke Skywalker, Strom Trooper dan sebagainya. Oh ya, senjata yang ada pun berbeda. Kalau di Star Wars mungkin yang paling gampang diingat light saber (pedang bersinar), sedangkan di Star Trek – yang bisa jadi banyak yang tak tahu – paling terkenal adalah phaser.

Star Trek memang bukan Star Wars yang kisahnya lebih banyak peperangan. Karena Star Trek sebagaimana digagas oleh penciptanya Gene Roddenberry adalah sebuah perjalanan antarbintang atau antargalaksi. “Space: the final frontier. These are the voyages of the starship Enterprise. Its five-year mission: to explore strange new worlds, to seek out new life and new civilizations, to boldly go where no man has gone before”, demikian ungkapan yang sering didengar dalam film Star Trek.

Bila diterjemahkan secara bebas, kira-kira berarti, “Ruang angkasa: batas akhir. Ini adalah pengembaraan dari kapal luar angkasa Enterprise. Sebuah misi lima tahun: untuk mengeksplorasi dunia baru yang belum diketahui, untuk mencari kehidupan baru dan peradaban baru, untuk berani pergi ke mana tidak ada seorang pun pernah pergi sebelumnya”.

Meski sama-sama kisah fiksi ilmiah yang dibuat di Amerika Serikat (AS), Star Trek lebih banyak bertumpu pada hal-hal ilmiah. Pada saat membuat kisah tersebut, Gene Roddenberry dan tim-nya, secara serius mempelajari banyak hal, sebelum dipresentasikan dalam bentuk film. Bahkan banyak hal yang digambarkan dalam film Star Trek, akhirnya menjadi kenyataan. Contohnya, penggunaan telepon genggam – termasuk telepon genggam lipat – yang kini sudah menjadi produk biasa di mana-mana. Demikian pula, penggunaan komputer, laptop, dan komputer tablet yang dulu belum ada dan baru dikenal lewat film Star Trek, kini menjadi kenyataan.

Bukan hanya produk-produk teknologi. Di film Star Trek juga digambarkan bagaimana manusia antarbangsa – dari Rusia, Jepang, dan bangsa kulit hitam – bisa bersatu menjadi awak Enterprise. Padahal ketika Star Trek dibuat dan ditayangkan perdana pada 1966, AS masih terlibat “Perang Dingin’ dengan Rusia (ketika itu Uni Sovyet), belum terlalu lama selesai berperang dengan Jepang, dan bangsa kulit hitam masih dianggap “kelas dua” di AS. Di Star Trek, selain kulit hitam dan kulit putih bekerja sama di pesawat Enterprise, bahkan ada pula kisah “drama cinta” antara pria kulit putih dengan wanita kulit hitam. Suatu hal yang masih tak mudah diterima di dunia nyata saat itu.

Bila Star Trek bercerita tentang masa depan, maka Star Wars seperti dikisahkan pada bagian awal film-film tersebut dengan tulisan berwarna biru, “A long time ago in a galaxy far, far away…” (Suatu ketika di masa yang lalu, di sebuah galaksi yang sangat, sangat jauh sekali…).
Jadi jelas, Star Trek berbeda dengan Star Wars. Semoga tulisan ini membantu mencerahkan Mbak Lilik dan pembaca Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun