Ya, kartupos itu ternyata berasal dari masa Hindia-Belanda, jauh sebelum Indonesia merdeka. Kartupos itu dikirim dari Kantor Pos Tanggoel. Dari sumber data, ada wilayah Tanggul terletak di Jember, tetapi ada juga Tanggul di Tulungagung. Dua-duanya di wilayah Jawa Timur. Cap (stempel) pos Tanggoel itu adalah 3.5.32 (3 Mei 1932). Alamat tujuan kartupos itu adalah di Probolinggo yang juga masuk wilayah Jawa Timur. Pada kartupos itu juga ada cap pos terima Probolinggo 3.5.32 (3 Mei 1932). Berarti, pada masa lalu pun pengiriman suratpos (termasuk kartupos) dari satu kota ke kota lain di dalam satu wilayah (provinsi) bisa dilakukan dalam tempo hanya kurang dari sehari.
Bisa jadi karena waktu pengirimannya yang terbilang sangat cepat itu, ada sebagian yang kurang percaya. Benarkah kartupos itu asli? Apalagi di bagian bawah ada tulisan pengirim yang menuliskan tanggal pengiriman Tangg (kemungkinan besar singkatan dari Tanggoel): 3/5/31. Jadi sebenarnya dikirim pada tahun 31 (1931) atau 32 (1932)?
Penulis menduga, si pengirim salah menulis angka, seharusnya ditulis "32", tetapi ditulis "31". Selain itu, agak sulit masuk di akal, bila ada yang ingin memalsukan kartupos itu. Pertama, dari segi nilai benda koleksi itu, kartupos itu tidak seberapa harganya, masih terjangkau oleh para kolektor dengan harga normal. Kedua, terlalu merepotkan hanya untuk memalsukan satu kartupos, baik dari segi waktu, peralatan, dan biayanya.
Foto Bersejarah
Apalagi Kak Suherman Tan ternyata juga mempunyai bukti lain. Sebuah foto bersejarah. Foto yang ukurannya mirip kartupos itu di bagian depannya tergambar sekelompok pandu berjajar di depan sebuah makam.
Di bagian belakang foto itu ada tulisan tangan:
"K.B.I.
Kommisaris Tjabang dengan Kepala Pasoekan Pandoe dan Pandoe Poetri -- Kepala Regu dan Penolongnja -- sedang di moeka Pasarean R.A. Kartini di Boeloe."
Kemudian di bagian bawah tertulis:
"Semoea pemimpin lengkap 17 April 1932".