Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Partai Neraka

19 April 2018   07:55 Diperbarui: 19 April 2018   10:35 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Nasional Kompas

Dari media nasional, inilah tiga partai neraka yang paling sering disebut dan dikenal dan menghantui banyak penulis maupun penutur yang hendak mempropagandakan momentum sebuah kompetisi, entah itu pertarungan di lapangan hijau, yang umumnya menuju suatu grand final, dan mempertemukan  peserta atau tim yang layak disebut sebagai mereka yang menghadirkan suasana partai neraka, setelah gugurnya partai-partai tambahan, pelengkap, penggembira, hingga partai gurem.

Partai neraka ternyatalah memiliki sifat dominan "memuaskan dan menghibur publik penonton", karena menampilkan 'fairness', sportifitas, adulthood (kedewasaan), passion, responsibility,  sincerity, integritas, entepreneurial, trendsetter (kepeloporan), hingga nasionalisme, yang singkat kita sebut nilai-nilai adhi-luhung positif. 

Jika kosakata politik ditambah referensinya, maka presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, pencinta dan pengamat sepak bola, orang terhormat, bukan terutama karena beliau pernah presiden RI, yang  akan menambahkan nilai yang lain, yaitu para peserta, ya stake-holder partai neraka yakni mereka yang berkualifikasi nilai portofolio A-plus, bukan A-min. 

Ilustrasi: netizenindonesia.com
Ilustrasi: netizenindonesia.com
Partai Neraka bagi kaum sufi atau failasuf seperti Gus Dur, bermakna kompetisi nilai-nilai positif, antar pribadi-pribadi dewasa dan seterusnya. Pertarungan keagungan dan keluhuran yang mendatangkan decak-kagum, bukan ketakutan, kesempitan hati, apalagi kesempitan budi bahasa yang bermuara primordialisme sempit nan manipulatif, sebagai lawan pelbagai nilai lain tadi selain dari citius, altius, fortius (artinya,cepat, tinggi, kuat) atau bentuk superlatif-nya tercepat, tertinggi, terkuat,  citissimus, altisimus, fortisimus.

Maka, misalnya, tahun lalu, di lapangan hijau internasional, predikat  "grup paling neraka" Liga Champions 2017-2018 hanya bisa disematkan atas Grup H mengacu pada nilai koefisien UEFA. Grup tersebut beranggotakan Real Madrid, Borussia Dortmund, Tottenham Hotspur, dan APOEL FC. 

Khusus Spurs, undian ini benar-benar mengantar mereka ke rentetan "partai neraka" selama 15 hari. Sementara di Liga Eropa tahun ini diberitakan tidak ada partai neraka di 8 Besar, setelah hasil undian perempat final Piala FA telah digelar. Itulah partai neraka pertama.


Partai Neraka Dua dan Tiga didominasi pertarungan lomba kicau burung-burung, yang tidak cukup jadi perhatian banyak kalangan, kecuali para pencinta burung. Herannya, seperti si kulit bundar, lomba burung pun didominasi kaum pria, seperti animo di politik saja. 

Mungkin bila menasional karena sering menampilkan partai neraka, peserta lomba burung akan mewajibkan pengurangan kuota kaum-adam dan mewajibkan kuota minimum kaum-hawa.

Secara koderati-hakiki, partai neraka sesungguhnya ada karena dua kaum berbeda itu. Ini partai neraka kedua, yang meskipun berhubungan dengan lomba kicau burung, nilai-nilai yang dianut sama dengan partai pertama.

Tak ada pertemuan sesama tim besar Liga Premier. El-Classico Real Madrid dan FC Barcelona yang kian mengerucut hanya pada dua figur Christiano Ronaldo atau CR7 dan Messi, hanya membangun ingatan  publik pencinta sejarah -  pada kehebatan partai neraka -  "kesultanan Ternate-Tidore" -  yang berkoalisi dengan Portugis, dan kesultanan Tidore yang berjabatan-tangan dengan kesultanan Tidore, hingga Sultan Muhammad Nuku Amirrudin -- sultan terbesar dalam kesultanan Tidore meneguhkan ideologi FalaRaha, mengusir penjajah, berekspansi ke Raja Ampat hingga Pasifik, dan membangun kembaran 'partai neraka' Uli-Siwa-Uli Lima dari kepulauan Maloko Kie Raha,  ke pulau Seram dan Ambon, terutama Uli Siwa-Uli Lima sempurna di kepulauan Kei.

Proklamator dan Presiden RI pertama Ir. Soekarno tahu dan sadar, kalau Nusantara atau Indonesia yang dikenal dunia ketika itu, karena Ternate dan Tidore. Hegemoni kekuasaan menghadirkan bukan ego sektoral-primordial. "Jas-Merah, Bung!" Jangan sekali-kali lupa akan sejarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun