Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Bonus Demografi, Pengangguran dan Kaitannya dengan Kaum Muda

2 Januari 2018   20:44 Diperbarui: 2 Januari 2018   21:09 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Martian tsunami would have been much larger than anything ever witnessed on Earth. SHANNONSTENT/GETTY IMAGES

Bisa jadi, tahun 2028-2030, akan sering terjadi kerusuhan dan Isu SARA yang semakin menjadi-jadi. Dan, itu bermula dari tingkat pengangguran yang tinggi. Faktanya kita semua tahu, ada sekitar 7,04 juta pengangguran pada tahun 2017. Konyolnya, yang paling banyak mengangggur itu justru adalah yang berpendidikan tinggi, yaitu Sarjana/diploma dan SMA/SMK. Sekitar 1,6 juta jiwa ! Ini Aneh sekaligus anomali di negara kita yang kaya akan sumber daya alam, sehingga harusnya lapangan pekerjaan tersedia lebih luas dan banyak ragam usaha !

Data BPS juga memaparkan, februari 2017 angkatan kerja ada sekitar 131 jutaan. Saat ini, kita yang berusia sangat produktif 15- tahun hinggga 49 tahun ada sekitar 140 juta ! Maksudnya, usia produktif adalah usia yang layak bekerja atau bahasa kerennya, sudah bisalah berpenghasilan dan bekerja. Sebenarnya usia 50-64 tahun termasuk juga usia produktif. Ada sekitar 30 jutaan di Indonesia. Tapi seperti kita tahu, ini biasanya kondisi dimana kecenderungan orang-orang bermain aman dalam hidupnya. Benang merahnya, masih ada sekitar 25-30 jutaan yang bekerja tapi serabutan atau punya usaha tapi tidak terdata.

Nah, jika semakin kita dalami lagi, bisa jadi, keanehan atau anomali itu di sebabkan oleh "disrupsi" yang akhir-akhir ini sering kita baca atau dengar di media televisi. Maklumlah, kalau profesor yang sudah memaparkan atau bikin "statement" pastilah banyak yang angguk-angguk kepala, walaupun banyak yang tidak paham. Kenapa tidak paham ? Karena istilah "disrupsi" ini seolah-olah perusahaan besar yang menjalankan perusahaannya dengan konvensional atau istilahnya tidak berubah menjadikan daya ungkit inovasi teknologi akan tenggelam. Misal ; perusahaan tidak beradaptasi dengan teknologi dengan tidak  menggunakan aplikasi dalam berpromosi dan menggaet pasar baru. Benarkah demikian ? ( nanti di akhir tulisan saya paparkan )

Memang ada data yang dikeluarkan dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) yang menunjukkan, sektor Informasi dan komunikasi ( Infokom ) naik paling tinggi di antara sektor lain. Dari datanya ada sekitar 9,3 % peningkatan tahun 2017, karena di sebabkan penjualan dalam jaringan dan penggunaan paket data. Jadi, industri besar seperti manufaktur yang sebenarnya besar menyerap tenaga kerja, agak sedikit melempem.

Kalau di perhatikan memang sepertinya ada hubungannya mengapa sektor infokom meningkat. Generasi Nowsekarang sangat suka teknologi dan lihai menggunakannya. Dari menggunakan gawai ( smartphone ), komputer/laptop dan aneka media sosial untuk bernarsis ria di dunia online yang katanya sekarang telah berpenduduk lebih dari 2 miliar untuk facebook saja !. Indonesia menjadi salah satu penduduk paling ramai di media sosial berwarna biru ini. Prediksinya ada sekitar 115 juta pengguna !

Ruginya kita para pengguna ini, tidak mau memamfaatkan media sosial biru ini untuk bisa berpenghasilan. Celakanya, para pengangguran yang terdidik dan biasanya memang sangat suka media sosial juga tidak melihat potensinya. Padahal, jika kita lihat data lagi, ada sekitar 132 juta pengguna internet sekarang di Indonesia. Ibaratnya lagu terkenal Koes Plus, media sosial ini bukan saja hanya lautan berombak gak jelas juntrungannya, tapi ini "kolam susu" raksasa yang siap kita minum, jika saja kita siapkan gelas. Kalau mau lebih besar lagi, sediakan ember biar makin sehat alias dompet tebal. Cihuyyy...

Dari tadi kita cerita istilah usia produktif, disrupsi, dan miliaran pengguna medsos, terus pakai nakut-nakutinbahwa tahun 2028-2030 bakal terjadi kerusuhan dan isu SARA yang  penyebabnya pengangguran, tapi belum ada juga sepertinya solusi praktis untuk mengatasinya. Ibarat minum kopi atau teh goyang belum ada makanannya penutupnya.

Tahun 2028-2030 ( ini bukan kode demo  ya...upsss ) adalah penanda puncak usia produktif atau usia layak kerja kita di Indonesia akan ada sekitaran 180 juta jiwa. Istilah kerennya bonus demografi. Intinya, akan lebih banyak usia produktif daripada tidak produktif.  Saat ini, ada sekitar 140 juta usia produktif. Coba kita bayangin, usia produktif 140 juta saja ada penggangguran 7 jutaan, apa yang bakal terjadi jika ada 180 jutaan ? Penduduk di Indonesia bakal berebut untuk mendapatkan pekerjaan. Yang dapat pekerjaan akan bersyukur, tapi yang tidak dapat bagaimana ? Makan kayu aja mang bisa ?

Apalagi, di tahun puncak usia produktif tersebut ada sekitar 70-80 juta yang berusia 15-34 tahun yang bisa kita sebut kaum muda. Berlimpahnya kaum muda ini, tentu saja harus makan/ minum, sekali-kali jalan-jalan, dan ganti smartphone dan pada akhirnya berkeluarga.Masak iya, dari ortu terus ? Kaum ini butuh pekerjaan. Sekali lagi, pekerjaan yang menghasilkan uang, entah bagaimana caranya.

Kita sama-sama tahu, kalau perut saja tidak berisi, orang akan mudah marah, ribut, dan berontak ( istilah kasarnya otak gak jalan ). Lama-kelamaan ini akan menimbulkan gejolak. Apalagi, jelang pilkada, kaum muda ini akan muda di pengaruhi, terprovokasi untuk ikut berdemo dengan harapan dapat bayaran. Belum lagi, saat ini marak pola investasi bodong yang katanya bisa bikin cepat kaya. Apa itu mungkin bisa terjadi karena hanya tidak makan? Kalau kurang percaya, coba saja anda tidak makan seharian atau kalau terlalu sulit dan ekstrim, coba saja minum air berhari-hari. Kira-kira, apa bisa berpikir kreatif dan jernih melihat peluang pekerjaan atau usaha ?. Kesimpulannya, kalau ada yang mau kasih makan atau iming-iming kaya dengan cepat, pastilah di terkam. Di sikat langsung. Gak perlu pakai pertimbangan, apalagi tanya kiri-kanan.

Melirik potensi sektor infokom yang ada hubungannya dengan media sosial dan internet ( psstt...sekedar informasi saat ini ada sekitar 94 pengguna smartphone di Indonesia), ini adalah potensi menarik dan "seksi" untuk di garap para kaum muda produktif. Pertama, tentu saja ini tetap harus di awali dengan belajar. Kabar baiknya, hal-hal yang berhubungan dengan penjualan atau jasa yang bisa di pasarkan bisa di pelajari lewat internet juga. Kawan-kawan bisa belajar dari tutorial lokal maupun mancanegara ( bagi yang jago bahasa Inggris ). Di website, media sosial, aplikasi bertebaran informasi gratis yang bisa di mamfaatkan. Syaratnya, cuman ada kuota atau nokrong di warung internet.

Sudah banyak yang sukses di dunia internet Indonesia saat ini,  atau paling tidak bisa mendapatkan penghasilan 2 jutaan- 5 jutaan bahkan lebih. Contohnya, Habibie Afsyah ( penyandang disabilitas ) bisa mendapatkan penghasilan puluhan juta dari penjualan produk orang lain dari situs Amazon. Atau yang hobi jalan-jalan, silahkan menulis pengalamannya di blog atau website. Ini juga bisa mendapatkan penghasilan. 

Udah happy plus dapat bayarankalau bukunya sukses seperti Trinity. Ada juga blogger yang cukup terkenal sekarang, Danan Wahyu Sumirat dan Yunaidi Joepoet yang jago fotografi ( Pernah jadi fotografer prestesius National Geographic Indonesia ). Youtube juga bisa jadi lahan baru dalam menghasilkan uang, karena kalau videonya rame di subscriberatusan ribu dan jadi viral, pundi-pundi uang akan mengalir alias di bayarin sama google. Itu bisa terjadi, karena google memamfaatkan video kita untuk mengiklankan produk dan jasa perusahaan lain.

Kalau mau lebih besar lagi, bisa membangun start up. Tapi ini tentu saja ini butuh tim dan modal. Yang lagi jadi super star di Indonesia sekarang,  ada Gojek yang banyak membantu rider dan driver jadi berpenghasilan. Ada juga Tokopedia, Buka lapak, Qlapa, Blanja, Bli Bli yang bantuin UMKM dan jual produk online. Kita bisa buka toko online disini tanpa harus punya produk dan dan sibuk bikin aplikasi atau website dan membangun pasarnya. 

Belum lagi startup-startup lewat aplikasinya sekarang banyak menjadi perantara penjualan ( istilah kampungnya pakang ) antara petani dan peternak yang berada di desa dan menjualnya langsung kepada pembeli/konsumen, seperti IGrow & Angon. Rantai distribusinya di buat lebih pendek, sehingga petani/peternak lebih maksimal keuntungannya. Yang punya aplikasi juga senang karena dapat fee langsung dari penyuplai tadi. Dan, syukur-syukurdapat penghargaan dari pemerintah karena ikut memiliki dampak di masyarakat.

Jika di runut lebih panjang, dengan semakin sejahteranya petani/peternak , otomatis akan meningkatkan pendidikan di desa dan kesehatan semakin baik. Tabungan juga semakin meningkat, sehingga investasi pemerintah semakin besar di infrastruktur, pendidikan dan riset. ( Kalau yang ini akan saya ceritakan di tulisan berikutnya, mengapa ada hubungan tabungan dengan tingkat investasi ).

Nah, inilah kira-kira yang dimaksud dengan efek "disrupsi" tadi. Distribusi ekonomi menjadi lebih luas dan menimbulkan gairah baru ekonomi hingga ke daerah daerah yang jauh dari pusat kota. Ada kolaborasi dan berbagi sumberdaya di situ. Khusus kaum muda, yang saya tulis di atas, bisa menjadi penggerak ekonomi model baru ini. Karena, ya, itu tadi lebih melek paham dan sering menggunakan inovasi teknologi. Kalau pakar ekonomi bilang " kolaborasi atau rugi". Ekonomi yang selama ini di pegang oleh segelintir perusahaan-perusahaan atauorang kuatakan mulai cair hingga menyentuh semua golongan di masyarakat.

Tentu saja, ini semua usaha perlu latihan, usaha keras, pembelajaran lagi dan ketekunan. Karena model bisnis atau pekerjaan ini masih tahap baru di negara kita. Ada kagok atau belum terbiasa di lingkungan masyarakat kita. Tapi, seperti pepatah yang sering kita baca maupun dengar " Dimana ada kemauan, Di situ ada jalan ". Ini sangat tepat dan cocok bagi kita semua. Kalau sekarang sudah ada kemauan, cobalah mulai mengingat-ingat hobi anda, jagoan yang anda kagumi, bisnis yang anda tunda sekian tahun atau ambisi terpendam anda selama ini.

Ini langkah awal untuk anda dalam menghadapi hutan belantara tahun 2028-2030 yang 10 tahun lagi akan terjadi. Jumlah pengangguran terlihat susah di kurangi di Indonesia. Gak jadi lucu juga, kalau hanya bisa mengeluh atau marah sama keadaan. Terus, malah demo tapi gak mau cari solusi.Pertanyaannya sekarang, sudah bisakah anda rasakan, bayangkan dan prediksikan "BAHAYA" pada diri anda sendiri jika anda sekarang memiliki rentang usia 15-34 tahun ?

Salam Produktif...

Toss !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun