Mohon tunggu...
Bernard Wenda
Bernard Wenda Mohon Tunggu... -

Ko baca biar ko tau!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak ada Makan Siang Gratis untuk Papua Merdeka

15 Juni 2013   07:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:00 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau makan siang gratis ? Nanti dulu ! Di dunia ini tidak ada yang gratis ! Bayar dulu baru makan atau makan dulu baru bayar ! Yang penting bayar ! Bayar ! Jika tidak ada aral melintang, di Noumea, ibukota negara New Caledonia pada Rabu besok (19/6/2013), akan berlangsung upacara pembukaan The 19th Melanesian Spearhead Group (MSG) Leaders Summit yang juga akan dihadiri oleh perwakilan pejuang Papua Merdeka dari faksi West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL).Kehadiran WPNCL dalam acara Pertemuan ke-19 Pimpinan MSG, tidak terlepas dari kerja keras Andy Ayamiseba mantan personel grup musik asal Papua “Black Brothers” yang pernah ngetop di Indonesia pada tahun 1970-an dengan lagu berjudul Hari Kiamat dan Derita Tiada Akhir.

[caption id="attachment_248958" align="alignnone" width="300" caption="Andy Ayamiseba (http://idaiye.blogspot.com/2011/04/west-papua-is-not-indonesian-issue-says_03.html)"][/caption]

Keberhasilan Andy Ayamiseba memperjuangkan keikutsertaan WPNCL dalam MSG Leaders Summit tidak datang begitu saja, tapi penuh pengorbanan. Putra sulung pasangan Dirk Ayamiseba (alm) dan Dolfina Tan Ayomi (alm) ini, selain sudah merasakan dinginnya sel penjara CPM Kloofkamp yang berukuran 1,5 m x 1 m bersama Dr. Thomas Wanggai (alm) pada tahun 1971, juga sudah pernah dideportasi dari negara Vanuatu pada tahun 1988 akibat krisis politik di negara itu. Sebelum terjadinya kiris politik, Vanuatu dipimpin oleh Walter Lini selaku Presiden dan Barak Sope selaku Skretaris Jenderal (Sekjen). Namun akibat adanya mosi tidak percaya dari rakyat Vanuatu terhadap kedua pemimpin tersebut, berakibat pada lengsernya Walter Lini dan Barak Sope dari jabatan masing-masing.Seiring lengsernya Walter Lini dan Barak Sope, maka Andy Ayamiseba juga terpaksa menanggung kerugian, yakni dideportasi dari Vanuatu oleh penguasa baru, karena dianggap sebagai tim sukses Walter Lini -Barak Sope saat kampanye Pemilu Vanuatu tahun 1983.

[caption id="attachment_248959" align="alignnone" width="300" caption="Group musik "]

1371257353827896632
1371257353827896632
[/caption]

Dukungan Barak Sope terhadap Andy Ayamiseba bukanlah barang gratisan. Pada tahun 1983 Andy Ayamiseba bersama Black Brothers diundang oleh Partai Vanuaaku yang saat itu berkuasa di Vanuatu untuk membantu mereka berkampanye dan mencari dana dalam Pemilu pertama negara itu, dengan imbalan, jika Partai Vanuaaku berhasil menang dalam Pemilu, mereka akan mendukung perjuangan Papua Mardeka.Pemilu kali itu dimenangkan oleh Partai Vanuaaku dan sesuai perjanjian sebelumnya, Andy Ayamiseba dan Black Brothers mulai menetap di Vanuatu sambil melakukan kampanye Papua Merdeka.

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengingatkan kepada semua pihak yang mengaku sebagai pejuang Papua Merdeka, tidak ada makan siang gratis dalam dunia politik.Tinggal bagaimana cara anda membayarnya. Apakah anda akan membayar dengan uang hasil menyanyi ? Apakah anda akan membayar dengan uang dari hasil korupsi ? Apakah anda akan membayar dengan uang dari hasil rampok ? Apakah anda akan membayar dengan uang pinjaman yang didapat dari kawan politik anda ? Apakah anda akan membayar dengan uang dari hasil kerja keras Tuyul peliharaan anda ? Silahkan anda tanyakan pada hati nurani anda !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun