Mohon tunggu...
Bernard Mbuik
Bernard Mbuik Mohon Tunggu... Dosen dan Dekan FKIP Universitas Citra Bangsa

Saya adalah seorang dosen Manajemen Pendidikan yang aktif mengajar dan meneliti isu-isu pendidikan kontekstual di wilayah Indonesia Timur, khususnya Nusa Tenggara Timur. Saya percaya bahwa pendidikan tidak hanya soal angka, tapi tentang keberpihakan pada kemanusiaan dan keadilan. Saya menyukai aktivitas menulis opini, mengembangkan modul ajar berbasis budaya lokal, serta berdialog dengan guru-guru di lapangan. Topik favorit saya mencakup kebijakan pendidikan, kepemimpinan sekolah, pendidikan karakter, serta spiritualitas dalam dunia pendidikan. Di luar akademik, saya menikmati membaca buku filsafat pendidikan, menonton dokumenter sosial, dan menjelajahi kampung-kampung di pedalaman untuk belajar langsung dari kehidupan. Saya percaya bahwa suara dari daerah seharusnya punya ruang di percakapan nasional — dan tulisan saya adalah upaya kecil untuk itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Pertama Sekolah: Momentum Menanamkan Nilai bukan Sekadar Absen

13 Juli 2025   07:07 Diperbarui: 12 Juli 2025   22:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama sekolah kerap dipahami sebagai hari administratif belaka absensi siswa baru, pembagian kelas, pengenalan wali kelas, dan berbagai rutinitas formal lainnya. Padahal, di balik momen itu tersembunyi peluang emas untuk menanamkan nilai-nilai dasar yang akan menjadi fondasi karakter siswa sepanjang tahun, bahkan sepanjang hidupnya.
Dalam konteks pendidikan dasar, khususnya di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur yang sarat dengan nilai kekeluargaan dan budaya lokal, hari pertama sekolah seharusnya tidak dilewatkan hanya sebagai transisi teknis, tetapi sebagai momentum spiritual dan kultural. Sekolah bukan hanya tempat anak belajar membaca dan berhitung, melainkan ladang awal untuk menanamkan cinta, disiplin, empati, dan semangat hidup bersama.
Suara dari Lapangan: Hari Pertama yang Bermakna
Untuk menegaskan pentingnya hari pertama sekolah sebagai ruang menanam nilai, saya melakukan wawancara singkat dengan beberapa pemangku kepentingan pendidikan dasar di Kota Kupang dan sekitarnya, pada minggu pertama Juli 2025.
1. Wawancara Kepala Sekolah:
Ibu Agnes Kase, Kepala SD GMIT Oebobo Kupang, menegaskan bahwa hari pertama harus disiapkan secara serius, bukan sekadar seremonial.
“Kami menyambut siswa baru dengan sapaan adat dan doa bersama. Ada ungkapan ‘Selamat datang di rumah kedua’—kami ingin anak-anak merasa aman, diterima, dan diberkati sejak langkah pertama,” katanya.
Ia menambahkan, setiap guru diberikan panduan untuk mengenalkan nilai-nilai sekolah di hari pertama, termasuk kejujuran, hormat kepada guru, dan solidaritas.
2. Wawancara Guru:
Bapak Henricus Ledo, guru kelas I di SDN Fatukoa, menceritakan pendekatan humanis yang ia gunakan.
“Banyak anak menangis, malu, atau takut hari pertama. Jadi saya tidak langsung beri tugas. Saya ajak mereka bernyanyi, saling kenal, dan menggambar suasana hati. Dari situ kami bangun kedekatan,” ujarnya.
Ia percaya bahwa hari pertama adalah momentum membangun kepercayaan antara guru dan murid.
3. Wawancara Orang Tua:
Ibu Maria Dethan, orang tua murid kelas I, menuturkan harapan besarnya saat mengantar anak ke sekolah untuk pertama kali.
“Saya titip anak saya bukan hanya untuk pintar, tapi jadi anak yang punya hati. Saya senang waktu lihat guru-guru sambut dengan senyum dan pelukan. Saya merasa anak saya di tempat yang baik,” ujarnya terharu.
Bagi banyak orang tua, hari pertama adalah saat penuh kecemasan sekaligus harapan. Karena itu, sikap hangat dari pihak sekolah sangat menentukan kepercayaan orang tua.
4. Wawancara Siswa:
Riana, siswa kelas IV yang saat ini menjadi kakak pembimbing di SD Kristen Ebenhaezer, mengenang hari pertamanya di sekolah:
“Saya masih ingat guru saya ajak kami duduk melingkar dan cerita tentang impian. Waktu itu saya ingin jadi dokter. Sekarang saya suka bantu adik-adik baru supaya tidak takut seperti dulu,” katanya bangga.

Menanam Nilai Sejak Hari Pertama: Sebuah Keharusan
Apa yang dikatakan para narasumber mencerminkan satu hal: pendidikan yang bermakna dimulai sejak hari pertama. Jika sekolah mengabaikan hari pertama sebagai hari penguatan nilai, maka kita kehilangan kesempatan emas dalam membentuk suasana batin siswa. Pendidikan bukanlah transfer pengetahuan, tapi pembentukan manusia seutuhnya (whole person education).
Dalam teori pendidikan karakter menurut Lickona (2021), lingkungan awal sangat memengaruhi sikap anak terhadap sekolah. Jika hari pertama menyenangkan, penuh sambutan, dan bermakna, maka akan tumbuh rasa memiliki (sense of belonging) dan motivasi intrinsik.

Hari Pertama dan Kepemimpinan Sekolah
Hari pertama juga menjadi etalase kepemimpinan kepala sekolah. Pemimpin yang baik hadir di tengah anak-anak, bukan hanya di ruang kepala sekolah. Di banyak sekolah unggulan, kepala sekolah berdiri di gerbang menyambut setiap anak dan orang tua. Bahkan, di beberapa sekolah Kristen, kepala sekolah memimpin doa pagi sambil menyebut nama murid satu per satu praktik ini menciptakan rasa akrab dan spiritualitas yang dalam.
Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) menurut Greenleaf (2002) mengajarkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang pertama-tama melayani, terutama mereka yang lemah, baru, dan takut. Siapa yang lebih lemah dan rentan dari anak-anak kecil yang baru pertama kali masuk sekolah?

Transformasi Budaya Sekolah dari Hari Pertama
Budaya sekolah yang inklusif, humanis, dan bernilai luhur tidak dibangun lewat spanduk atau peraturan tertulis saja. Ia dibentuk lewat kebiasaan dan simbol. Hari pertama bisa menjadi titik mula perubahan budaya sekolah.
Sebagai contoh, di SD Inpres Baumata, ada tradisi menyanyikan lagu daerah NTT saat menyambut siswa baru. “Itu simbol bahwa sekolah ini menghargai akar budaya siswa. Anak-anak merasa bangga menyanyi lagu yang biasa mereka dengar di rumah,” kata guru setempat. Dari sana tumbuh rasa percaya diri dan identitas kultural sejak awal.

Rekomendasi untuk Praktik Hari Pertama Sekolah yang Bermakna
1. Ciptakan Suasana Ramah dan Hangat:
Sapa siswa dengan senyum, pelukan, dan nama mereka. Perkenalkan semua staf sekolah dengan cara yang menyenangkan.
2. Gunakan Aktivitas Reflektif:
Ajarkan anak-anak menggambar cita-cita, menulis harapan, atau membuat pohon impian kelas. Ini memberi makna emosional pada hari pertama.
3. Libatkan Orang Tua:
Ajak orang tua hadir dalam ibadah pembuka, doa bersama, atau sesi pengenalan nilai sekolah. Hal ini memperkuat kemitraan.
4. Tanamkan Nilai Sejak Dini:
Jangan tunggu program P5 atau pelajaran agama. Hari pertama adalah waktu terbaik menanamkan nilai seperti tanggung jawab, toleransi, dan kerja sama.
5. Gunakan Pendekatan Budaya Lokal:
Sapaan adat, lagu daerah, atau simbol budaya lokal bisa menciptakan pengalaman yang dekat dan bermakna.

Penutup: Menyusun Ulang Narasi Pendidikan
Saat kita menjadikan hari pertama sekolah sebagai momen penuh makna, kita sedang menyusun ulang narasi pendidikan itu sendiri. Pendidikan bukanlah prosedur teknis, melainkan perjumpaan manusiawi. Bukan semata kewajiban administratif, melainkan panggilan untuk membentuk karakter dan kasih.
Hari pertama adalah kesempatan sekali seumur hidup bagi seorang anak. Jangan biarkan ia berlalu begitu saja.

Referensi Singkat
* Lickona, T. (2021). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam.
* Greenleaf, R. (2002). Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness. Paulist Press.
* Kemendikbudristek. (2023). Panduan Hari Pertama Sekolah dan Implementasi Kurikulum Merdeka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun