Mohon tunggu...
Berliani November
Berliani November Mohon Tunggu... Mahasiswa : komunikasi

Tak sekadar menulis, tapi mencoba memahami dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hamas Setuju Gencatan Senjata, Netanyahu Masih Bersikeras

19 Agustus 2025   05:25 Diperbarui: 19 Agustus 2025   05:25 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan warga Palestina telah melarikan diri dari serangan Israel yang semakin intensif di beberapa wilayah Kota Gaza dalam beberapa hari sumber Reutes

Cairo- Dalam perkembangan mengejutkan, Hamas dilaporkan telah menyetujui proposal terbaru untuk gencatan senjata di Gaza tanpa syarat tambahan. Keputusan ini memberikan secercah harapan di tengah konflik yang telah berlangsung 22 bulan.

Sumber Hamas mengkonfirmasi kepada BBC bahwa kelompok bersenjata Palestina itu telah menyerahkan respons tertulis kepada mediator Mesir dan Qatar, menyatakan persetujuan mereka terhadap proposal yang diajukan.

Rincian Proposal yang Disetujui

Proposal yang kini disetujui Hamas ini berdasarkan kerangka kerja yang diusulkan utusan AS Steve Witkoff pada Juni lalu. Rencananya mencakup:

  • Pembebasan sekitar 20 sandera Israel yang masih hidup dari total 50 sandera tersisa

  • Gencatan senjata awal selama 60 hari

  • Pembebasan dilakukan dalam dua tahap

  • Negosiasi untuk gencatan senjata permanen akan berlanjut selama periode tersebut

Namun, respons Israel masih menjadi tanda tanya besar. Kantor PM Benjamin Netanyahu pekan lalu menegaskan hanya akan menerima kesepakatan jika "semua sandera dibebaskan sekaligus."

Demonstrasi hari Minggu di Tel Aviv menuntut kesepakatan segera untuk mengamankan pembebasan semua sandera sumber: Reuters
Demonstrasi hari Minggu di Tel Aviv menuntut kesepakatan segera untuk mengamankan pembebasan semua sandera sumber: Reuters

 Tekanan dari Dalam Negeri

Situasi semakin pelik ketika ratusan ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv pada Minggu malam, menuntut pemerintah segera mengakhiri perang dan membebaskan semua sandera. Demonstrasi massal ini menunjukkan tekanan domestik yang kian menguat terhadap Netanyahu.

"Saya takut anak saya terluka," ungkap Dani Miran, ayah dari Omri yang telah ditawan selama 682 hari. Kekhawatiran keluarga sandera semakin besar dengan rencana serangan besar-besaran Israel ke Gaza City.


Netanyahu justru menyalahkan para demonstran karena dianggap mempersulit posisi tawar Israel dengan Hamas.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Di tengah negosiasi politik, kondisi di Gaza terus memburuk. Serangan Israel yang mengintensif di Gaza City memaksa ribuan warga sipil mengungsi kembali. Tank-tank Israel dilaporkan telah mengepung sekolah-sekolah dan klinik PBB yang menampung ratusan pengungsi.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lima kematian baru akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir, menambah total korban kelaparan menjadi 263 orang sejak perang dimulai. Lebih dari 62.000 orang dilaporkan tewas dalam konflik ini.

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty yang mengunjungi perbatasan Rafah menekankan urgensi gencatan senjata, menyebut situasi di Gaza "di luar imajinasi."

 Posisi yang Sulit Diperdamaikan

Sementara Hamas kini menunjukkan fleksibilitas dengan menerima proposal tanpa amendemen, Israel tetap pada posisi keras. Netanyahu menginginkan pembebasan semua sandera, pelucutan senjata Hamas, demiliterisasi Gaza, dan kontrol keamanan Israel atas wilayah tersebut.

Di sisi lain, Hamas menuntut pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara Israel, penarikan lengkap pasukan Israel, dan pengakuan negara Palestina merdeka.

Dengan Hamas yang kini telah menunjukkan kompromi, bola kini berada di tangan Israel. Apakah tekanan domestik dan internasional akan cukup mendorong Netanyahu untuk melunak, atau konflik ini akan terus berlanjut dengan korban sipil yang semakin bertambah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun