Mohon tunggu...
berliandira r
berliandira r Mohon Tunggu... Mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jejak Panjang Kesehatan Masyarakat

20 Agustus 2025   11:18 Diperbarui: 26 Agustus 2025   20:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

BERLIANDIRA RAZITA/191251039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sejarah ilmu kesehatan masyarakat berawal dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu, Asclepius dan Higeia. Menurut mitologi Yunani, Asclepius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai, namun tidak diketahui pendidikan apa yang ditempuhnya. Tetapi, disebutkan bahwa ia dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada. Asistennya, Higeia, yang juga merupakan istrinya, juga berkontribusi di dalam bidang kesehatan.


Meskipun Asclepius dan Higeia sama-sama berada di bidang kesehatan, sebenarnya mereka berdua berada di ranah yang berbeda. Asclepius lebih terfokus pada pengobatan setelah penyakit tersebut menjangkiti seseorang. Sedangkan Higeia, lebih menekankan kepada pengajaran mengenai "hidup seimbang" untuk menangani masalah kesehatan yaitu dengan menghindari makanan atau minuman beracun, makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, dan melakukan olahraga. Artinya, Higeia, lebih menganjurkan untuk menyembuhkan penyakit lewat cara-cara alami daripada melakukan pengobatan secara langsung.


Karena hal tersebut, akhirnya muncul dua aliran untuk menangani masalah-masalah kesehatan. Aliran yang pertama yaitu yang disebut pendekatan kuratif (pengobatan), dimana kelompok tersebut cenderung menunggu terjangkit penyakit baru dilakukan pengobatan. Kelompok pertama ini terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain. Sedangkan aliran yang kedua yaitu disebut pendekatan preventif (pencegahan), dimana cenderung melakukan upaya pencegahan penyakit dan melakukan promosi kesehatan sebelum terjadinya penyakit. Untuk kelompok yang kedua ini, terdiri dari para petugas kesehatan masyarakat.


Perbedaan diantara kedua pendekatan tersebut adalah yang pertama jika pendekatan kuratif umumnya memfokuskan sasaran kepada individual dan kontak dengan pasien hanya sekali, maka pendekatan preventif lebih terfokuskan kepada masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat. Sehingga pada pendekatan preventif, hubungan antara petugas kesehatan dan masyarakat lebih bersifat kemitraan.


Perbedaan yang kedua yaitu pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif. Para tenaga kesehatan seperti dokter hanya menanggapi apabila ada pasien yang datang. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan yang sebenarnya adalah penyakit tersebut. Sedangkan, pendekatan preventif lebih mengedepankan pada pendekatan proaktif, yang dimana para petugas kesehatan masyarakat akan turun langsung dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat lalu melakukan tindakan.

Perbedaan yang ketiga yaitu pendekatan kuratif menangani pasien dalam hal sistem biologis yang mana hal tersebut hanya sebagian saja, padahal aspek kesehatan manusia juga terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial. Untuk pendekatan preventif sendiri, mereka melihat bahwa penyakit tidak hanya terjadi karena terganggunya sistem biologi individual, tetapi juga karena beberapa aspek lain seperti aspek biologis, psikologis, dan sosial.

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia sendiri dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Pada abad pertengahan sendiri, terjadi epidemi seperti Wabah Hitam. Epidemi tersebut memaksa rakyat Eropa untuk mengembangkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang sistematis, yaitu dengan karantina dan pengelolaan limbah.

Memasuki zaman kemerdekaan, Dr. Y. Leimena dan Dr. Patah menginisiasi konsep Bandung (Bandung Plan). Konsep tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah Patah -- Leimena. Bandung Plan berisi tentang pelayanan kesehatan masyarakat, baik aspek kuratif maupun preventif, tidak boleh dipisahkan di rumah sakit dan puskesmas.

Pada tahun 1956, Dr. Y. Sulianti mendirikan proyek Bekasi sebagai model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan dan pusat pelatihan
tenaga kesehatan. Lalu pada tahun 1967 diadakan seminar yang merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu (konsep puskesmas). Diresmikannya puskesmas adalah pada tahun 1968, yang kemudian pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas bertambah dengan posyandu.

Kesimpulannya adalah ilmu kesehatan masyarakat sudah dikenal sejak zaman mitologi Yunani yang dipelopori oleh Higeia. Munculnya pendekatan secara preventif oleh para tenaga kesehatan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahwa tindakan kuratif juga sama pentingnya. Di Indonesia sendiri, ilmu kesehatan masyarakat mulai marak sejak didirikannya puskemas.

KATA KUNCI: Kesehatan, Masyarakat, Preventif

DAFTAR PUSTAKA

     Indrayadi et al. (2024). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Padang: Aikomedia Press
     Syafrudin. (2021). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun