Bahasa yang digunakan di Pulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan Rumpun Bahasa Melayu. Namun demikian, sesungguhnya banyak perbedaan dari segi bahasa antara kedua pulau ini.Â
Saya lahir, tumbuh dan besar di Pulau Belitung, tepatnya di Kota Tangjung Pandan. Meski besar di Pulau Belitung, saya juga sangat familiar dengan pulau yang ada di sebelahnya yaitu Pulau Bangka.Â
Kebetulan ibu saya  menghabiskan masa kecil, remaja hingga menikah di Pulau Bangka, sebelum akhirnya pindah ke Belitung mengikuti ayah.Â
Saat saya kecil, keluarga kami pun beberapa kali menghabiskan masa libur sekolah di Bangka, di rumah opa dan oma. Selain itu, keluarga besar ibu juga banyak yang menetap di Bangka.Â
Kedekatan saya dengan Pulau Bangka semakin nyata ketika saat kelas dua SMA, keluarga kami pindah ke Kota Sungailiat, Bangka, mengikuti ayah yang pindah tugas. Jadi, saya sempat menghabiskan dua tahun masa SMA di Pulau Bangka.
Setelah itu, ayah dan ibu juga menghabiskan masa pensiun di Bangka, tepatnya di Kota Pangkal Pinang.Â
***
Kepulauan Bangka Belitung merupakan sebuah provinsi kepulauan. Dua pulau utama adalah Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Kedua Pulau utama tersebut dikelilingi pula oleh ratusan pulau-pulau kecil.Â
Total Pulau yang bernama ada 470 pulau, dengan  hanya 50 pulau diantaranya yang berpenghuni.Â
Dua Pulau terbesar, yaitu Bangka dan Belitung merupakan dua pulau yang bertetangga. Keduanya hanya dipisahkan sebuah selat kecil bernama Selat Gaspar.Â
Sekalipun Selat Gaspar hanya sebuah selat kecil, pada era tahun delapan puluhan, penyeberangan antarkedua pulau ini, memerlukan waktu lebih dari 12 jam menggunakan feri.Â
Memang sudah ada transportasi pesawat kala itu, tetapi masih menggunakan pesawat kecil dengan dua atau tiga kali penerbangan saja dalam seminggu.Â
Sebelum disahkan menjadi provinsi sendiri pada tahun 2001, dahulunya Kepulauan Bangka Belitung masuk dalam wilayah administratif Provinsi Sumatra Selatan, dengan ibukotanya Palembang.Â
Meskipun kedua pulau ini bertetangga sangat dekat, Bangka dan Belitung memiliki banyak perbedaan dalam ragam hal. Perbedaan paling nyata tampak dalam hal bahasa.Â
Dialek dan logat yang berbeda
Bahasa yang umum digunakan di Pulau Belitung adalah bahasa Melayu Belitung (Base Belitong). Bahasa Melayu Belitong ini memiliki dialek mirip dengan bahasa Melayu yang umum digunakan di negara tetangga Malaysia, hanya saja logatnya berbeda.Â
Kosa kata dalam base Belitong banyak yang berakhiran "e". Seperti "ape", "mane", "ngape" (arti: mengapa) . Pengucapan "e" pada kata-kata tersebut sama seperti pengucapan "e" pada kata "kelapa".
Beda halnya dengan Bangka. Meski masih satu rumpun Bahasa Melayu, bahasa yang digunakan di Pulau Bangka umumnya adalah Melayu Bangka (Base Bangka) . Dialeknya mirip dengan dialek Bahasa Betawi (Jakarta), hanya logatnya berbeda.Â
Kata-kata dalam bahasa Melayu Bangka umumnya juga berakhiran "e", tetapi pengucapannya seperti pada kata "tekad". Misalnya "Ape", "Sape" (arti: siapa), "bebulek" (arti: berbohong).
Tidak hanya itu, Bahasa Melayu Bangka juga tergolong unik dan kompleks. Walaupun berada dalam satu wilayah yang sama, dialek satu daerah dengan daerah lainnya di Pulau Bangka belum tentu sama.Â
Misalnya, di wilayah Bangka Timur, dialek penggunaan kata selain berakhiran "e", juga ada yang berakhiran "o". Seperti "apo", " nek kemano" (mau kemana), "dimano" (dimana). Dialeknya mirip Bahasa Palembang (Baso Pelembang).Â
Sementara di ibukota  Pangkal Pinang dan Kota Sungailiat (Kabupaten Bangka), dialeknya sebagian besar sama. Lebih dominan menggunakan huruf "e"seperti Bahasa Betawi.Â
Kata penegas yang berbeda
Perbedaan lainnya antara Bahasa Bangka dan Bahasa Belitung, adalah pada kata penegas dalam kalimat tanya. Dalam bahasa Indonesia umumnya menggunakan kata "sih", seperti apa sih, kenapa sih.Â
Nah, dalam Base Belitong menggunakan kata "ken", seperti ape ken, ngape ken, sape ken. Ken diucapkan seperti mengucapkan kata "eka".
Sementara, dalam Base Bangka umumnya kata penegas menggunakan kata "ge", seperti ape ge, ngape ge, dan sape ge. Pengucapan " e" pada kata ge seperti pada kata "bela".
Sebagian penutur Base Bangka juga ada yang menggunakan kata penegas "wo", seperti sape wo, ngape wo, ade ape wo, dan sebagainya.
Budak, biak dan tunang
Bujang dan dayang merupakan sebutan. untuk perjaka dan gadis, berlaku sama baik di Bangka maupun Belitung.Â
Sedangkan "budak" adalah sebutan untuk "anak" dalam base Bangka. Sehingga anak-anak akan disebut "budak-budak".
Sementara dalam base Belitong, anak disebut "biak". Jadi kalau anak-anak, menjadi biak-biak.Â
Uniknya, biak dalam Base Belitong juga bisa memiliki arti lain, yaitu pacar. Misal "La ade duak taun kamek bebiakan", artinya, "sudah dua tahun kami berpacaran".
Sebaliknya, dalam Base Bangka, pacar disebut "tunang". Misal, " Kite betunang yo! " Artinya, "Kita pacaran, yuk!".
***
Demikian sekelunit ulasan tentang Bahasa Melayu Belitung dan Bangka. Bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke kedua pulau ini, semoga tulisan ini bermanfaat.Â
Makase la (Base Belitong)= makasi ok (Base Bangka) = Terima kasih!Â
***
Catatan: sumber tambahan dari beberapa referensi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI