Saya belum pernah memasak ketupat. Padahal saya termasuk penggemar makanan ini. Malu-maluin ya.
Kalau dulu saat kecil, biasanya ibu yang bikin. Kalau pun tidak sanggup karena harus memasak dalam jumlah banyak, untuk keperluan perayaan tertentu misalnya, ibu lebih suka memesan.
Akhirnya, keinginan untuk mencoba memasak ketupat sendiri pun tak terbendung. Hari Rabu pagi kemarin, satu hari sebelum lebaran, saya dan suami pergi ke Pasar Pondok Labu. Niat hati hendak mampir untuk membeli bumbu ikan arsik dan bumbu rendang.Â
Di pasar, banyak dijual bumbu halus yang siap diracik sesuai permintaan pembeli. Misalnya saya minta bumbu rendang untuk satu kilogram daging, penjual langsung meracik, mencampurkan bawang, cabai, kunyit, sereh, lengkuas, dan bumbu lainnya, yang semuanya sudah dalam bentuk halus.Â
Bumbu halus siap racik ini sangat membantu kala malas membuat bumbu sendiri. Lagipula rasa bumbu yang saya beli di pasar pun menurut saya cukup enak. Walau kadang sedikit lebih asin, untuk mengatasinya saya menambahkan air lebih banyak dalam masakan.
Namun maksud hati tersebut spontan batal tatkala melihat pasar penuh sesak dengan pengunjung. Penjual dan pembeli berdesak-desakan di dalam pasar. Suami pun langsung melarang saya untuk mampir.
"Cari di warung sayur dekat rumah saja," perintahnya.
"Bagaimana kalau bumbunya tidak ada?", jawab saya.
"Masak yang ada saja." lanjut suami.
Baiklah, manut saja sama suami. Saya juga tidak berani menembus kerumunan di tengah pasar. Apalagi lapak penjual bumbu letaknya di bagian dalam pasar.
Dalam perjalanan pulang, kami melihat sepanjang sisi jalan dari pasar hingga depan Rumah Sakit Prikasih, banyak sekali penjual ketupat dadakan. Hati pun tertarik untuk membelinya. Perkara bagaimana cara memasaknya, pikir nanti saja. Toh mbah Google siap membantu.