Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Pengalaman Pertama Memasak Ketupat

14 Mei 2021   14:38 Diperbarui: 14 Mei 2021   22:06 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketupat, kuliner khas Lebaran di Indonesia. Ketupat terbuat dari beras dibungkus janur. (SHUTTERSTOCK/RANI RESTU IRIANTI)

Saya belum pernah memasak ketupat. Padahal saya termasuk penggemar makanan ini. Malu-maluin ya.

Kalau dulu saat kecil, biasanya ibu yang bikin. Kalau pun tidak sanggup karena harus memasak dalam jumlah banyak, untuk keperluan perayaan tertentu misalnya, ibu lebih suka memesan.

Akhirnya, keinginan untuk mencoba memasak ketupat sendiri pun tak terbendung. Hari Rabu pagi kemarin, satu hari sebelum lebaran, saya dan suami pergi ke Pasar Pondok Labu. Niat hati hendak mampir untuk membeli bumbu ikan arsik dan bumbu rendang. 

Di pasar, banyak dijual bumbu halus yang siap diracik sesuai permintaan pembeli. Misalnya saya minta bumbu rendang untuk satu kilogram daging, penjual langsung meracik, mencampurkan bawang, cabai, kunyit, sereh, lengkuas, dan bumbu lainnya, yang semuanya sudah dalam bentuk halus. 

Bumbu halus siap racik ini sangat membantu kala malas membuat bumbu sendiri. Lagipula rasa bumbu yang saya beli di pasar pun menurut saya cukup enak. Walau kadang sedikit lebih asin, untuk mengatasinya saya menambahkan air lebih banyak dalam masakan.

Namun maksud hati tersebut spontan batal tatkala melihat pasar penuh sesak dengan pengunjung. Penjual dan pembeli berdesak-desakan di dalam pasar. Suami pun langsung melarang saya untuk mampir.

"Cari di warung sayur dekat rumah saja," perintahnya.

"Bagaimana kalau bumbunya tidak ada?", jawab saya.

"Masak yang ada saja." lanjut suami.

Baiklah, manut saja sama suami. Saya juga tidak berani menembus kerumunan di tengah pasar. Apalagi lapak penjual bumbu letaknya di bagian dalam pasar.

Dalam perjalanan pulang, kami melihat sepanjang sisi jalan dari pasar hingga depan Rumah Sakit Prikasih, banyak sekali penjual ketupat dadakan. Hati pun tertarik untuk membelinya. Perkara bagaimana cara memasaknya, pikir nanti saja. Toh mbah Google siap membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun